Aku tiba di rumah sore hari. Saat aku masuk ke dalam rumah, aku disambut oleh pemandangan Gema dan Awan yang tengah bermain di kolam renang bersama pengasuh yang memang aku pekerjakan khusus untuk mengawasi anak-anakku saat aku memutuskan untuk kembali aktif bekerja setelah perceraianku dengan Mas Darma.
Dulu semua waktuku memang lebih banyak dihabiskan untuk keluarga, mengurus Mas Darma dan anak-anak. Sementara untuk semua pekerjaanku, aku delegasikan pada manajemen profesional.
Namun saat memutuskan untuk berpisah, aku merasa butuh waktu untuk memulihkan hati dan perasaanku. Pilihan terbaik untuk bisa melupakan semua yang aku rasakan adalah dengan kembali bekerja dan menyibukkan diri.
Walaupun harus kembali menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang gila-gilaan, meeting dalam durasi yang tidak bisa ditebak, bertemu dengan rekan-rekan bisnis, tumpukan berkas dan email yang harus aku baca serta periksa, waktu istirahat yang berkurang, tapi semua itu aku nikmati.
Setidaknya semua pekerjaan itu menyita perhatianku dan aku tidak lagi perlu memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak aku pikirkan.
"Mama!!" Gema dan Awan bersorak saat melihatku berjalan menghampiri tepi kolam.
"Jangan lama-lama ya berenangnya sayang-sayangnya Mama, udah sore lho ini." Ucapku pada keduanya.
"Bentar dong Ma." Gema berkata sembari mengayunkan tangan dan kakinya diatas air, ia berenang dengan lancar.
"Bentar ya Mama. Sebentar lagi~" Awan terdengar merayuku.
Aku hanya mengangguk, sembari tersenyum kearah keduanya yang kembali terlihat asyik berenang.
Gema dan Awan suka sekali berenang sejak kecil, Mas Darma yang mengajari mereka berenang. Kalau aku, jangan tanya, aku tidak bisa berenang. Aku punya fobia terhadap air dalam volume yang besar.
Aku memutuskan untuk menunggui mereka di tepi kolam, duduk disalah satu kursi santai sembari mengecek beberapa email dan pesan yang masuk ke ponselku.
Ada satu pesan baru masuk saat aku tengah sibuk membaca email dari asistenku.
Itu pesan dari Mas Darma.
Papa Anak-Anak :
Kamu dimana?
Pesan yang benar-bear singkat sekali. Aku memilih untuk mengabaikan pesan itu dengan tidak membalasnya.
Sekitar setengah jam aku menunggui anak-anak selesai berenang. Setelah naik, keduanya memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian karena hari sudah semakin sore.
Aku juga memutuskan untuk membersihkan diri di kamarku.
Setelah mandi, aku memutuskan untuk memasukkan dan menyusun beberapa pakaianku kedalam koper. Asistenku sudah mendapatkan tiket penerbangan ke Singapura besok pagi, dan aku akan berangkat kesana bersama Bapak dan Ibu.
Selain untuk melakukan operasi pada Bapak, aku juga berencana melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh pada Ibu Mas Darma.
Ia juga sudah sepuh, terakhir kali lami melakukan pemeriksaan kesehatan itu sebelum aku dan Mas Darma bercerai. Dan rasanya itu sudah lama, kesehatan Ibu seharusnya rutin diperiksa, aku takut ada penyakit yang bersarang ditubuhnya dan tidak diketahui oleh siapapun.
Pintu kamarku diketuk bersamaan dengan aku yang selesai menyusun baju-bajuku.
"Bu, permisi Bu. Ada Bapak di bawah." Terdengar suara salah satu asisten rumah tanggaku dibalik pintu.
Mendengar ucapannya aku hanya bisa menghela nafas pelan sembari berdiri dan melangkah membuka pintu.
Saat pintu kamarku terbuka, aku menemukan Tina, asisten rumah tanggaku masih berdiri didepan pintu, menungguku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua
RomanceAdine Farra memilih bercerai saat menyadari bahwa ia menjadi wanita kedua, pilihan terakhir dari sang suami. Ia lebih memilih menghancurkan pernikahan yang sudah sepuluh tahun terakhir ini dijalaninya setelah tau bahwa sang suami tidak pernah bisa s...