18

34.1K 1.5K 71
                                    

Seharian ini Mas Darma terlihat sangat bersemangat, ia juga terus tersenyum lebar. Aku jarang melihatnya tersenyum selebar seperti hari ini.

Tadi pagi aku dan Mas Darma mengakhiri kebersamaan kami dengan bangun terburu-buru, takut jika anak-anak bangun dan mencari salah satu dari kami. Aku dan dia tentunya tidak ingin anak-anak kebingungan saat menemukan kami tidur di satu kamar yang sama setelah sebelumnya aku beri pemahaman pada mereka bahwa kedua orang tuanya sudah berpisah dan tidak mungkin bersama lagi.

Kami bersikap seperti biasanya, atau lebih tepatnya aku yang bersikap biasa. Sementara Mas Darma selalu kedapatan mencuri-curi pandang ke arahku dengan senyuman yang tak pernah surut dari bibirnya.

Anak-anak seharian ini terlihat sangat senang sekali, mereka menikmati liburan kali ini. Aku sadar bahwa yang dibutuhkan anak-anak adalah waktu kebersamaan mereka dengan orang tua yang utuh.

Menjelang sore kami kembali ke villa, lagi-lagi langit terlihat mendung. Anak-anak berlari turun dari mobil, aku menyusul setelah mengeluarkan belanjaan kami dan beberapa kantung berisi bahan makanan yang sempat kami beli saat diperjalanan pulang.

Rencananya malam ini aku akan memasak, karena tiba-tiba Gema dan Awan merengek ingin dimasakkan semur daging kesukaan keduanya.

Anak-anak pergi mandi, sementara aku langsung menuju dapur dan berkutat disana dengan semua bahan masakan yang tadi sudah dibeli.

"Ne, mau dibantu?" Aku sedikit terkejut saat mendengar suara Mas Darma dari arah belakangku.

"Nggak usah Mas. Kamu ajak main anak-anak aja."

Tidak ada jawaban balasan dari Mas Darma, aku juga tidak mendengar suara langkahnya meninggalkan dapur.

Aku berbalik, Mas Darma ternyata sedang berdiri sembari bersandar di ambang pintu dengan tangan terlipat di dada, ia tengah menatapku dalam.

"Apa?" Tanyaku padanya dengan kening berkerut.

Ia menggeleng, lalu berjalan mendekat ke arahku.

Aku melangkah mundur hingga membentur meja saat mas Darma terus mendekatiku, hingga ia menekan tubuhku.

"Mas!" Aku menegurnya dan berusaha untuk mendorongnya.

Bukannya mundur, pria itu malah memegang kedua pipiku dengan telapak tangannya yang hangat, lalu dengan tiba-tiba ia menunduk dan mencium ku. Sebuah ciuman yang dalam dan memabukkan.

"Mas, nanti anak-anak bingung melihat kita yang seperti ini." Ucapku pada Mas Darma saat ciumannya berakhir.

Mas Darma menempelkan keningnya pada keningku.

"Mereka boleh bergabung dalam kebingungan ini, Ne."

"Kamu bercanda kan ngomong begitu Mas?" Aku melepaskan diri darinya.

Mas Darma menyugar rambutnya dengan kasar. Ia membiarkanku melangkah sedikit menjauh darinya.

"Setahun ini saya bingung, Ne. Setahun terakhir ini saya kebingungan tanpa kamu dan anak-anak! Hidup saya kacau!" Ia menatapku saat mengatakan hal tersebut.

"Kacau? Kamu dekat dengan Rumi, apanya yang kacau?"

"Kacau, Ne! Saya kacau!! Kamu bikin semuanya kacau!" Ia menunjukku dengan tatapan frustasi.

Satu alisku terangkat saat mendengar tuduhannya atas diriku.

"Kok kamu jadi nyalahin aku sih Mas? Kamu yang ketahuan menghidupi wanita lain waktu kita masih menikah, malah nyalahin keputusanku." Aku tertawa mencemoohnya.

"Kamu itu nggak bisa lepas dari Rumi. Aku cuma ngasih jalan ke kamu supaya bisa kembali ke dia."

Pria itu diam. Aku menghela nafas pelan.

"Bukan aku yang mengacaukan kamu, Mas. Tapi kamu yang mengacaukan semuanya, kamu yang menghancurkan pernikahan kita." Aku menatapnya.

"Selain membiayai hidup wanita itu dan anak-anaknya, apa lagi yang sudah pernah kamu lakukan dengan dia?"

Aku tidak pernah menanyakan hal ini pada Mas Darma, dan apa yang sedang kami bicarakan saat ini juga tidak pernah kami bahas sebelumnya. Ini kali pertama setelah bercerai aku dan dia membahas topik ini.

"Kamu pernah tidur dengan dia kan sebelum kita resmi bercerai?" Pertanyaan super berani itu meluncur dari bibirku.

Aku pikir Mas Darma tidak akan menjawab pertanyaan tersebut, pria kebanyakan akan mengelak atau berbohong saat ditanyai mengenai hal sensitif seperti ini.

"Pernah."

Seharusnya aku sudah siap mendengar jawaban dari Mas Darma. Seharusnya aku bersikap biasa saja saat mendengar jawabannya itu.

Namun pada kenyataannya hatiku tetap saja sakit. Aku yakin dia bisa melihat dengan jelas tatapan terluka dimata ku.

"Keputusanku rasanya tepat, Mas. Kalau kita tidak bercerai, mau jadi apa pernikahan kita?"

****

Hay hay semuanyaa...
Hari ini promo yang berlaku beli 5 pdf harga 50k dan 14 pdf harga 100k, kalian bebas pilih judul.

Ini untuk daftar pdf yang ready :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After Rujuk
Lika Liku Luka
Step Mother

Cuzz bagi yang berminat bisa langsung chat author ke 082286282870 yaaa...

XOXO

Wanita KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang