the tamer

666 48 6
                                    

"Agam lagi marah..." bisik Marcel saat berpapasan dengan Aksa yang sedang berjalan menuju ruang latihan tempat Agam dan timnya berlatih.

Mata Aksa menatap Marcel seakan-akan menanyakan penyebabnya.

"Masalah koreo dance katanya. Agam minta beberapa koreo yang berpotensi bikin cedera diganti tapi banyak yang gak setuju karena penilaian udah bentar lagi," ujar Marcel mengerti maksud tatapan Aksa.

Aksa langsung terdiam sejenak. Masalah koreografi dari minggu lalu rupanya belum selesai.

Ia tahu bahwa dari awal Agam berniat untuk mengganti beberapa koreografi yang menurutnya sulit bahkan bisa membuat cidera. Meskipun tenggat waktu latihan mereka tidak lama tetapi itu lebih baik daripada nanti benaran ada yang cidera saat penilaian berlangsung.

Aksa sebenarnya bingung harus ada di pihak siapa tetapi ia sedikit setuju dengan pendapat Agam.

"Kakak dukung pendapat siapa?" tanya Aksa kepada Marcel.

Marcel mengedikan bahu. "Agam ada benernya juga, koreo mereka emang sesusah itu dan banyak part yang agak risky. Tapi mungkin karena anak lain udah terlanjur latihan pake koreo itu jadi ngerasa capek kalo harus belajar koreo baru lagi dan juga waktu mereka udah gak banyak."

"Kamu bawa Agam dulu deh, Sa. Biarin dia tenangin pikirannya dulu, soalnya susah juga di sana gak ada yang mau ngalah," saran Marcel.

Aksa mengangguk. Ia pun melanjutkan perjalanan menuju ruang latihan tim Agam.

Dan begitu sampai dan membuka pintu ruangan, tiba-tiba saja pemuda itu merasakan hawa dingin yang membuat merinding. Suasana di dalam ruangan terasa begitu canggung, padahal ia baru saja masuk dua langkah ke dalam ruangan itu.

Agam sedang berdiri di dekat jendela, jauh dari para pemuda yang duduk mengumpul di lantai ruang latihan. Tidak ada suara apa pun yang mengisi ruangan tersebut kecuali suara pensil yang sedang digunakan menulis oleh Aldo.

Ketika Aksa masuk, semua mata pun tertuju padanya.

Aksa tersenyum tipis sambil menunduk sopan. "Maaf, Aksa lupa ngetuk pintu sebelum masuk tadi. Aksa mau ketemu Kak Agam," ucapnya.

"Gak apa-apa, Aksa. Masuk aja," balas Farhan dilanjutkan oleh anggukan yang lain.

"Makasih, kak." Aksa menutup pintu lalu berjalan menuju Agam yang hanya menatapnya dalam diam.

"Ada apa ke sini?" tanya Agam sesaat setelah Aksa sampai di depannya.

"Rapatnya udah selesai?" balas Aksa dengan pertanyaan juga.

"Udah, Aksa. Udah selesai. Kalo mau bawa Agam pergi, bawa aja," jawab Aldo yang mendengar pertanyaannya.

"Oh, oke. Makasih, Kak Aldo," ucap Aksa.

Aldo berdehem tanpa mengalihkan pandangannya dari tulisannya. Entah apa yang sedang ia tulis.

"Makan malam yuk, kak," ajak Aksa kepada Agam.

Agam tidak menjawab tetapi menurut saja ketika si kecil dengan lembut menggandeng tangannya menuju pintu ruangan.

"Coba lu pikirin lagi keputusan lu itu, Gam. Latihan koreo baru tuh gak gampang apalagi dengan waktu mepet kayak gini," kata Aldo sebelum mereka keluar ruangan.

"Pikirin juga keputusan lu. Lu mau kita pada cedera karena maksa pake koreo ini? Jangan kejebak di zona nyaman terus. Berlaku juga buat kalian semua," balas Agam dengan jari menunjuk ke arah pemuda yang masih menulis itu lalu pada pemuda lainnya.

Aksa langsung menurunkan tangan Agam. "Udah, udah. Lanjut rapatnya besok lagi. Kami duluan ya, kak, selamat malam!" Aksa membungkuk hormat kepada para pemuda di ruangan itu.

dealova (gyujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang