24. Mama Mila

176 17 0
                                    

Amilia menghirup udara tempatnya bekerja, udara sejuk khas rumah sakit kesukaannya, dulu ia paling senang jika diajak oleh ibundanya ikut bekerja karena ibundanya kerja disalah satu apotik besar di kota yang terdapat beberapa dokter spesialis yang ikut praktek disana, ia terbiasa menghirup bau obat-obatan yang sebagian orang eneg tetapi bagi Amilia, baunya segar, apalagi bau ruang dokter gigi ditempat kerja ibunya dulu. Ia bahkan bisa tertidur dibangku pasien saat hari libur dokter itu

"Pagi mbak", Amilia menoleh, melihat perawat magang di RSJ sambil tersenyum simpul

"Pagi juga Nadine",

"Mbak ditungguin bu dokter Clara tuh di ruangannya. Katanya hari ini ada visit ke gedung mental anak dan remaja, mbak disuruh ikut". Amilia mengangguk, ia mengambil langkah seribu ke arah ruang psikolog

"Mbak kenapa kita ga minta bantu resepin aja ke psikiater?"

"Dia masih anak-anak. Yang ada nanti ia ketergantungan obat", Amilia dan psikolog Clara membawa salah satu anak terlantar yang ditemukan saat ada tragedi kebakaran di Jakarta Utara, rumahnya hangus dan ditemukan 3mayat disekitar anak itu yang diidentifikasi itu adalah keluarga. Hanya anak itu yang ditemukan sedang meringkuk di bak mandi sedang manangis

Sudah 2 hari semenjak anak itu dirawat di rsj, mentalnya cukup terguncang. Tubuhnya seringkali bergetar, bahkan hampir sepanjang waktu. "Kak aku gapapa kan?", Yang Amilia ketahui, anak ini cukup dewasa daripada usianya. Diumurnya yang ke 6 tahun, ia bisa mengikhlaskan ayah, ibu dan kakaknya sudah meninggal

Amilia sangat dekat dengan anak ini, setiap hari sebelum pulang ia pasti akan menghampiri kamar inapnya dan memberikan hadiah kecil

"Kak Mila, aku bosen mau keluar", matanya berbinar menatap Amilia meminta permohonannya, pihak rsj tentu melarang keras bagi tenaga medis membawa pasiennya keluar dari rsj. Sudah beberapa bulan semenjak insiden kebakaran tersebut, kondisi anak itu membaik walaupun tidak meningkat pesat

"Kak nanti kalo aku udah sembuh, aku tinggal dimana ya kak? Aku udah gapunya siapa-siapa", Amilia menunduk, mencoba menyetarakan tingginya dengan tinggi sang anak yang duduk dikursi roda

"Tenang ada kakak. Kamu mau jadi adek kakak?",

🤖

Amilia tentu sangat kecewa saat anak itu tidak bisa diadopsi olehnya, ia akan tetap dipindahkan di panti asuhan beberapa Minggu lagi. Kemungkinan dirinya tidak bisa bertemu lagi dengan anak pintar itu

Oleh karena itu, Amilia meminta izin kepada psikolog penanggung jawab anak itu untuk mengajaknya bermain seharian penuh ke tempat-tempat yang disukainya

"Makasih kak Mila udah jadi kakak buat aku. Kakak mirip Mama, aku jadi kangen Mama", Anak itu menunduk, ia sudah tidak lagi menggunakan kursi roda, traumanya juga sudah 90% hilang

Amilia yang melihat itu mensejajarkan tingginya, "Gapapa kok kalo kamu anggep Mama, justru aku malah bangga punya anak sepintar kamu", Amilia melihat senyuman yang terbit dibibir anak itu dan kemudian tubuhnya direngkuh pelan olehnya

"Mama Mila, hehehe", ucapnya sambil tertawa dipelukan Amilia. Amilia sebisa mungkin tidak ingin mengeluarkan air matanya sekarang, ia ingin mengajak anak itu bersenang-senang masa malah sendu

"Ayo. Nadia mau main kemana Mama temenin", ada rasa aneh pas mendengar kata Mama untuk menunjukkan dirinya

