pengantar tidur

663 56 0
                                    

"Udah ngantuk?" tanya Agam pada Aksa yang duduk di pojok ruang latihan sambil mengucek mata, tatapannya terlihat semakin sayu.

Aksa mengangguk pelan.

"Ya udah, ayo ke kamar," ajak Agam merapikan sejenak ruang latihan.

Sudah sejak sore ia dan Aksa berada di ruang latihan untuk melatih koreografi baru untuk penilaian terakhir di minggu depan. Agam pun sudah merasa cukup untuk latihan hari ini.

"Gendong," pinta Aksa mengulurkan tangannya.

Agam tersenyum gemas, ia pun membawa tubuh kecil itu pada gendongan punggung. "Manja banget kamu, dasar kecil," gumamnya.

Mereka pun meninggalkan ruang latihan menuju kamar asrama.

"Manjanya cuma ke kakak. Emangnya kakak mau aku manja ke Kak Juna?" balas Aksa.

"Kamu tuh kenapa Juna terus deh? Juna kan udah pacaran sama Marcel, dek.." tanya Agam sedikit lelah mendengar Aksa terus saja membahas Juna.

"Kak Juna baik ke aku, lagian Kak Marcel juga bolehin aku deketin Kak Juna," jawab Aksa. Juna memang selalu memperlakukan Aksa dengan baik. Masih jauh dari level baiknya Agam sih, tetapi cukup membuat Aksa nyaman.

"Kalo gitu, kakak deketin Marcel ya?" ujar Agam bercanda.

"Gak papa. Berarti nanti aku sama Kak Juna," balas Aksa. Sejujurnya bukan balasan yang diinginkan Agam, sama sekali bukan.

Padahal pemuda tinggi itu berharap kecilnya akan merespon dengan gerutu kecemburuan dan melarang dirinya untuk dekat dengan siapapun.

"Gak jadi deh, kakak lebih cinta sama kamu," kata Agam karena tidak mendapatkan respon yang diinginkannya.

"Aku tau," ucap Aksa.

"Dih, kok kecilnya kakak jadi nyebelin gini sih? Belajar dari mana deh?" sungut Agam. Apakah efek si kecilnya itu sedang mengantuk yang membuat bicaranya jadi ngelantur atau bagaimana?

"Belajar dari kakak lah, suhu dari segala suhu tukang bikin orang sebel," jawab Aksa.

Agam tertawa kecil. Tidak bisa dipungkiri, Aksa jadi lebih menggemaskan bila tutur bicaranya seperti ini. Untung saja Agam bukan kanibal. Jika iya, mungkin saja Aksa sudah ia telan hidup-hidup saking gemasnya.

Mereka berdua sudah sampai di kamar tempat mereka istirahat.

"Eh, kalian.." Kebetulan Jaka membuka pintu dari dalam di kala Agam dan Aksa akan memasuki kamar. Tangan pria itu penuh dengan pakaian kotor.

"Mau nyuci, Bang? Malem bener," tanya Agam.

"Ho'oh, lupa nyuci tadi sore. Sekalian mau makan juga sih ini. Kalian tidur aja duluan ya," pamit Jaka meninggalkan kedua pemuda itu.

"Yoi," jawab Agam sembari memasuki kamar dengan Aksa yang masih di gendongannya.

"Mau tidur di kasur kakak," pinta Aksa yang langsung dituruti Agam. Tubuhnya diturunkan di ranjang milik yang lebih tua, ia pun langsung merebahkan tubuhnya dengan nyaman.

"Padahal sempit kalo tidur sama kakak, kok kamu hobi sih?" tanya Agam heran. Ranjang yang disediakan asrama hanyalah singel bed yang di mana tidak cukup untuk ditempati dua pria dewasa apalagi yang memiliki tubuh besar seperti Agam.

Namun entah mengapa Aksa senang sekali tidur dalam kesempitan itu.

"Ya, gak papa.. itu tandanya aku sayang kakak. Lagian perasaan aku jarang deh minta tidur sekasur gini," ujar Aksa.

"Ya udah, berarti kakak yang salah." Agam ikut merebahkan dirinya di atas ranjang di samping Aksa. "Mau dikelonin kayak gimana malam ini?"

"Hm.." Aksa membuat gestur berpikir. "Cuma ada kita berdua di sini," gumamnya mengingat kamar mereka hanya ditempati oleh dia, Agam, dan Jaka. Tetapi Jaka sedang keluar dan bisa dipastikan akan kembali dalam waktu yang lama.

dealova (gyujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang