"Siapa yang masih tidur? Bentar lagi mulai senam nih," tanya Bintang pada Agam yang baru saja keluar dari kamar mandi, habis mencuci muka.
"Lah, kerja bakti doang pake senam segala?" celetuk Agam.
"Biar menaikkan semangat, dek," ujar Bintang. "Di kamar kalian udah pada bangun belum? Bangunin yang belum bangun," titahnya.
"Aksa masih bobo. Gak usah dibangunin lah ya, biarin aja. Kasian kalo disuruh kerja berat, biar gue aja yang tanggung kerjaan dia," kata Agam dibalas tatapan malas oleh Bintang.
"Sok banget mau tanggung kerjaan orang. Elu sama pekerjaan sendiri aja masih ogah-ogahan," balas Bintang sinis.
"Kalo masalah Aksa gak bakal ogah-ogahan kok, bang," ujar Agam dengan senyum bodohnya.
"Gak, gak. Bangunin dia. Orang semalam dia sendiri bilang ke abang pengen ikut kerja bakti kok, semangat lagi bilangnya," semprot Bintang berkacak pinggang.
Agam menghela napas panjang, padahal ia tidak mau tidur si manisnya terusik. Ia ingin membiarkan Aksa tidur dengan nyaman karena pemuda manis itu akhir-akhir ini kurang tidur.
"Iya.. gue bangunin," ucap Agam malas.
"Bagus, abis itu diajak sarapan biar gak lemes. Abang mau ngecek kamar lain dulu," kata Bintang lalu berlalu meninggalkan Agam menuju kamar-kamar lain, mengecek apakah ada lagi yang masih belum bangun.
Agam pun masuk ke kamarnya. Ya, di dalam sedang ada Aksa yang masih tertidur pulas dengan selimut yang sudah tidak berbentuk menutupi sebagian tubuhnya.
Pemuda tinggi itu menggigit bagian bawah bibirnya gemas melihat pemandangan yang menggemaskan itu.
Ia bisa melihat sepotong kecil selotip menempel pada bibir si manis. Aksa sengaja menempelkan selotip itu sebelum tidur untuk menahan mulutnya agar tidak mendengkur saat tidur.
Ajaibnya cara itu berhasil. Yang biasanya setiap malam bisa didengar dengkuran halus yang keluar dari mulutnya, malam tadi tidak ada suara apapun yang keluar dari mulut pemuda itu.
Agam pun takjub karenanya. Tetapi jika dilihat dari jauh, selotip itu terlihat seperti dot anak bayi. Aksa seperti anak bayi yang sedang tidur sambil menghisap dot. Lucu sekali.
"Ya ampun, gak tega..." gumam Agam menghela napas.
Dengan langkah berat, Agam mendekati ranjang Aksa lalu merebahkan diri sembari memeluk tubuh kecil itu dari belakang.
Yang lebih tua menenggelamkan wajahnya pada bahu sempit yang lebih muda, menghirup dalam wangi tubuh favoritnya itu.
"Adek, bangun. Sarapan yuk.." bisik Agam pelan. Jemarinya bergerak melepas selotip yang menempel di bibir Aksa secara perlahan.
Perlakuan itu berhasil membuat pemuda manis itu mengerang dengan suara parau sambil menggerakkan badannya tidak nyaman.
Aksa mengerutkan keningnya lalu membuka mata. Hal pertama yang dirasakannya adalah hembusan nafas Agam yang menerpa bagian belakang lehernya.
"Sayang.." panggil Agam lembut.
Tangan Aksa yang bergerak mengucek mata seakan memberi tahu Agam bahwa si kecilnya itu sudah terbangun. Senyum tipis terukir dari bibir yang lebih tua.
"Kerja baktinya udah mulai?" tanya Aksa dengan suara yang masih serak khas orang baru bangun tidur.
"Belum, kita senam dulu kata Bang Bintang," jawab Agam. Tangannya tak bisa berhenti mengusap-usap perut Aksa, memang sudah hobinya tiap pagi.
Aksa mengangguk mengerti sambil menguap. Ia berupaya pun bangkit dari tidurnya, tetapi tangan Agam masih memeluk tubuhnya erat.
"Kak, lepas. Aku mau cuci muka," pinta Aksa dengan tangan yang berusaha melepaskan pelukan Agam.
"Bentar dulu, kakak masih mau meluk."
"Kak Agam.." rengek Aksa karena Agam malah semakin mengeratkan pelukannya.
Agam membalik tubuh Aksa agar berhadapan dengannya. "Dih, kenapa ngepout gitu? Mau dicium?" tanya Agam melihat wajah Aksa yang sudah cemberut saat bertatapan dengannya.
"Gak ada, gak mau. Kakak jauh-jauh sana!" seru Aksa mendorong bahu Agam agar menjauh. Tetapi tenaganya kalah jadi nasibnya harus berakhir dengan tragis, wajahnya langsung dihujani beribu kecupan dari yang lebih tua.
Pemuda manis itu mengerang kesal. Dirinya berusaha menghindari segala kecupan yang dilayangkan Agam walaupun usahanya itu gagal, Agam tetap berhasil mengecup wajahnya.
Karena melihat reaksi Aksa yang sedikit tidak ramah, Agam pun mengakhiri serangannya. Tetapi sebelum itu, bibir si manis dibawa pada pagutan singkat dulu.
"Dah, cuci muka sana. Kakak tunggu di kantin," titah Agam setelah ciuman mereka berakhir.
Aksa mendengus kesal, "gak. Aku sarapan sama Farrel aja."
Pemuda kelinci itu bangkit dari tidurnya dan langsung meninggalkan Agam dengan raut wajah kesal.
"Ih, jangan ngambek dong. Kecil, tunggu!" Agam mengejar sang kesayangannya itu untuk membujuknya.
Diketik: 5 Agustus 2023
Dipublikasi: 27 Agustus 2023 (11AM)
KAMU SEDANG MEMBACA
dealova (gyujin)
FanfictionGyuvin & Yujin as Agam & Aksa kumpulan narasi singkat yang secara iseng saya ketik karena saya suka dinamika hubungan gyujin. bila ceritanya terasa aneh dan tidak jelas, mohon dimaafkan. disclaimer⚠️ - bxb area (homophobic dni) - harsh words - will...