15

1.8K 71 0
                                        

Beri aku Vote ya

After Flashback

Sharai dengan seksama mendengar cerita Mami sampai selesai. Air mata sudah menetes sedari tadi, pasti berat ada di posisi Sean.

"Kita harus sama-sama kuat untuk Sean, Sha" ucap Mami.

Sharai mengangguk tegas "Iya Mami"

"Kamu jangan heran ya, kalo besok Sean beraktivitas seperti biasa lagi"

Sharai mengernyit "Kenapa begitu Mami? harusnya Sean istirahatkan"

"Sean memang selalu seperti itu, ia tidak mau terlihat lemah dan tidak bisa hidup normal seperti dulu lagi"

Sharai mengangguk mengerti akan ucapan Mami.

"Mami makasih yaa udah cerita sama Sha karena Mami, Sha jadi tahu apa yang terjadi sama Sean"

"Sama-sama sayang" ucap Mami lalu memeluk Sharai.


                                 ★★



Elliot baru saja keluar dari ruangan Davis. Ia berjalan menuju adiknya.

"Princess, ayo kita pulang sekarang" ucapnya.

"Mami, Sha pulang dulu ya" pamitnya.

"Iya Sayang, hati-hati di jalan. Jangan lupa matanya dikompres sama sendok dingin ya biar gak sembab" pesannya.

"Iya Mami" angguk Sharai.

Mereka menaiki mobil lalu Elliot pun menjalankan mobil menuju Mansion Walton.

"Kenapa matanya makin sembab?" tanya Elliot melihat sekilas mata sang adik lalu kembali fokus menyetir.

"Tadi..abis denger cerita Sean dari Mami Kak" jawab Sharai.

"Cerita yang mana maksud kamu?"

"Kenapa Sean kecelakaan dan Waktu Sean dirumah sakit"

"Ohhh..kamu udah tahu sekarang ya. Kakak selalu ingat momen dimana Kakak kasih tahu berita itu sama Sean. Karena Kamu udah tahu jadi Kamu gak perlu takut kalo penyakit Sean kambuh. Kamu cukup berada disisinya dan tenangkan Sean"

"Iya kak" angguk Sharai. Ia tidak akan terdiam seperti tadi lagi saat melihat penyakit Sean kambuh.



                                ★★




07.30 di Mansion Rodriguez

Sean sudah siap berangkat kerja. Meskipun sebelumnya dia tidak diizinkan masuk hari ini oleh Opa tapi Sean tetap memaksa. Dia ingin segera menyelesaikan pekerjaan dan fokus pada persiapan pernikahannya.

"Kalo ada apa-apa cepat hubungi kami" pesan Opa.

Sean mengangguk "Iya Opa"

Setelah memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang, Sean langsung membuka ipadnya. Sedangkan Rio, ia sedang menjalankan mobil menuju perusahaan.

"Rio, hari ini jadwal Saya apa saja?" tanya Sean yang masih fokus pada layar ipad nya.

"Hari ini, Tn. menghadiri 3 meeting dan menandatangani beberapa dokumen" jawab Rio.

"Baiklah.."

Mobil yang ditumpangi Sean sudah sampai di perusahaan. Ia memasuki ruang meeting di lantai 12. Selama  empat jam akhirnya meeting selesai juga. Sekarang waktunya istirahat makan siang.

"Rio bisa antar Saya ke butik Sharai, Saya akan makan siang disana" ucap Sean.

"Tentu bisa Tuan" angguk Rio.

Sean mengangguk kemudian turun ke lantai bawah dan menunggu mobil di pintu masuk. Ia masuk kedalam mobil setelah Rio datang. Mobil pun melaju menuju butik Sharai. Membutuhkan waktu selama lima belas menit untuk sampai ke butik.

Tak lama mereka akhirnya sampai di butik.

"Ala, Sharai ada di atas?" tanya Sean.

"Iya Pak. Bu Sharai ada di atas" jawab Ala.

Setelah mendapat jawaban dari Ala Sean pun pergi ke ruangan Sharai, dia sengaja tidak memberi tahu Sharai bahwa ia akan datang menemuinya.

Sean mengetuk pintu.

"Silakan masuk" ucap Sharai tanpa tahu bahwa yang masuk adalah Sean.

"Haii..." sapa Sean.

Sharai yang  fokus pada pekerjaannya segera mengarahkan pandangan pada suara yang dikenalnya "Astaga...Sean!" Sharai berdiri dan berlari pada Sean lalu memeluknya erat. Sean juga sama membalas pelukan Sharai dengan tak kalah eratnya ia, menghirup wangi khas sang kekasih yang selalu dirindukan.

"Kamu mau ajak Aku makan siang bareng?" tanyanya, melepas pelukan dan memegang tangan Sean menuju sofa.

"Iya, tadi Aku beli makanan sebelum kesini" ucap menunjukan makanan yang dibawanya.

"Okkey. Bentar Aku ambil dulu alat makan sama minumnya"

Sharai kembali dengan membawa alat makan dan dua gelas berisi air putih. Mereka memulai makan siang dengan menu alpukat, telur rebus dan salmon panggang. Setelah kegiatan makan selesai mereka menghabiskan waktu bersama sebelum Sean pergi untuk meeting.

"Aku berangkat sekarang ya soalnya 30 menit lagi ada meeting" ucap Sean yang sudah ada di lobi.

Sharai mengangguk "Iya, hati-hati. Jangan terlalu memporsir tubuh, Aku gak mau Kamu sakit" ucapnya sambil memeluk Sean.

"Iya sayang by" Sean menciun kening Sharai.

Sharai melambaikan tangan ketika melihat mobil Sean melaju. Setelah mobil Sean hilang dari pandangan, dia pun kembali ke ruang kerja untuk melanjutkan pekerjaannya.



                                ★★




23.00 Malam di Mansion Rodriguez

Sean membuka pintu rumah dengan pelan dia takut membangunkan yang lain. Ia berjalan tanpa suara menuju kamarnya namun, belum sempat menaiki lift lampu ruang keluarga tiba-tiba dinyalakan oleh seseorang dan ternyata itu adalaah Daddy.

"Baru pulang hemm...?" tanya Daddy dengan ekspresi datar

"Iya Dad" Sean memasang wajah cengengesan.

"Kenapa gak sekalian nginep aja dikantor!" kesalnya.

"Gak bakal diizinin sama Opa" ucap Sean.

"Terus pulang larut kaya gini apa maksudnya hah!"

"Daddy jangan marah-marah. Sean minta maaf, tadi Sean gak lihat jam" cicitnya.

"Gak lihat jam apanya? kamu sengaja kan" cerca Daddy.

"Dad.."

Karena tak tega melihat raut wajah sang anak, Daddy mengalah "Okkey kali ini Daddy maafin. Tapi jangan kamu ulangi lagi" pesannya.

"Siap Dad. Kalo gitu Sean ke kamar mau bersih-bersih abis itu tidur. Sean malam ini mau tidur sendiri ya Dad"

Daddy menghela nafas dia harus menerima keinginan anaknya ini "Baiklah..."

Mereka pergi pun ke kamar masing - masing.


























Terimakasih sudah baca 😊

se complètent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang