Dua orang dewasa muda menatap penasaran tiga bayi kecil yang terbaring di atas crib kayu denan ukuran cukup besar. Bergerak-gerak kecil saat jari-jari menyentuh wajah mereka dan mengeluarkan suara acak saat mulut mereka terbuka.
Yang perempuan, hampir memekik ketika jari telunjuk kanannya di genggam oleh salah satu bayi. Sedangkan yang laki-laki tanpa henti menusuk-nusuk kan jari ke pipi bayi-bayi lainnya. Merasa kagum dengan bagaimana mereka tidak menangis walaupun sudah di ganggu sedemikian rupa.
"Kalian nggak jadi menggendong mereka?" Tanya seseorang dari belakang. Keduanya sontak menoleh, mendapatkan omega dengan kaos putih dan celana hitam pendek berjalan dengan tangan penuh memegang selimut.
Laki-laki dewasa muda, yang merupakan seorang Alpha, perlahan menarik tangan dari pipi bayi. Menimbulkan rasa kekecewaan para bayi yang sekarang merengek kecil.
Ia menuju pria omega, mengambil alih selimut yang di bawa dan meletakkannya di dalam lemari.
"Tapi mereka begitu kecil, Fel! Aku nggak yakin bisa menggendong mereka!" Jawab yang perempuan, masih tidak rela melepaskan jadi dari genggaman hangat salah satu bayi.
Felix, omega yang di maksud tertawa pelan. Mengucapkan terima kasih terlebih dahulu pada laki-laki Alpha sebelum mendekati yang perempuan.
Seolah merasakan keberadaan ibu mereka, ketiganya merengek bersama. Yang perempuan menjadi panik tidak tahu harus melakukan apa. Felix hanya menepuk pundak perempuan itu dan mengambil salah satu bayi. Memiliki surai hitam seperti Felix dan tubuh yang lebih kecil dibandingkan saudara lainnya.
"Pasti bisa kok. Ini Aku bisa gendong."
Felix membawa bayi ke dalam gendongan hangat. Bayi menyamankan diri dengan menggerakkan tubuh kecilnya. Kemudian kembali tenang dan membuka kelopak mata yang menampilkan manik hitam bersih dan murni.
"Kamu kan ibunya." Cibir yang perempuan.
Felix memutar bola mata malas. "Kamu juga Aunty mereka."
"Ahhh! Jangan panggil aku seperti itu!"
"Hueee!"
Berkat protesan perempuan, dua bayi yang masih berada di crib tiba-tiba menangis. Perempuan itu kembali panik. Menimbulkan rasa geli dan Felix akan tertawa kencang kalau saja tidak mengingat dirinya sedang menggendong bayinya.
"Tenanglah. Sini, coba bantu aku gendong Caine. Biar aku tenangkan yang lain."
Felix memajukan tubuh, seketika memindahkan bayi digendongnya ke gendongan perempuan. Tentu dengan kaku perempuan menerima, tidak bergerak sedikitpun saat bayi sudah berada di gendongannya sekarang.
"O-oh, yang ini namanya Caine?"
Felix mengangguk setelah mengambil bayi dengan rambut hitam lainnya ke dalam gendongan. Menimang-nimang mencoba menenangkan bayi di dalam gendongan.
"Dōma, boleh tolong bantu gendong Brent?" Tanya Felix, pada laki-laki yang sudah berjalan mendekati mereka. Bersimpuh dan mengangguk pelan. Menerima ketika Felix memberikan Brent ke dalam gendongan.
Sedangkan Felix sendiri mengambil bayi yang memiliki perawakan seperti Dion. Menimang kembali agar menjadi tenang dan tidak lagi menangis.
"Kalian jangan terlalu kaku. Nanti mereka malah nggak nyaman." Saran Felix, melihat kedua bayi mulai bergerak tidak nyaman di dalam gendongan.
Kedua orang dewasa muda mengangguk bersamaan. Mulai meluweskan diri agar tidak memberikan tekanan pada bayi di gendongan.
Dan berhasil!
KAMU SEDANG MEMBACA
How My Papa And I Found Our Family
Teen FictionAllen Sahnon, anak berusia delapan tahun yang tinggal di komplek kumuh pinggir kota. Tinggal hanya bersama dengan sang papa membuat Allen harus mandiri di usia dimana anak-anak lainnya bermanja. Meski begitu, Allen tidak pernah kekurangan kasih say...