Amilia benar-benar terlihat seperti seorang ibu berkarir lengkap dengan jas berwarna hijau lumut yang ia pakai sedang mengajak anaknya berjalan-jalan di mall. Nadia bahkan berpakaian rapih, baju dari adiknya Amilia yang kekecilan namun masih cantik karena baru dipakai saat pernikahan tantenya 11tahun lalu

"Mama, boleh es krim?",

"Boleh", Nadia menarik tangan Amilia agar mengikutinya ke toko es krim turki yang terkenal dengan penjualnya

Amilia memperhatikan Nadia yang sedang makan es krim sambil mengelilingi mall dengan riang, anak itu sesekali bertanya tentang hal yang tidak ia ketahuinya kepada Amilia dengan cara yang lucu, menurut Amilia

"Mah, abis ini kita kemana lagi?"

"Ke Timezone mau?"

"Mau, tapi emang duit Mama ga abis jajanin aku terus?", Amilia tertawa mendengar ocehannya

"Engga dong, Mama kan banyak duit", Amilia tersenyum sombong didepan Nadia

"Wiiih Mama Mila keren. Dua jempol buat Mama", Nadia melepaskan pegangan tangannya dengan Amilia hanya untuk mengangkat kedua jempolnya ke arah Amilia sambil tersenyum simpul. Lagi-lagi Amilia tertawa, hari ini ia libur karena kemarin lembur seharian. Tetapi, rasa capek dari hari kemarin tidak terasa karena hari ini ia terus bersenang-senang dengan Nadia. Amilia suka melihat Nadia yang sudah bisa berbicara banyak padanya

"Mah aku dapet jepitan rambut", Nadia memamerkan jepitan rambut hello Kitty berwarna kuning padanya yang ia dapat dari mesin capitan

"Wih cantik. Sini Mama pasangin". Nadia tersenyum, ia mendekati Amilia lalu memasang saat Amilia mencoba menjepit rambutnya dengan jepitan rambut baru

"Abis ini kita makan dulu yuk. Udah hampir 3 jam loh kita main-main di mall. Abis ini ke toko buku, mau gak?"

"Aku mau aku mau",

Amilia tersenyum sambil menggandeng lembut tangan Nadia keluar dari area Timezone menuju restoran Jepang yang Amilia sukai. Sambil mengantri, Amilia mengobrol sebentar dengan Nadia, agar anak itu tidak takut jika nanti dipanti asuhan bertemu dan hidup dengan teman-teman sebayanya. Hingga akhirnya dirinya telah tiba didepan mbak-mbak pelayan

"Kamu mau apa?"

"Aku mau mie ini boleh mah?"

"Boleh mau apalagi?"

"Ini sama ini, boleh?" Amilia mengangguk, lalu kemudian membayar pesanannya dan pesanan Nadia pada pelayan

"Makasih Mama", Amilia tersenyum. Tetapi tanpa mereka ketahui pelayan tersebut ikut tersenyum

"Putrinya pinter ya bu udah bisa ngucapin terimakasih sama hal kecil dibeliin makanan sama mamanya sendiri", Amilia bangga? Tentu. Anak didik siapa dulu gitu loh

Selama makan, Amilia sesekali memperhatikan Nadia yang sangat lahap dengan makanan Jepang yang baru pertama kali ia makan, ramen seafood dengan yakiniku, minumnya yakult leci

"Nadia, mama ke toilet dulu. Kamu disini aja ya" Amilia meninggalkan Nadia yang masih menyelesaikan makanannya, sakit perut karena obat kurusnya bereaksi, perempuan pasti tau. Karena ia harus lebih sering buang air besar

Kembalinya dari toilet, Amilia mencari-cari Nadia yang sebelumnya masih makan, tidak ada. Bahkan meja yang tadi mereka tempati sudah ditempati oranglain. Amilia bingung hingga harus bertanya-tanya ke pelayan yang tentu tidak melihat anak itu

"Coba aja bu ke pusat informasi"

🤖

I Broke The Ice - Hamada Asahi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang