7

25.8K 1.4K 41
                                    

Untuk mengisi waktu libur anak-anak, aku mengajak mereka berlibur ke Jepang. Gema dan Awan tentu saja senang, Jepang adalah salah satu negara favorit mereka.

Ada banyak tempat yang menjual action figure kesukaan Awan, dan Gema sangat suka dengan makanan Jepang. Ada kedai ramen favorit kami disana. Dan jangan lupakan bahwa keduanya sangat mencintai Disneyland.

Dalam setahun ini sudah lima kali aku membawa anak-anak berlibur ke Jepang, dan mereka tidak pernah bosan untuk berkunjung kesana.

Tentunya sebelum berangkat aku meminta izin terlebih dahulu pada Mas Darma untuk membawa anak-anak. Sebenarnya hanya untuk sekedar basa-basi, dia juga harus tau kemana anak-anaknya akan kubawa.

Mas Darma juga mentransfer sejumlah uang untuk jajan anak-anak disana. Jumlahnya tidak terlalu besar, karena aku juga tau berapa penghasilan dan tunjangan yang didapatnya. Aku tidak mempermasalahkan nominalnya, setidaknya dia tidak abai pada anak-anaknya.

Terkadang aku berharap dia menjadi pria brengsek, agar aku punya alasan untuk membencinya mati-matian. Tapi nyatanya, dia tetap pria yang bertanggung jawab. Tidak sekalipun dia pernah mengabaikan Gema dan Awan, ia tulus pada kedua anaknya. Mas Darma ayah yang baik.

"Ma, lain kali kalau kita ke Jepang lagi ajak Papa dong Ma." Gema berkata saat kami tengah dalam perjalan pulang dari Disneyland.

"Iya, Ma. Ajak Papa, enak kalau ada papa." Si kecil Awan ikut bicara.

"Papa kan dinas, nggak bisa libur lama-lama." Aku memberikan alasan pada mereka.

"Nggak bisa libur Ma?" Awan menatapku dengan mata bulatnya yang jernih. Ia terlihat sedikit terkejut.

Aku mengangguk.

"Kasiannya Papa." Ucapnya lagi dengan ekspresi yang menggemaskan hingga aku tidak tahan untuk mencubit pipinya.

Aku dan anak-anak benar-benar menikmati waktu berlibur kami disini.

Tidak lupa kami juga membeli banyak oleh-oleh sebelum meninggalkan Tokyo.

Tentunya Gema dan Awan sangat bersemangat mencari oleh-oleh untuk sang Papa kesayangan mereka. Kemanapun anak-anakku pergi, mereka selalu ingat untuk membawakan Mas Darma buah tangan.

*

Aku dan anak-anak sedang dalam perjalanan menuju rumah orang tua Mas Darma.

Ada acara syukuran kecil-kecilan dalam rangka ulang tahun Bapak sore ini. Sejak beberapa hari lalu Ibu sudah mewanti-wanti ku untuk datang bersama anak-anak.

Dan aku tentunya tidak ingin mengecewakan mantan ibu mertuaku itu, aku datang bersama cucu-cucunya walaupun sebenarnya aku masih merasa sedikit lelah karena baru mendarat tadi pagi dari Jepang.

Sementara itu anak-anak terlihat tidak kehabisan energi sedikitpun. Mereka seceria biasanya, Gema dan Awan bahkan masih punya energi untuk bertengkar sebelum berangkat menuju kediaman nenek mereka.

Untungnya aku sempat membelikan hadiah ulang tahun untuk Bapak sebelum berangkat ke Jepang, dan hadiah itu sudah dikirimkan oleh asistenku pagi tadi.

Sebuah mobil jenis SUV keluaran terbaru, sengaja aku belikan agar Bapak dan Ibu tidak lagi menggunakan mobil sewaan ketika akan pergi keluar rumah. Kebetulan Ibu mertuaku walaupun sudah sepuh, beliau masih cakap dalam berkendara, hanya saja mobil yang biasa digunakan oleh keduanya sudah dijual dua tahun yang lalu ketika Rio terlibat dalam masalah.

Sebenarnya aku sudah berniat membelikan mobil untuk keduanya sejak lama, tapi dulu Mas Darma melarang karena menganggap hal tersebut berlebihan. Dan sekarang tidak ada yang bisa melarang ku untuk melakukan apapun yang aku inginkan. Aku tidak lagi perlu meminta izin pria itu.

Ketika mobil memasuki halaman kediaman orang tua Mas Darma, Gema dan Awan terlihat senang sekali.

"Mama, oleh-olehnya jangan lupa!" Gema mengingatkanku dengan sangat bersemangat.

"Iya. Mbak Gema sama Mas Awan turun dulu. Biar Mama yang ambil oleh-olehnya di bagasi." Ucapku pada keduanya.

"Ma, biar Awan yang bawa oleh-olehnya!" Awan merengek padaku.

"Oke-oke." Aku tidak ingin berdebat dengan si kecil biang onar yang sangat menggemaskan ini.

Jadi aku menuruti keinginannya. Mereka turun lebih dulu, aku menyusul lalu melangkah menuju bagasi belakang mobil dan mengeluarkan beberapa paper bag besar berisi banyak oleh-oleh.

Aku memberikan paper bag yang tidak terlalu berat pada Gema dan Awan. Lalu keduanya berlari meninggalkanku menuju pintu depan yang terbuka lebar.

Terlihat ada beberapa pasang sepatu di teras, dan aku juga bisa melihat mobil Mas Darma juga berada disana.

Aku menyusul anak-anak, namun langkahku terhenti saat melihat Gema yang berdiri diam diambang pintu.

Ku ikuti arah pandangan Gema, dan aku tau apa yang membuat anakku menghentikan langkahnya.

Mas Darma tengah duduk sambil memangku seorang bocah laki-laki berusia sekitar tiga tahun, bocah lelaki kurus tersebut bergelayut manja di dalam pelukan pria itu. Sementara ada seorang anak perempuan yang usianya terlihat lebih tua dari Gema duduk disamping Mas Darma sambil menyandarkan kepalanya dengan santai di pundak ayah dari anak-anakku itu.

Awan yang terlihat tidak peduli dengan santai menghampiri Mas Darma dan duduk disamping sang ayah yang tersenyum saat melihat kehadiran putranya itu, tapi tidak melepaskan si anak yang ada dalam pelukannya.

"Masuk dulu, salam sama nenek dan kakek." Aku sedikit menunduk saat bicara, segera ku rangkul putriku dan mengarahkannya untuk masuk.

Setelah mengucapkan salam aku melangkah masuk bersama Gema, sengaja tak ku sapa Mas Darma.

"Awan kesini, salam sama nenek dan kakek dulu." Aku memanggil Awan, sengaja karena aku tidak ingin putraku dekat-dekat dengan Mas Darma dan anak-anak Rumi itu.

Ya, yang digendong oleh Mas Darma dan yang duduk disamping pria itu adalah anak-anak Rumi, si wanita tidak tau malu yang menggerogoti kocek si pria tolol itu.

Ah, aku kesal sekali rasanya saat ini!

"Akhirnya kamu datang juga nak?!" Ibu keluar dari dalam kamar, disusul oleh Bapak yang segera memeluk Awan dan Gema bergantian.

Begitupun Ibu yang ikut memeluk dan menciumi Gema dan Awan.

"Nenek kangen betul sama Mbak Gema dan Mas Awan. Nenek tadi pagi sengaja masak ayam bakar kesukaan Mbak Gema, nenek juga masakin tumis udang kesukaan Mas Awan. Ayo makan!" Ibu dengan bersemangat menarik kedua cucunya menuju ruang makan yang ada di belakang.

Aku mengikuti Ibu, Bapak dan anak-anak. Tapi sebelum meninggalkan ruangan itu, aku sempat melemparkan tatapan tajam dan sengit kearah Mas Darma.

****

Hay hay pembacaku tersayang,
Untuk hari ini author kasih harga promo untuk PDF lama yang ready...

Untuk harga promonya :

Beli 1 pdf 15k
Beli 5 pdf harga 50k
Beli 15 pdf harga 100k

Ini untuk PDf yang ready dan berlaku promonya yaa :
True love
The beauty one
The beauty one 2
Natasha
The star
Ex wife
Eternal love
Hira atmojo
Jennifer's wedding
Back to evil
My possessive girlfriend
Great life
Mr. Duda
Aruna
Truely madly in love
The scandal
Fake love
Istri Kedua Ben
Forever Yours
My Hani Honey
Liliana
My lovely livi
Hope
Nyonya besar
My Honey Hani 2
Dalang dibalik duka
Hope 2
Viviane
Your Favorite Mistress
Wanita Kedua
Dunia Dita
Terjebak di Rumah Mertua
Life After rujuk
Lika Liku Luka
Step Mother

Jika berminat bisa langsung chat author ke 082286282870.. XOXO

Wanita KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang