Akhir-akhir ini Allen sangat suka termenung selama sesi belajar mengajar berjalan. Jika guru sedang menjelaskan, Allen akan menopang dagu dengan tangan kanan dan menatap lurus papan tulis. Memang terlihat seperti sedang memperhatikan. Tetapi dari sisi Allen sendiri, anggaplah masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Bahkan Allen sendiri yakin kalau Ia tidak mendengarnya sama sekali.
Untungnya, Allen tidak mendapatkan masalah ketika guru tiba-tiba memberikan pertanyaan padanya. Pasti pertanyaan akan jatuh kepadanya karena tidak ada murid lain yang berani menjawab ketika guru memberikan pertanyaan yang sama.
Pelajaran yang diajarkan termasuk salah satu Pelajaran yang sudah Allen pelajari sebelumnya. Jadi mudah bagi anak itu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Tidak ada yang menyadari keanehan itu karena dari Allen sendiri, Ia masih bersikap sama seperti hari-hari biasanya.
Tetapi tidak dengan Riley.
Keanehan sudah dirasakan pada saat hari pertama masuk setelah weekend. Allen pada awalnya terlihat tidak terlalu bersemangat. Kumpulan anak yang selalu mem-bully Riley tidak Allen abaikan dan hanya menarik tangan Riley menjauh dari anak-anak lainnya.
Allen selalu memberikan senyum tipis pada Riley, seolah meyakinkan pada Riley kalau dirinya baik-baik saja. Tidak perlu bagi Riley dengan keaadaannya sekarang.
Justru hal itu lah yang membuat Riley merasa penasaran. Tetapi Ia tidak ingin bertanya jika bukan Allen yang memulai. Karena menurutnya itu akan membuat Allen kesal. Sebagaimana Riley pernah alami sebelumnya.
Allen menyadari kalau Riley diam-diam mencuri pandangan. Tangannya menggenggam buku note dan pulpen baru pemberian Allen beberapa waktu lalu setelah milik Riley sendiri di rusaak oleh anak-anak pembully itu. Sedari tadi Allen memperhatikan Riley yang terus menerus menulis, lalu mencoret kembali tulisannya, lalu menulis lagi. Tidak ada tulisan yang sampai pada Allen sedari tadi.
Guru di depan masih menjelaskan. Pelajaran tentang bagaimana tumbuhan bisa tumbuh dengan adanya air, tanah, pupuk, dan cahaya matahari. Allen tidak mengetahui sisanya karena pikirannya sekarang terfokus pada Riley yang terlihat berusaha mengungkapkan sesuatu padanya.
"Ley?"
Panggilan Allen sepertinya menyentak Riley. Bahunya menjadi kaku dan tangan yang memegang pulpen sedikit bergetar.
"Ley sakit lagi?" Bisiknya, tidak ingin guru mengetahui mereka mengobrol dalam kelas dan kembali menuduh Riley sebagai sumbernya.
Riley menggeleng pelan. Terdiam sejenak sebelum akhirnya Ia menarik ketas kebelakang lalu menuliskan sesuatu di atas kertas yang baru.
Al baik-baik saja kan?
Jadi sedari tadi Riley terlihat kebingungan karena hanya ingin menanyakan keadaannya?
Allen tersenyum. Riley itu sangat baik. Pastinya Riley berpikir keras untuk bertanya padanya tentang apa yang terjadi atau tidak.
"Sebenarnya ada yang mau Al ceritakan." Riley memiringkan kepala saat Allen berdeham pelan agar tidak menimbulkan perhatian lainnya. "Ley mau dengar?"
Anggukan Allen terima. Tanpa mendengarkan penjelasan lebih lanjut Riley ingin mendengarkan. Allen merasa senang. "Kalau begitu jam istirahat ya?"
"Ekhm! Nak Moonstone. Bisa kamu bantu jawab pertanyaan yang ada di depan?"
Allen dan Riley sama-sama menoleh pada guru yang tanpa sadar sudah berada di samping meja keduanya. Menatap tajam Allen dan Riley karena merasa sudah menganggu sesi belajar mengajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How My Papa And I Found Our Family
Fiksi RemajaAllen Sahnon, anak berusia delapan tahun yang tinggal di komplek kumuh pinggir kota. Tinggal hanya bersama dengan sang papa membuat Allen harus mandiri di usia dimana anak-anak lainnya bermanja. Meski begitu, Allen tidak pernah kekurangan kasih say...