Rencana liburan ke Nihi Sumba harus dibatalkan. Bukan karena aku sibuk, melainkan karena kami memutuskan untuk berlibur ke Bandung.
Rencana ini dirubah karena Mas Darma. Ya benar, karena Mas Darma.
Pria itu ingin membawa anak-anak berlibur ke Bandung, daerah yang tidak terlalu jauh dan cocok menjadi tujuan wisata untuk mengisi akhir pekan.
Kali ini kami pergi bersama. Mas Darma, aku dan anak-anak.
Menurut Mas Darma hal ini dilakukan demi kebaikan bersama. Awalnya aku menolak untuk ikut dan membiarkan pria itu menghabiskan liburan singkat bersama anak-anak saja.
Namun Mas Darma mengatakan bahwa aku sebaiknya ikut juga. Bahkan ia sedikit memaksa agar aku ikut dengannya dan anak-anak.
Sebenarnya bukan hanya Mas Darma yang memaksa, anak-anak juga melakukan hal yang sama. Mereka ingin aku ikut serta dalam liburan kali ini.
Liburan untuk merayakan perdamaian antara Mas Darma dan anak-anak.
Mereka sudah berdamai, Mas Darma berhasil membujuk Gema dan Awan untuk memaafkannya. Aku ikut membantunya merayu kedua anakku itu.
Momen perdamaian itu benar-benar menguras air mata. Aku tidak pernah melihat Mas Darma menangis, namun ketika akhirnya Gema dan Awan mau memeluk ayah mereka, aku bisa melihat kedua sudut mata mas Darma berair. Dengan malu ia mengusap cepat matanya saat sadar bahwa aku terus memandanginya.
Setelah kejadian itu Mas Darma lebih sering berkunjung. Setiap sore ia datang ke rumahku untuk bertemu dengan anak-anak, atau terkadang dia menyempatkan diri untuk menjemput keduanya dari sekolah. Tidak jarang juga kami makan malam bersama, sebuah tradisi yang dulu tiap malam kami lakukan.
Aku merasa dibawa kembali ke masa lalu, kembali merasakan kehangatan keluarga kecilku.
Namun hal tersebut juga membuatku sedih.
Beberapa kali aku sengaja pulang lebih larut dan membiarkan Mas Darma menjaga anak-anak dan makan malam bersama. Aku berusaha menyibukkan diriku agar tidak terlalu sering bertemu dengan Mas Darma. Namun sepertinya itu tidak berhasil, karena saat aku kembali ke rumah, seringkali aku masih menemukan Mas Darma disana.
Aku tidak mau besar kepala, tapi entah kenapa aku merasa bahwa ia menungguku dengan membelikan makanan favoritku, dan dengan tidak sungkan Mas Darma akan mengajakku makan bersama. Setelah kami makan berdua, dia akan pamit pulang.
Aku tau dia lelah, pernah ku tawari untuk mengajak anak-anak menginap di rumahnya selama yang ia inginkan, namun Mas Darma menolak dan mengatakan bahwa dia tidak keberatan untuk berkunjung. Entahlah, biasanya dia senang ketika aku mengizinkan anak-anak menginap ditempatnya.
Saat dia mengajak untuk liburan ke Bandung, aku sempat terkejut. Sama hal nya seperti dia yang terkejut saat aku mengatakan bahwa aku sudah punya rencana membawa anak-anak berlibur ke Sumba.
Berhubung jadwal berlibur kami bentrok, dan anak-anak sepertinya lebih condong ingin berlibur dengan Mas Darma, aku akhirnya mengalah dan membiarkan Mas Darma membawa anak-anak.
Pembicaraan alot terjadi saat ia ingin aku ikut, tapi pada akhirnya lagi-lagi dia dan anak-anak menang. Mereka berhasil membawaku untuk ikut serta.
Dan disinilah aku berada, duduk di kursi penumpang disebelah Mas Darma yang tengah menyetir dengan tenang, sementara anak-anak tertidur di kursi belakang setelah tadi sibuk mengoceh tentang apapun yang mereka lihat dijalan.
Aku tau Gema dan Awan senang dengan liburan kali ini, walaupun lokasinya tidak jauh dan kami hanya berkendara dengan mobil.
Ternyata Mas Darma sudah menyewa satu villa yang ukurannya tidak terlalu besar, namun nyaman dan pemandangannya sangat bagus. Pria itu mengatakan villa ini punya salah seorang temannya dan disewakan dengan harga yang murah.
Tadinya aku menawarkan untuk menginap disalah satu hotel milik keluargaku, namun dia menolak.
Anak-anak bangun saat sampai di tempat kami menginap itu, mereka berlari sembari bersenandung riang. Senyumku mengembang melihat mereka senang.
Mas Darma menurunkan koper dan tas yang kami bawa dari bagasi. Sementara aku menurunkan beberapa kantong makanan yang tadi sempat kami beli.
Mas Darma memutuskan tidur di satu kamar yang sama dengan anak-anak. Sementara aku tidur di kamar utama yang cukup luas.
Sebenarnya aku mengajak Gema untuk tidur denganku, namun putriku itu menolak dan memilih tidur bersama Mas Darma.
"Gema mau tidur sama Papa dan Awan, Papa katanya mau cerita kancil malam ini. Gema nggak mau tidur sama Mama, mama penakut. Papa pemberani."
Mendengar ucapan Gema aku hanya memutar kedua bola mataku malas. Ia tau betul ibunya penakut jika berada ditempat baru dan malah tidak mau tidur denganku. Memang putriku itu, aku tertawa mengingat kekesalannya saat aku sering kali membangunkannya ditengah malam hanya untuk menemaniku ke toilet.
Dulu Mas Darma yang selalu aku repotkan, namun ia tidak pernah mengeluh.
Itu dulu, sekarang aku harus memberanikan diri.
****
Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...Untuk harga promonya :
Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100kIni untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step MotherJika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
RomanceAdine Farra memilih bercerai saat menyadari bahwa ia menjadi wanita kedua, pilihan terakhir dari sang suami. Ia lebih memilih menghancurkan pernikahan yang sudah sepuluh tahun terakhir ini dijalaninya setelah tau bahwa sang suami tidak pernah bisa s...