Lagi-lagi aku meninggalkan Mas Darma dan anak-anak setelah makan malam. Aku lebih memilih masuk ke kamar dan menenggelamkan diriku dengan menonton film dan bermain ponsel.
Aku dan Mas Darma memilih untuk saling diam setelah pembicaraan kami sore tadi.
Sebenarnya aku yang tidak ingin bicara lagi dengan Mas Darma setelah pria itu mengakui bahwa dia pernah tidur dengan Rumi saat kami masih terikat pernikahan.
Bajingan sekali dia. Benar-benar bajingan sialan!
Bisa-bisanya dia menyelingkuhi ku dengan perempuan seperti Rumi. Sebenarnya apa yang dilihatnya dari Rumi hingga dia tidak bisa lepas dari wanita itu.
Berapa kali mereka tidur bersama? Berapa kali mereka bercinta tanpa sepengetahuanku? Berapa kali dia mengkhianati pernikahan kami?
Aku benar-benar tidak menyangka Mas Darma bisa melakukan hal tersebut. Walaupun telah berlalu, tapi sakit hatinya masih bisa kurasakan.
Apa yang kurang dariku? Aku merawat tubuhku, selalu menurut padanya, apapun yang ia inginkan selalu aku turuti. Aku juga tidak pernah meminta hal aneh-aneh padanya, merepotkan Mas Darma saja tidak pernah.
Aku jadi bertanya-tanya, apa kurangnya diriku hingga dia lebih memilih Rumi?
Sudahlah Adine, sudahlah. Lupakan, semua sudah berlalu! Aku lagi-lagi mengingatkan diriku sendiri.
Tidak ada gunanya mengingat dan mencari tu segala sesuatu yang telah berlalu, hal itu hanya akan menimbulkan kesedihan dan sakit hati saja, sudahlah!
Aku memilih memejamkan mata, televisi kubiarkan menyala dengan volume yang tidak terlalu besar. Hingga aku benar-benar jatuh tertidur.
Entah berapa lama aku sudah tertidur. Tapi seketika aku tersentak bangun dan membuka mata saat merasakan ada seseorang yang memeluk tubuhku dari belakang.
Hangat dan nyaman terasa melingkupi tubuhku. Aku memilih memejamkan mataku kembali, menikmati kehangatan dan rasa nyaman yang memeluk tubuhku.
Aku tau itu Mas Darma, dialah yang tengah memelukku. Aku begitu mengenal aroma tubuh dan suara deru nafasnya.
Kenapa dia masuk ke kamarku? Apa dia tidak merasa jika tadi aku mendiamkannya saat tau bahwa ternyata dia pernah tidur dengan Rumi?
Ku singkirkan tangannya yang memeluk perutku, aku ingin bangun dan menyuruhnya untuk pergi. Aku sedang tidak ingin diganggu olehnya malam ini. Rasanya cukup kemarin malam saja kami bersama, sekali saja. Itu salahku, mauku dan biarkan menjadi dosaku. Tapi tidak kali ini, aku tidak akan membiarkan diriku melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya.
Namun saat aku berhasil menyingkirkan tangannya, Mas Darma kembali meletakkan tangannya diatas perutku, malah terasa semakin erat memelukku.
"Lepas Mas!" Aku menepuk punggung tangannya dengan kuat.
"Nggak, Ne. Nggak akan saya lepas lagi, kamu nggak akan saya lepas lagi."
Mendengar ucapannya itu aku hanya bisa menghela nafas panjang.
"Kamu tau ini salah kan? Aku nggak akan goda kamu malam ini atau kapanpun lagi, anggap saja kejadian semalam semua salahku, dan kamu bisa berpura-pura semua itu nggak terjadi."
"Kalau kamu hamil gimana?" Tiba-tiba Mas Darma bertanya seperti itu padaku. "Saya semalam tidak pakai pengaman,"
"Kalau aku hamil, itu urusanku. Bukan urusan kamu, semua akan jadi tanggung jawabku."
"Kamu benar-benar nggak mau saya jadi ayah anak-anak kamu lagi ya Ne?"
Aku diam, begitupun dirinya. Namun pelukan Mas Darma pada tubuhku tidak mengendur sedikitpun walau aku sudah menolak dan memintanya untuk pergi.
"Waktu kamu tidur sama Rumi, apa kamu nanya seperti itu juga ke dia, Mas? Apa kamu takut juga kalau dia hamil? Apa kamu juga menawarkan diri untuk bertanggung jawab dan menjadi ayah anak-anaknya?"
"Kenapa kamu bisa tidur sama dia Mas? Kurangnya aku sebagai istri kamu apa? Kenapa kamu cuma bisa cinta sama Rumi? Kenapa kamu nggak pernah cinta sama aku Mas? Kenapa harus dia yang kamu kasihani dan bukan aku?" Suaraku bergetar.
Saat ini, aku benar-benar tidak bisa membendung apa yang selama ini ada di dalam hatiku. Untuk pertama kalinya didepan Mas Darma aku menumpahkan air mata putus asaku, aku menangis.
Mas Darma membiarkanku menangis, kami masih dalam posisi yang sama. Ia memeluk tubuhku yang membelakanginya, aku bisa merasakan beberapa kali ia mengecup kepala dan bagian belakang telingaku.
Bantalku terasa lembab saat tangisku berangsur mereda.
"Saya tidur dengan Rumi setelah putusan sidang perceraian kedinasan, Ne. Saat itu saya menggunakan pengaman karena saya tau bahwa bukan dia yang saya mau, hubungan itu sesaat. Karena saya sedang putus asa, kalut, marah, dan bingung Ne. Kamu bilang mau cerai, kamu urus semuanya, kamu pergi bawa anak-anak, kamu tinggalkan saya sendirian. Kamu tuduh saya sudah berselingkuh dengan Rumi. Di sidang putusan itu juga saya lihat kamu bersama Gunawan, dia pegang tanga kamu, dia peluk kau di parkiran. Saya marah Ne, saya cemburu! Dan saya melampiaskannya ke Rumi."
"Saya tidak pernah berselingkuh dan menjalin hubungan apapun dengannya saat kita menikah, Ne. Saya cuma bantu dia setelah suaminya meninggal. Karena saat itu Ayu nangis-nangis menemui saya dan mengatakan Rumi sedang kesusahan, dia tidak ada penghasilan, semua warisan suaminya diambil mertuanya, anaknya saat itu baru lahir dan dia belum bisa bekerja. Saya hanya membantunya, tidak lebih dari itu."
"Tuduhan kamu melukai saya, Ne. Saya tidak pernah cerita bukan berarti saya ingin menjalin hubungan rahasia dengan Rumi. Saya tidak cerita ke kamu karena saya takut kamu marah, sementara niat saya baik hanya ingin membantu."
"Saya tau itu salah, Ne. Saya tau saya salah bertindak. Tapi tuduhan perselingkuhan dan tuntutan perceraian yang kamu ajukan benar-benar membuat saya bingung, sedih, marah sama diri saya sendiri, saya juga marah sama kamu."
"Saya bingung pada hati saya, bertanya-tanya apa mungkin saya masih menaruh rasa pada Rumi. Saya temui dia, tapi saya bahkan tidak merasakan apapun setelah pertemuan itu. Bahkan saya tidak merasakan apapun setelah tidur dengan dia. Hati saya hampa, saya malah merasa bersalah sama kamu, Ne."
"Tapi saya juga tidak mau menahan dan memaksa kamu untuk tetap bersama saya lagi, karena kamu bilang bahkan demi anak-anakpun kamu tidak akan mau bertahan bersama saya. Saya salah, Ne. Saya berdosa. Saya juga sadar tidak ada kesempatan lagi untuk kita karena kamu terus menjauh dan menghindari saya."
"Aku benci kamu, Mas." Ucapku memotong perkataannya.
"Aku benci kamu." Ulang ku, membuat Mas Darma terdiam di belakangku.
****
Hay hay pembacaku tersayang.
Sehubungan dengan akan releasenya pdf cerita2 baru, untuk promo terbatas beli 5pdf harga 50k atau 15pdf harga 100k terakhir hari ini yaa...Bagi yang berminat langsu g chat author ke 082286282870 yaa.. XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
RomanceAdine Farra memilih bercerai saat menyadari bahwa ia menjadi wanita kedua, pilihan terakhir dari sang suami. Ia lebih memilih menghancurkan pernikahan yang sudah sepuluh tahun terakhir ini dijalaninya setelah tau bahwa sang suami tidak pernah bisa s...