2

38.9K 1.5K 13
                                    

Gema Haru Wibisono dan Awan  Darma Wibisono adalah putri dan putraku yang saat ini berusia sembilan dan enam tahun. Keduanya adalah malaikat-malaikat kecil yang luar biasa aku sayangi dan cintai sepenuh hati.

Mereka adalah sumber kekuatanku saat ini, sosok yang membuatku kuat. Yang membuatku tetap hidup setelah kehancuran hatiku. Gema dan Awan adalah obat untuk lukaku.

Dan saat ini rasanya hidupku berpusat pada keduanya. Mengurus anak-anak, memastikan mereka tidak kekurangan apapun adalah tujuan utamaku.

Walaupun sebenarnya ada rasa bersalah yang terkadang menggelayuti hatiku saat harus melibatkan mereka dalam keputusanku untuk berpisah dengan pria yang berstatus ayah anak-anakku itu.

Egoku membuat mereka hidup dalam kepincangan kasih sayang. Aku yang memaksa mereka untuk menerima keputusanku saat mereka belum mengerti sepenuhnya tentang arti dari sebuah perpisahan.

"Ma, kenapa sih kita nggak tinggal bareng sama Papa lagi?" Itu adalah pertanyaan yang kerap ditanyakan oleh Gema padaku, dan aku harus bisa sebijaksana mungkin untuk menjawab pertanyaan tersebut tanpa harus membeberkan semua fakta yang belum saatnya diketahui oleh putri kecilku itu.

"Mama, kenapa Papa cuma datang hari sabtu dan minggu? Kenapa kalau kami ke rumah lama, Mama nggak mau ikut?" Itu adalah pertanyaan lainnya yang datang dari Awan.

Terkadang aku kesulitan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh anak-anakku dan tidak jarang mencoba mengalihkan perhatian mereka pada hal lain.

Tapi semakin hari, mereka sepertinya sudah mulai terbiasa dengan kehidupan dan situasi baru yang kami jalani.

Aku juga kerap kali mengajak mereka jalan-jalan, berbelanja dan liburan untuk menyenangkan keduanya dan membuat mereka sejenak melupakan tentang hari-hari mereka yang terasa berbeda.

Hubunganku dan Mas Darma memang baik-baik saja setelah kami bercerai, semua itu demi anak-anak. Hanya saja pada kenyataannya aku kerap menghindari bertemu dengan Mas Darma saat ia datang menemui anak-anak. Aku terkadang masih merasa kesal saat melihat wajahnya.

Aku tidak melarangnya bertemu dengan anak-anaknya, tidak juga melarang ia membawa anak-anak untuk menginap di rumah dinasnya atau ketika ia ingin mengajak anak-anak jalan-jalan, terserah dia. Asalkan aku tidak dilibatkan dalam acara tersebut, dan tentunya akan menolak dengan berbagai alasan jika anak-anak mengajakku ikut serta.

Jika aku kerap menghindari bertemu dengan Mas Darma, sebaliknya dengan keluarganya. Aku malah hingga saat ini masih sering menemui dan bertemu dengan kedua mantan mertuaku serta kedua adik Mas Darma.

Aku juga masih sering menemani Ibu Mas Darma menghadiri beberapa acara keluarga. Kedua orang tua Mas Darma sudah aku anggap seperti kedua orang tuaku sendiri. Ibu dan Ayah adalah sosok orang tua yang selama ini aku rindukan.

Sejak umur sebelas tahun aku sudah menyandang status yatim piatu. Ibu dan ayahku meninggal dalam kecelakaan salah satu pesawat komersil. Dan sejak saat itu aku hidup seorang diri.

Pakde ku yang merupakan kakak lelaki ayahku adalah orang yang membantu mengambil alih sementara usaha-usaha Ayah, ia juga otomatis menjadi waliku saat itu. Aku tinggal bersama Pakde dan keluarganya hingga usia dua puluh tahun, saat itu aku memilih untuk hidup mandiri sembari menjalani kuliahku.

Dan Pakde jugalah yang menjodohkan aku dengan Mas Darma. Aku tidak pernah menyesali keputusan ku yang menerima perjodohan itu, aku senang bisa bertemu dan merasakan kasih sayang dari kedua orang tua Mas Darma.

Aku tidak menyesali apapun, semua yang terjadi dalam hidupku ku yakini sudah digariskan oleh Tuhan. Aku sudah menerima semuanya.

Selama menikah dengan Mas Darma, kehidupanku tidak melulu berisi kesedihan atau prasangka buruk, aku pernah merasakan bahagia. Dan sejujurnya Mas Darma adalah sosok suami yang baik, ia tidak pernah meninggikan suaranya padaku dan tidak pernah ringan tangan padaku. Ia bertanggung jawab. Hanya saja hatinya tidak pernah bisa ku miliki.

Dan satu lagi, ia terlalu baik. Sangking  baiknya, ia dengan murah hati menghidupi Rumi.

Satu hal yang menjadi titik balik semuanya. Satu hal yang benar-benar membuatku mundur walaupun ada anak-anak yang harus aku korbankan karena sakit hatiku.

Salahkah aku jika memilih jalan seperti ini? Salahkah aku jika menghancurkan perasaan anak-anakku karena sakit hati dan kecewaku pada Mas Darma?

Hingga saat ini aku kerap merasa bersalah pada mereka, namun tidak jarang juga aku merasa benar dengan keputusanku. Di dalam hatiku aku mendukung egoku.

Aku sudah benar dengan keputusanku. Dan ku yakin nanti ketika anak-anak dewasa, mereka akan memahami apa yang telah menjadi pilihan ibunya ini. Semoga, semoga mereka bisa memahami pilihanku.

****

Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...

Untuk harga promonya :

Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100k

Ini untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step Mother

Jika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO

Wanita KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang