setelah insiden sweater

675 55 4
                                    

Pemandangan tidak wajar terlihat di sebuah kamar asrama yang dihuni para pemuda.

Terdapat dua pemuda yang sedang dalam posisi aneh di mana salah satu pemuda sedang duduk di sisi ranjang menatap terkejut pemuda satunya yang berdiri di samping ranjang tiba-tiba saja memeluk erat dirinya dalam keadaan tidak memakai atasan apapun.

"Kak Agam jangan ngambek dong," rengek Aksa mengeratkan pelukannya pada Agam yang masih dalam keterkejutannya.

"Dek, pake baju dulu. Nanti ada orang masuk gimana?" Agam mendorong pelan tubuh Aksa yang polos bagian atasnya itu.

"Udah ku kunci pintunya, gak ada yang bisa masuk," ujar Aksa membuat Agam melirik ke arah pintu yang benar saja sedang dalam keadaan terkunci dari dalam.

"Heh, kamu-"

"Aku mau pake baju Kak Agam aja, sini kasih ke aku bajunya kakak," potong Aksa sambil memberi gestur menadahkan tangannya.

"Kenapa gak mau pake sweaternya Juna lagi?" tanya Agam heran.

"Nanti kakak cemburu," jawab Aksa.

Sebenarnya jawaban Aksa ada benarnya juga. Agam tidak suka melihat tubuh kesukaannya itu dalam balutan pakaian milik orang lain selain dirinya.

Namun siapa lah Agam untuk berhak melarang Aksa? Meskipun cemburu, Agam tidak punya hak untuk melarang Aksa terhadap hal apapun kecuali hal-hal yang bisa membahayakan kelinci kecilnya itu.

"Gak kok, kakak gak cemburu. Kamu kalo ngerasa nyaman pake sweaternya Juna, pake aja," ujar Agam sembari menggeleng pelan, ujaran dusta.

Sedangkan Aksa menggeleng kuat, "aku mau pake bajunya Kak Agam."

Agam menghela nafas pelan lalu tersenyum tipis, tangannya terulur untuk mengusap pipi Aksa. "Iya iya, kakak ambil dulu ya.."

Pemuda itu bangkit lalu menuju lemarinya untuk mengambil salah satu kaos untuk diberikan kepada Aksa.

"Pake ini aja biar gak gerah." Agam menyodorkan kaos putih bergambar astronot kepada Aksa.

Aksa langsung menerima dan memakai kaos itu.

Agam menggigit bagian dalam pipinya gemas. Entah kaos miliknya yang kebesaran atau tubuh Aksa yang mungil, yang pasti pemuda kelinci itu nampak menggemaskan sekali dalam balutan kaos itu.

"Kakak gigit kamu boleh gak?" izin Agam yang sebenarnya hanya sebatas formalitas belaka karena sekarang tubuh yang lebih muda sudah diangkatnya ke atas ranjang lalu dikukung.

"Kak!" seru Aksa ketika merasakan sensasi basah pada lehernya.

Agam menggigit pelan leher pemuda kelinci itu, membuat sang empu mengerang kegelian. Bahu Agam langsung didorong agar menjauh.

"Jangan kayak Kak Hanan yang suka gigit-gigit gak jelas, please.." keluh Aksa dengan bibir yang mencebik lucu.

"Abisnya kamu lucu sih. Kakak mana tahan sama lucunya kamu," balas Agam menguyel-nguyel pipi Aksa dengan segenap kegemasannya.

"Kakak lama banget tadi jogging sorenya," gerutu Aksa.

"Maaf, sayang. Si Satya tuh milih rutenya jauh banget, kakak cuma ngikut dia aja," ucap Agam. "Kalo gak lama, pasti kakak bisa bantuin kamu cuci baju tadi," lanjutnya dengan nada penyesalan.

"Kalo ada kakak juga aku lebih milih minta bantu sama Kak Juna," ujar Aksa langsung membuat Agam cemberut.

"Kok gitu? Emangnya kakak kurang apa?"

"Kalo sama kakak yang ada banyak bercandanya, nanti cuciannya lama selesai," tutur Aksa.

Agam hanya tersenyum tipis saat mendengar penuturan Aksa. Bibir yang lebih muda langsung dikecup singkat. Tanpa alasan sih, hanya pingin saja.

dealova (gyujin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang