Eye for Eye

2.1K 236 83
                                    

Mobil mewah berwarna hitam dengan logo The Prancing Black Horse itu tampak membelah jalanan yang terlihat padat menuju ke hutan kawasan yang kini sudah beraspal. Donghyuck membuka jendela mobilnya, menghirup lembab dan sejuknya udara yang dipenuhi pepohonan rimbun tersebut. Ingatan Donghyuck kembali pada saat masa kecilnya dimana hutan menguarkan tujuh aroma pheromone milik Haechan. Sudut bibir Donghyuck naik, tersenyum tipis karena mom Haechan-nya telah menyetujui untuk mengantar Donghyuck ke Kanada. Semilir angin yang masuk ke dalam mobil disebabkan Donghyuck membuka jendela, membuat sang pengemudi bersuara.

"Kau tidak kedinginan? Tutup saja jendelanya Hyuck.."

"No, I'm fine ahjumma..."

"Kau sungguh akan tinggal di mansion Red Moon dahulu? Perlu kutemani?"

"Ah nah tidak perlu sampai menemaniku, ahjumma,, aku harus membalas Omega bernama Arin yang telah lancang merenggut nyawa aegi... Aku akan menyiksa dan menghabisinya dengan caraku."

"Kuakui dia memang melewati batas.. tapi ayolah bukankah kejadian itu juga memberikan keuntungan tersendiri bagimu?"

Donghyuck terkekeh pelan sekali, perut bawahnya akan ngilu dan terasa sakit setiap kali Donghyuck tertawa terlalu keras, netranya menelusuri hijaunya hutan dan sejuknya angin lewat jendela. Jemarinya naik dan bertumpu di dagu. Bibir penuhnya masih menyunggingkan senyum.

"Well, yes. Semua sudah kuperhitungkan, hanya saja yang satu ini luput dari perkiraanku. Atensiku sempat teralihkan sejenak karena hadirnya aegi."

"Bukan hanya karena janin itu, tetapi juga karena Minhyung menemukan matenya, tebakanku benar?"

Donghyuck mendengus pelan membuat tetua Jisoo tersenyum. Mobil mewah itu sudah hampir mencapai mansion Red Moon. Dan Haechan menyambut kedatangan Donghyuck. 

---

"Minhyung... Tolong...aku ...."

Minhyung menggeleng pelan. Iris Minhyung menatap pada bekas marking yang dibuat oleh dua anggotanya. Masih sedikit mengeluarkan darah karena luka yang dibuat begitu dalam hingga benar-benar merusak kelenjar pheromone Arin yang ditandai dua kali. Tidak hanya kehilangan aromanya, Arin juga meregang nyawa karena dirinya hanya Omega biasa. Mendapatkan double marking membuatnya berada di antara hidup dan mati. 

Sejak kemarin Minhyung berada di kamar tempat Arin berada. Memperhatikan kesakitan yang dialami sang Omega. Tanpa berniat membantu sedikitpun, bahkan untuk sekedar memberinya makan atau minum, Minhyung menyuruh anggotanya, sedikit sekali. Setiap nuraninya terketuk ketika melihat Arin yang lemah, menangis dan memohon.. otak dan pikiran Minhyung selalu berbalik menghantam menyadarkan Minhyung dengan kenyataan bahwa calon anaknya telah direnggut paksa dari tubuh Donghyuck. Membuat Minhyung bergeming dan menghentikan keinginannya menolong Arin. 

Siang hari ini, tepatnya saat mentari berada di puncak tertingginya, Minhyung cukup terkejut melihat Donghyuck masuk ke kamar tersebut. Seketika Minhyung menyadari bahwa sejak Donghyuck dirawat, dirinya belum sekalipun menemani Donghyuck di Rumah Sakit. Minhyung mengumpat pelan dalam hati, menyesali karena memilih menyaksikan penderitaan Arin daripada berada di sisi Donghyuck. 

"Donghyuck..."

Donghyuck abai. Langkahnya lurus menuju Omega bernama Arin tersebut. Arin sendiri kembali bergetar melihat wajah Donghyuck yang tampak seperti akan menerkamnya. Pikirannya kalut menyadari kemiripan wajah antara Donghyuck dan Haechan, sang Luna. Ucapan Haechan yang mengatakan bahwa Donghyuck adalah anaknya kembali  terngiang di telinga dan pikiran Arin. Jika itu benar, bukan Donghyuck dan Minhyung sejatinya adalah saudara? Menjijikkan sekali.

Minhyung mengikuti Donghyuck, berusaha waspada, apalagi melihat raut Donghyuck yang dikuasai amarah. Donghyuck menarik surai panjang Arin menimbulkan pekikan nyeri dari sang empunya, lalu sebelah tangannya meraih dan mengeluarkan gunting dari saku celananya. Donghyuck mulai menggunting surai Arin sependek yang bisa Donghyuck jangkau dengan guntingnya. 

JINX - SIGMA AFTER STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang