sweater pembawa masalah

590 59 0
                                    

"Ini gak papa aku pake seharian?" tanya Aksa menatap Juna tidak enak.

Yang lebih tua mengangguk, "pake aja gak papa. Kalo mau, kamu ambil juga boleh. Kakak kasih buat kamu."

Aksa sumringah sembari memandangi sweater hijau yang sedang melekat di tubuh kecilnya itu, sedikit kebesaran tetapi terasa nyaman. "Makasih, Kak Juna!"

Juna mengacak rambut Aksa gemas. "Sama-sama, dek..."

Aksa tak menyangka sweater yang sering dipakai Juna ini akan menjadi miliknya. Ia kira Juna sudah cinta mati dengan sweater berwarna hijau ini, tetapi Juna malah memberikannya secara cuma-cuma pada Aksa.

Sweater ini adalah penyelamat bagi Aksa karena saat ini semua bajunya masih basah karena baru saja dicuci. Aksa lupa untuk mencuci bajunya kemarin jadi hari ini sudah tidak ada lagi baju bersih yang tersisa.

Untung saja Juna datang membantu Aksa mencuci baju-bajunya dan memberikan sweater itu untuk Aksa pakai sementara bajunya masih dicuci.

"Kakak bakal kangen gak sama sweaternya? Ini kan sweater kesayangan kakak.." tanya Aksa.

"Palingan kangen dikit, tapi gak papa kok. Kakak masih punya banyak sweater ijo di rumah," jawab Juna. "Buat perpisahan sama sweaternya, sini deh kakak peluk dulu," lanjut Juna merentangkan tangannya.

Aksa langsung masuk ke dalam pelukan yang lebih tua.

Juna memeluk Aksa erat sembari mengusap-usap punggung pemuda kelinci itu. "Dear sweater, mulai saat ini yang jagain kamu si Aksa ya.."

"Aksa, kakak udah balik— heh, ngapain kalian?!"

Kedua pemuda yang sedang berpelukan itu langsung terkejut mendengar suara lantang yang tiba-tiba datang itu.

Agam di sana, berdiri di depan pintu kamar dengan wajah terkejut. Terlihat sangat dramatis karena kini ia bahkan menjatuhkan kantong plastik berisi snack dari tangannya.

"Dih, nape muka lu gitu?" Juna menatap aneh ke arah Agam. Pemuda itu melepaskan pelukannya pada Aksa.

Aksa pun langsung menghampiri Agam dan mengambil kantong plastik yang dijatuhkan oleh pemuda itu. "Kak Agam beli ini buat aku?"

"Kamu ngapain pelukan sama dia, cil? Ini sweater dia juga ngapain kamu pake? Terus kamu kok keringetan gini? Kalian habis ngapain?" Agam tidak menjawab pertanyaan dari Aksa malah balik memborbardir pemuda kecil itu dengan sejumlah pertanyaan.

"Perlu tau banget ya lu?" Juna merespon pertanyaan Agam yang menurutnya sangat konyol itu.

Juna yakin sekali Agam pasti mengira dirinya dan Aksa habis melakukan hal yang tidak-tidak. Padahal selain dengan Marcel, Juna mana berani menyentuh anak orang sembarangan.

Namun karena melihat ekspresi lucu dari Agam, ide usil terlintas di pikiran Juna. Ia akan membuat seakan-akan pikiran negatif Agam itu benar terjadi meskipun aslinya tidak.

"Cil, tadi katanya capek? Sini istirahat aja," kata Juna pada Aksa.

Pemuda kecil itu menggeleng. "Udah gak kok sekarang. Lagian aku kan gak banyak gerak, yang paling banyak gerak kakak tadi."

Makin terlihat kosong tatapan mata Agam mendengar percakapan dua pemuda di depannya ini.

Aksa tidak sadar bahwa perkataannya itu semakin mengundang pikiran negatif di kepala Agam meskipun ia tidak bermaksud sama sekali melakukannya.

Sedangkan Juna sudah mati-matian menahan tawa. Pemilihan kata Aksa sungguh mendukung aksi jahilnya saat ini. Puas sekali dirinya melihat raut wajah korban yang terlihat bodoh itu.

dealova (gyujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang