kilas balik: chocolate

487 36 41
                                    

Kesan pertama mereka pada satu sama lain memang lah sedikit buruk. Pertemuan pertama memang selalu sulit, tidak ada yang berjalan sesuai rencana.

Pada awalnya mereka berpikir setelah hari pertama itu, mereka tidak akan pernah jadi teman baik. Agam menganggap Aksa sebagai anak yang susah diajak bergaul, Aksa menganggap Agam sebagai pemuda yang sangat berisik.

Namun ternyata di luar ekspektasi mereka sendiri, mereka menjadi akrab dalam waktu yang bisa dibilang singkat.

Aksa lebih terbuka dari yang Agam kira, anak itu nyatanya sangat ekspresif. Agam kadang merasa dirinya kalah aktif dari Aksa, padahal Agam sendiri terkenal sebagai orang yang tidak bisa diam.

"Kak Agam, udah selesai?" Aksa masuk ke dalam ruangan luas yang dipakai Agam untuk latihan menari, hanya ada Agam di sana sedang berbaring terlentang menatap langit-langit ruangan dengan tatapan kosong.

Tubuh sang pemuda dipenuhi peluh, rambutnya total basah, napasnya masih terengah-engah. Agam langsung menoleh ke arah Aksa yang sedang melangkah ke arahnya.

Agam menggeleng lemah. "Kenapa, Sa?"

Aksa mengangkat salah satu tangannya yang sedang menggenggam sebotol minuman isotonik dingin. Ia duduk di samping Agam, menempelkan botol dingin itu pada pipi Agam.

"Makasih, Aksa," ucap Agam mengambil botol itu dari tangan Aksa. Ia pun bangkit dari posisinya dan duduk berhadapan dengan Aksa.

"Liat aku bawa apa..." Aksa mengangkat sedikit kaus oversizednya dan menampakkan sebungkus cokelat batangan yang ia selipkan pada celana.

Setelah melihat itu, Agam langsung tertawa gemas sembari membuka tutup botolnya. "Gak kapok ya kamu kemarin udah ketahuan juga," celetuknya.

Aksa ikut tertawa, dikeluarkannya cokelat itu dari tempat persembunyian. "Lagian masa ngemil doang gak boleh, aneh mereka," gerutunya.

Kesal dirinya mengetahui ada peraturan tidak boleh makan selama masih jam latihan. Jiwa bandelnya pun tidak tahan untuk melanggar peraturan tersebut.

Untungnya Agam juga sama sepertinya, jadi Aksa tidak sendirian jadi anak nakal di sini.

"Kakak mau gak?" tawar Aksa membuka bungkus cokelat itu.

Agam yang sedang meneguk minumnya hanya mengangguk. Asupan gula tambahan, kebetulan ia belum makan apapun untuk hari ini karena tadi bangun kesiangan dan harus buru-buru berangkat ke gedung akademi.

Aksa mematahkan sebagian kecil dari cokelat itu dan hendak menyodorkannya pada Agam. Tetapi dilihatnya pemuda itu memberi gestur membuka mulut minta disuapi karena tangannya yang sedang sibuk menutup botol.

Aksa menurut, menyuapi cokelat itu pada mulut Agam. Setelah itu ia menyuapi dirinya sendiri.

"Jadinya kamu keluar sama siapa tadi? Gak mungkin sendirian," tanya Agam sembari mengunyah.

Ia tahu Aksa tidak akan mengendap-endap keluar gedung sendirian, Aksa pasti akan mengajak seseorang untuk menemaninya. Pemuda kecil itu masih takut melakukan apapun sendirian di sini soalnya.

"Sama Kak Marcel, dia mau isi kartu bus tadi. Aku ikut dia soalnya bosen tadi gak ngapa-ngapain. Terus di sana keinget Kak Agam, ya udah, beli minum buat kakak sekalian.. sama snack juga sih dikit hehe..." tutur Aksa.

"Ciee.. keinget aku," goda Agam dengan tatapan jahil.

Tatapan sebal langsung dilayangkan Aksa padanya. "Apaan cie cie?" gerutu Aksa.

Agam terkekeh lalu mengacak-acak rambut Aksa dengan gemas.

Awalnya hanya ingin mengacak-acak sebentar, tetapi lembutnya rambut Aksa membuat Agam seperti terhipnotis untuk memainkan rambut hitam itu lebih lama. Bahkan sekarang Agam menggunakan kedua tangannya untuk mengelus-elus kepala Aksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dealova (gyujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang