Bei aku Vote ya ☺
Jika ditanya perihal kesiapan berpisah dengan orang tersayang, tentu jawabanya adalah tidak. Sama seperti keadaan Sharai saat ini, dia tidak mau kehilangan Sean. Jangan sekarang.
"I know you strong.. So please.. Stay wit me" lirih Sharai, melihat bibir Sean mulai membiru.
Syukurlah, ambulance cepat datang. Para medis segera memakaikan masker oksigen pada Sean. Kemudian memindahkan tubuh Sean secara perlahan ke brankar. Brankar pun didorong melalui pintu keluar masuk pribadi. Sirine Ambulance mereka nyalakan, melaju dengan cepat setelah diberi ruang oleh kendaraan lain.
Selama di perjalanan menuju rumah sakit, Sharai tak henti merapalkan do'a pada Tuhan agar suaminya bisa bertahan. Dielusnya kepala Sean dengan pelan. Tangan Sean masih tremor namun rona diwajahnya mulai membaik.
Ambulance tiba di rumah sakit milik keluarga Rodriguez. Brankar Sean di dorong ke ruang UGD dibantu petugas rumah sakit. Oriel, istri Davis yang melihat sebuah brankar berisi orang yang dikenalnya terkejut bukan main. Dia pun ikut membantu mendorong brankar Sean.
"Panggil Dokter Davis" ucapnya panik. Oriel itu seorang dokter gigi bukan dokter saraf seperti Davis suaminya jadi ia awam dengan hal ini.
"Dokter Davis sedang berada di ruang OP, Dok" jawab seorang suster.
"Aishh, Dokter Elliot panggil kesini!" pintanya.
Oriel tidak menyebutkan nama Clark karena tadi dia berpapasan dengan adik sepupu suaminya itu di lobi hendak pulang. Jam kerjanya sudah selesai.
Suster baru sampai di ruangan Elliot. Untung Dokter Elliot sedang ada di ruangannya. Dia berlari cepat begitu mendengar informasi dari Suster. Langkahnya berhenti sebentar ketika melihat sang adik menangis tanpa suara di depan ruang UGD yang tertutup rapat.
"He's wiill be okkey Princess... " Elliot memberi kata penenang pada adiknya dan lanjut masuk kedalam ruangan.
Bukannya tenang Sharai malam menangis semakin tersedu tanpa suara, dia menutup mulutnya.
Di ruang Unit Gawat Darurat, Elliot segera memberikan penangan untuk menstabilkan kondisi Sean. Seperti menaikan kadar oksigen. Kemudian memasang infus untuk memasukan obat anti kejang. Elliot membuka masker Sean sementara karena melihat buih air lendir keluar lagi dari mulut Sean. Dia pun meminta seorang perawat untuk mengambil alat suction atau penyedot dahak.
Alat suction sudah ditangannya. Elliot mulai memasukaan alat tersebut ke mulut Sean.
Srutt..srutt...srutt
Suara yang keluar dari alat suction. Ini dilakukan selama sepuluh detik sekali.
Sean terbatuk. Syukurlah ia mulai sadar dari kejangnya karena Sean sudah bisa merasakan rasa tidak nyaman dari alat itu.
"Uhuk..uhuk.."
"It's okkey Se.. " ucap Elliot menjeda kegiatannya.
"Your safe"
Elliot kembali memasukan alat suction.
Sean kembali terbatuk lagi.
"It's okke"
"Your okkey now" Elliot menyudahi kegiatannya dan memberikan alat tersebut pada perawat. Elliot kembali memasang masker oksigen kemudian membenarkan posisi Sean. Setelah ini dia akan melakukan pemeriksaan pada tekanan darah, kadar oksigen dan gula darah. Melalui pemeriksaan ini dia akan tahu apa yang menjadi penyebab penyakit Sean kambuh.
Sean membuka matanya perlahan. Wajahnya tampak pucat dan tatapan matanya sayu, ketara sekali dia lelah merasakan rasa sakitnya.
"Getting better?" tanya Elliot dengan nada rendah.
"Ya" jawab Sean tanpa suara.
Elliot memasukan obat sedatif ke infus agar Sean bisa beristirahat total. Perlahan obat tersebut merenggut kesadaran Sean.
★★
Sementara keadaan di luar ruang UGD, Sharai masih berdiri menatap ke dalam ruangan. Melihat sang kakak dan perawat yang membantu menyelamatkan Suaminya.
Karena fokus, dia sampai tidak sadar bahwa Daddy dan Mami berlari tergesa ke arahnya.
Mami menepuk pelan pundaknya begitu sampai "Sha.." ucapnya.
Merasakan tepukan di pundak, Sharai mengalihkan pandangan. "Mammmi" lirihnya. Ia langsung memeluk Mami dengan erat, suara tangis yang sejak tadi ditahan akhirnya keluar.
Mami mengelus punggung bergetar Sharai.
"Hiks.. Mami.. I'm.. scared" adunya. Ia khawatir akan kondisi Suaminya.
"Don't worry. Your husband strong. He will be fine" ucap Mami. Dia sama hal nya khawatir atas kondisi sang anak namun, Mami mencoba tegar kali ini karena ada seseorang yang harus dia kuatkan yaitu menantunya, Sharai.
Mami melonggarkan pelukan dan mengusap air mata di wajah Sharai. Menuntun Sharai untuk duduk di kursi. Mami mengelus dengan lembut kepala Sharai sampai tangis Sharai mereda.
★★
Mereka berdiri ketika brankar Sean keluar dari ruang UGD dan di dorong menuju ruang rawat pribadi Sean. Pakaian kerja yang tadi digunakan Sean sekarang sudah berganti jadi pakaian rumah sakit. Nasal kanula bertengger di hidung. Jarum infus di tangan dan juga oximeter dijarinya.
Pilu, itulah yang mereka rasakan saat melihat kondisi Sean.
Mereka berjalan mengikuti brankar. Brankar Sean sudah masuk kedalam ruangan namun sayangnya mereka belum diizinkan masuk. Sampai waktu yang ditentukan. Tujuannya supaya istirahat Sean tidak terganggu.
Elliot meminta mereka ke ruangan untuk menjelaskan tentang kondisi Sean.
"Apa sebelumnya, Sean mengeluh sakit atau ada cerita mengenai keresahannya?" tanya Elliot memulai pembicaraan.
Daddy menggeleng. "Tidak ada Ell. Kenapa dengan putraku? tanyanya.
"Dari hasil pemeriksaan, menunjukan bahwa kejang Sean kali ini, faktornya karena kondisi yang kurang fit dan adanya indikasi rasa lelah, banyak pikiran, serta kurang tidur. Itulah penyebab Sean kambuh"
Terkejut? tentu. Mereka tidak tahu bahwa Sean telah menyembunyikan hal ini dari mereka. Biasanya Sean tidak seperti ini. Mereka akan tanyakan hal ini nanti pada Sean setelah kembali sehat.
"Kak, bagaimana dengan kondisi kepalanya? Tadi Sha lihat Mas Sean udah ada dilantai" tanyanya dengan wajah sembab.
"Untuk mengetahui apakah keadaan kepala Sean baik atau tidaknya nanti kami akan melakukan tes EEG, setelah Sean merasa lebih baik karena ada beberapa prosedur yang harus dilalui sebelum tes" jawab Elliot.
Ohhh.. Apalagi ini. Mereka semakin khawatir dengan kondisi Sean.
"Karena Sean sekarang sedang flu. Mungkin setelah sadar dia akan terbatuk dan tenggorokannya akan terasa tidak nyaman karena ada dahak. Nah, untuk mengeluarkan dahak itu kalian bisa menepuk dinding dadanya secara perlahan selama lima menit sampai dahak itu keluar"
"Baik El/kak" jawab mereka.
"Sekarang Sean sudah bisa ditemui. Dua atau tiga jam lagi dia akan sadar. Nanti Aku akan visit kesana"
Mereka mengangguk. Sharai peluk sang Kakak dan mengucapkan kata terimakasih.
"Harus kuat, jangan nagis. Kalo mau nangis pas gak ada Sean aja. Soalnya dia bakal ikut nangis juga Princess" bisik Elliot ditelinga adiknya. Dia tidak serius berkata itu. Kata itu hanya sebagai istilah bahwa Sean tidak suka orang lain menangisi kondisinya.
"Iya.. " Sharai terkekeh pelan. Dia tahu maksud perkataan Kakaknya.
Mereka melepaskan pelukan karena, Daddy dan Mami sudah menunggu Sharai di luar.
Terimakasih sudah baca 😊