Regret

2.4K 233 47
                                    

Suasana ruang rawat inap VVIP di St. Paul Hospital tersebut tampak tenang, tidak ada yang berniat mengeluarkan suara sedikitpun. Hanya terdengar suara hembusan nafas lembut dari para insan yang berada di ruangan itu. Ruangan bercat putih gading dengan aksen hijau muda yang tampak lebih seperti kamar hotel itu berisikan kedua Tetua yang duduk diam tanpa berinteraksi apapun, tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Keduanya menerawang seakan menyesali sesuatu yang hanya mereka sendiri yang tahu. Satu hal yang pasti terlihat adalah dua pasang netra itu basah.

"Aghhhhh! Ahhhh,, Sakitt!!"

Jeno tiba-tiba saja tersadar dari tidurnya, tubuhnya tidak dapat dikendalikan, kedua tangannya kembali memegangi kakinya, berteriak kesakitan karena denyutan di seluruh kakinya terasa kembali menyerang kesadaran Jeno. Pengaruh obat pereda nyerinya habis. Tetua Yoona yang melihat hal itu langsung mengambil ramuan miliknya dan mencekoki Jeno dengan bantuan Tetua Jisoo. Hanya berselang beberaoa menit, Jeno mulai dapat mengendalikan dirinya. Nafasnya mulai stabil dan melihat kepada Tetua Jisoo, menatap penuh tanya.

"Tetua, aku kenapa? Kakiku sakit sekali, rasanya seperti ditusuk ribuan jarum dan itu mengerikan. Sebenarnya apa yang terjadi padaku?"

Melihat Tetua Jisoo yang terdiam, Tetua Yoona berinisiatif untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya pada Jeno. Mengenai perbuatan Jaehyun, kakak kembarnya dan juga kemungkinan rasa nyeri yang diderita Jeno saat ini adalah efek samping dari penggunaan ramuan yang terus menerus selama hampir enam bulan lamanya.

"Jaehyun Hyung sialan! Tega sekali dia padaku, aku benar-benar akan menghajarnya setelah keluar dari Rumah Sakit ini!"

"Jeno.. tapi itu tidak akan bisa..."

"Apa maksudmu? Aku tidak bisa keluar dari Rumah Sakit ini selamanya? Jangan membual Tetua!"

"Bukan, maksudku adalah, kau tidak akan bisa lagi bertemu dan menghajar.... Jaehyun."

Jeno mengernyit heran, tidak bisa? Memang kenapa sampai tidak bisa? Apa Jaehyun pergi keluar negeri meninggalkan dirinya? Jika iya, Jeno benar-benar akan murka pada sang kakak.

"Elder Jaehyun, dia.... Sudah meninggal Jen..."

Jeno terdiam. Telinganya seakan berdenging mendengar ucapan Tetua Yoona. Apa tadi? Meninggal?

"Jangan bermain-main denganku tetua! Kami masih saling pukul sebelum aku di bawa kemari! Dia masih sehat dan kuat! Apa maksudmu jika Jaehyun Hyung meninggal??"

Kali ini bagaimanapun Tetua Yoona berusaha menjelaskan penyebab kematian Jaehyun yang hanya dia dengar garis besarnya dari Minhyung, Jeno tidak bisa menerima. Jeno memang kesal karena merasa dimanfaatkan oleh Jaehyun, tapi Jeno tetap menyayangi kakak kembarnya itu. Sifat denial Jeno memang sangat kental, seperti saat ini Jeno terus menyangkal kematian kakaknya sebelum melihat sendiri tubuh sang kakak.

"Kita akan mengunjungi makamnya jika kau sudah keluar dari Rumah Sakit Jen... kau harus sembuh dulu.."

"Sialan, bajingan.. ini tidak mungkin bukan? Mustahil! Melindungi Donghyuck apanya? Dimana Donghyuck sekarang Tetua? Dan Ji-Sung... kau melihatnya?"

Jeno seketika teringat pada anak Alpa-nya. Jeno ingat dengan jelas saat Ji-Sung memanggilnya dengan sebutan Dad, tatapan penuh kekhawatiran saat melihat Jeno kesakitan. Jeno sedikit banyak merasa bersalah karena pernah berkata hal-hal yang kurang baik pada anak Alpha-nya itu. Padahal sekilas melihat saja Jeno harusnya tahu betul bahwa Ji-Sung adalah anaknya dengan Jaemin, Omega yang merupakan mate-nya dulu. Paras Ji-Sung itu benar-benar campuran dari kedua orangtuanya.

"Donghyuck, dia bersama Minhyung.. dan Ji-Sung kembali ke Korea.. Ji-Sung bilang bahwa dia harus segera kembali karena ayahnya sedang di operasi. Dia pergi setelah membawamu kemari dan menghubungi kami."

JINX - SIGMA AFTER STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang