Thirty-seven

11.8K 1K 83
                                    

Terbangun di pagi hari adalah kebiasaan yang tidak dapat Allen rubah. 

Kebiasaan yang muncul berkat keinginan Allen dahulu untuk membantu sang papa dalam melakukan pekerjaan rumah setiap pagi hari. Memasak, mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai, semuanya Allen lakukan dengan tulus tanpa ada rasa terpaksa di dalamnya.

Setelah pindah ke mansion pun, kebiasaan tidak menghilang sedikitpun meski pekerjaan rumah bukan lagi Allen yang mengerjakan. Ada Lisa yang bekerja, kadang ketika Allen bangun pagi dan bingung untuk melakukan sesuatu (tentunya sebelum sekolah), Allen akan mengajukan diri untuk membantu Lisa melakukan pekerjaan rumah.

Dan juga berkat kebiasaan Allen pun, dengan mudah Allen dapat mengingatkana Felix untuk meminum obat-obat pertamanya di pagi hari yang dikonsumsi sebelum makan. 

Tetapi hari ini berbeda dari biasanya.

Allen masih berada di kasurnya saat matahari sudah berada diatas, bersinar terik menembus jendela di samping tempat tidur. 

Dua manik hitamnya tidak berhenti memandang lurus atap yang memang memiliki sketsa galaksi yang Allen tahu itu adalah hasil kerja keras Brent. 

Kakaknya itu sangat pandai menggambar sampai-sampai Allen sering kali meminta Brent untuk menggambarkannya Mumu 2 dalam berbagai jenis gaya dan posisi. Kepandaian Brent dalam menggambar Allen yakin itu berasal dari Dion, mengingat betapa seringnya Dion mencoret-coret di atas kertas.

Allen tidak memiliki minat untuk turun dari tempat tidur. Ia tidak perlu khawatir dengan sekolah karena ini masih termasuk hari libur. Berkat itu, Allen melewati jam-jam dimana seharusnya Felix meminum obat. 

Allen sangat ingin bertemu dengan sang papa. Hanya saja, Allen masih merasa takut kalau nantinya Felix menolak dirinya sama seperti kemarin. Allen masih ingat bagaimana Felix membentak dan mendorong tubuhnya hingga terjatuh. Ia juga masih mengingat bagaimana Felix menatap dirinya.

Ia menutup kedua mata menggunakan kedua lengan, berusaha untuk menghapus bayangan-bayangan buruk tentang sang papa dari benaknya.

Seharusnya Allen tidak selemah ini. Sang papa berlaku seperti itu karena sakit. Dan Allen sudah berjanji untuk tetap kuat dan selalu membantu sang papa agar dapat mengingat kembali nantinya.

Tetapi entah mengapa Allen merasakan sesuatu yang begitu sesak pada area dada. Sesak di dada menimbulkan rasa mual pada perut, pusing di kepala, sampai rasa merinding yang tidak dapat Allen artinya. 

Intinya, tubuhnya terasa tidak enak. Sangat tidak enak sampai-sampai Allen ingin menangis di buatnya.

Bergerak kekiri dan kekanan pun tidak membantu sama sekali. Mengusap wajah kasar, mengucek mata, juga tidak membantu sedikitpun.

Kemudian terdengar suara pintu terbuka. Menyadarkan Allen dari segala perasaan tidak enak didalam dirinya dan melihat ke arah pintu.

Allen langsung terduduk melihat siapa yang berada di sana. Mengabaikan rasa pusing dikepala akibat bangkit secara tiba-tiba.

"Hai."

Itu adalah Felix. Mengintip dari sela pintu yang terbuka, menatapnya gugup. Perlahan Felix membuka pintu semakin lebar dan memasuki kamar. Begitu sampai di dekatnya, Felix duduk di pinggir tempat tidur tanpa mengatakan apapun. Masih di tatapnya Allen, menimbulkan pertanyaan besar bagi si kecil atas keberadaan sang papa tiba-tiba.

Setelah keterdiaman beberapa saat diantara keduanya, akhirnya Felix berbicara.

"Kamu belum muncul di ruang makan. Aku ke sini ingin mengajakmu sarapan." 

Allen tidak langsung menjawab. Sedikitnya mencerta atas ajakan Felix padanya. Barulah Allen sadar. Berdeham dan Ia menjawab. 

"Al belum lapar." Jawabnya singkat. Ia merasakan canggung ketika Felix berada di sekitar. Hal itu hanya menambah rasa sesak didada melihat Felix melanjutkan ucapannya.

How My Papa And I Found Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang