szkh: ampun...

337 36 8
                                    

Setelah satu jam berkeliling gedung, akhirnya Agam menemukan keberadaan Aksa.

Pemuda manis itu baru saja kembali dari minimarket habis membeli deterjen untuk mencuci baju.

"Sa, udah makan?" tanya Agam.

"Udah," jawab Aksa acuh tak acuh, menatap Agam saja ia enggan.

"Mau temenin kakak makan gak?" tanya Agam lagi dengan kakinya terus mengikuti ke mana Aksa melangkah.

"Aku mau cuci baju." Aksa mengangkat kantong belanjaannya yang berisi deterjen itu pada Agam sebagai bukti.

Agam menghela napas berat. "Kamu kenapa akhir-akhir ini gak mau negur kakak?"

"Gak mau ganggu aja sih."

Kening Agam mengkerut mendengar jawaban Aksa. Apa maksudnya mengganggu? Ia tidak pernah merasa terganggu sama sekali terhadap Aksa.

"Ganggu?"

Aksa mengedikkan bahu. "Ya.. akhir-akhir ini kakak jauh dari aku. Kirain gak mau diganggu."

"Sa, seorang Agam merasa terganggu atas kehadiran Aksa itu sebuah hal yang tidak masuk akal," kata Agam. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud Aksa itu.

"Oh.." respon Aksa singkat.

Ini kalau Agam sudah kepalang kesal, Aksa pasti sudah habis ia telan bulat-bulat. Pemuda manis itu terlalu tidak berterus terang, Agam jadi bingung ini sebenarnya kenapa.

"Kakak ada salah apa?" tanya Agam pelan. Ia tidak bisa kalau harus begini terus.

"Jauh dari aku," jawab Aksa. Sebisa mungkin mencoba untuk tidak menyebut nama Bintang, Hanan bilang jangan sampai kelihatan betul kalau mereka itu lagi cemburu.

"Lah kakak udah deketin, kamu yang menghindar," balas Agam.

"Kapan ya? Seinget aku sih kakak sama Kak Bintang mulu, kapan deketin akunya?" Ya, Aksa sudah berusaha semaksimal mungkin menahan dirinya untuk tidak menyebut nama Bintang.

Maafkan lah remaja baru puber yang masih suka plin-plan ini.

"Bang Bintang?"

'Iya, bangsat! Si Bintang Bintang itu, lu bisa stop nempelin dia gak?!' Aksa harap ia bisa menjawab seperti itu, tetapi ia tahan karena takut Agam sawan.

"Seinget aku aja sih ya.." ujar Aksa.

Agam berhenti melangkah, termenung dirinya memikirkan jawaban Aksa tadi.

Sedangkan Aksa yang sudah melangkah semakin jauh itu akhirnya bisa menghela napas lega karena sesi tanya jawabnya dengan Agam berakhir.

Aksa takut Agam bertanya makin jauh dan lama kelamaan dirinya malah jujur. Gengsi dong dia mau jujur duluan.

◍◍◍◍◍

Aksa baru saja selesai merapikan bajunya yang sudah dicuci itu, ia baru akan membuka pintu kamar untuk menuju kamar Hanan.

Tiba-tiba pintu terbuka duluan dari luar, tampaklah Agam yang matanya langsung menatap Aksa begitu dalam.

Aksa melangkah mundur dengan teratur karena merasakan aura negatif dari kehadiran Agam.

"Kak, jangan dikunci. Aku mau ke kamar Kak Hanan." Aksa menangkap pergerakan tangan Agam yang sedang mengunci pintu kamar dengan pandangan mata yang tak lepas dari dirinya

"Justru biar kamu gak ke sana makanya kakak kunci," balas Agam.

Wah, ini situasi yang berbahaya untuk Aksa sepertinya.

dealova (gyujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang