"Siapapun yang memiliki simbol Jinx ini, dia tidak memiliki mate, Minhyung. He will only be one, not two."
Minhyung merasakan dadanya seakan dihantam sebuah batu saat Minhyung mendengar makna dari simbol yang ada di belakang telinga kanan Donghyuck dari sang tetua. Netranya menatap kosong pada wajah tetua Sandara yang melihatnya dengan sendu. Degup jantungnya berisik dan ribut. Otak pintarnya seakan melambat dalam memproses dan mencerna sebuah informasi yang didapatnya hari ini.
"Tetua, aku... Aku sudah menandai Donghyuck."
Tetua Sandara membola, "Kau serius, Minhyung? Kau melakukannya dengan sadar?"
"Tentu saja! Ahh! Kenapa Daddy dan bahkan tetua tidak percaya padaku?"
"Maksudku bukan seperti itu Minhyungie. Tapi... Tapi, Donghyuck itu.. dia.."
"Adikku. Aku tahu."
"Kau tahu tapi kenapa tetap melakukannya? Itu terdengar gila bagiku, Minhyung!"
Minhyung mendecih pelan dalam hati mengumpat pada reaksi orang-orang mengenai hubungannya dengan Donghyuck. Minhyung dan Donghyuck bahkan tidak satu ayah. Seharusnya tidak masalah bukan?
"Aku mencintainya, tetua."
"Apa kau yakin dia juga mencintaimu? Maksudku, jika Donghyuck tahu mengenai Jinx-nya.. dia tidak gegabah untuk jatuh cinta pada seseorang karena hanya akan berakhir terluka bagi dirinya sendiri."
"Terluka? Kenapa harus terluka?"
"Demi Moon Goddess Minhyung! Kau akan bertemu dengan Mate-mu kelak! Kujamin kau akan melupakan perasaanmu pada Donghyuck!"
"No, I'm won't! Perasaanku pada Donghyuck tidak sedangkal itu tetua."
"Kau akan paham saat bertemu mate-mu nanti Minhyung. Itu seperti mau tidak mau kau jatuh cinta pada mate-mu! Menginginkan mate-mu! Pikirkan semuanya dengan jernih Minhyung. Kau akan melukai Donghyuck! Mate adalah harga mati!"
"Tetua, aku membenci Elder Jaehyun dan Jeno karena telah membuat mom Haechanku menderita, tapi setidaknya aku sedikit percaya akan besarnya cinta mereka pada mom! Bahkan Elder Jeno me-reject mate-nya demi mom! Aku tidak keberatan melakukan hal yang serupa demi Donghyuck."
Minhyung pergi meninggalkan tetua Sandara yang terbengong mendengar ucapan Minhyung yang terdengar lancang dan kasar. Tetua Sandara menggelengkan kepalanya, netranya kembali memandang coretan sketsa Jinx yang digambarnya tadi. Meraba kertas tersebut seraya bergumam.
"Hufff, andai cara mematahkan Jinx ini semudah membalikkan telapak tangan..."
---
Minhyung mengendarai mobil dari mansionnya menuju ke mansion Grey Moon. Minhyung ingin bertemu dengan Donghyuck.
Apakah Donghyuck tahu mengenai Jinx-nya? Jika ya, kenapa Donghyuck membiarkanku menandainya?
Donghyuck mencintaiku juga. Itu pasti.
Well, Minhyung. Ucapan tetua Sandara tadi ada benarnya, hanya saja entah kenapa akupun tidak ingin melepaskan adik manismu itu.
Serigala Minhyung, Leo mengirimkan mindlink pada Minhyung. Mengangguk tipis.
Aku pun tidak berniat melepaskannya.
Tapi bagaimana dengan mate-mu nanti? Yakin bisa me-rejectnya begitu saja?
Aku tidak tahu. Pikirkan itu nanti saja Leo.
Minhyung kembali mengendarai mobilnya menuju kediaman Donghyuck. Tidak lama kemudian, mobil mewah Minhyung sampai di kawasan hutan Grey Moon. Minhyung memutuskan untuk berhenti di hutan saja, berencana mengejutkan Donghyuck dengan kedatangannya. Memasuki pekarangan mansion Grey Moon diam-diam. Minhyung masuk tanpa permisi ke dalam mansion yang memang pintunya sedikit terbuka karena kedatangan Ji-Sung tadi siang dan langsung menuju ke kamar Donghyuck. Hari itu Mansion tampak lengang, hanya beberapa penjaga yang ada di depan mansion dan mereka tidak melihat kedatangan Minhyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINX - SIGMA AFTER STORY [END]
Hombres LoboDonghyuck yang menginginkan Haechan. Sigma yang telah membawanya ke dunia untuk bersama keluarganya. Minhyung yang menginginkan Donghyuck. Bocah manis yang dahulu selalu menempelinya kemanapun. Dan Ji-Sung. Yang membenci Donghyuck karena Elder Jen...