07

4.4K 480 26
                                    

Pagi-pagi sekali Mela sudah pamit untuk pulang dari rumah Sena. Sebenarnya lelaki yang lebih muda darinya itu terus bersikeras untuk mengantarkannya, tapi ia menolak dengan alasan ingin sekalian jalan-jalan.

Kini Mela berjalan seorang diri di trotoar. Sembari kembali mempertajam ingatannya mengenai rute rumah Sena, ia juga sibuk memikirkan Denis.

Bukan karena apa, tapi melihat betapa ngototnya Denis untuk mengetahui nomor baru Sena dan alamat barunya membuat ia penasaran sebenarnya, seberapa besar cinta yang dimiliki Denis untuk Sena?

Terlepas dari perasaan yang dimiliki Denis adalah sesuatu yang dilarang, tetapi melihat bagaimana respon dari lelaki itu setiap kali menyinggung soal Sena tentu membuat Mela sedikit ingin tahu lebih jauh mengenai kisah keduanya.

"Duh, jadi gue yang pusing anjir. Kenapa juga gue pake ribet mikirin cara buat bantuin si Denis ya?" monolognya sambil menggaruk kepalanya.

Jalanan pagi kota Jakarta sama sekali tidak ada kata tenang. Kendaraan bermotor sudah lalu lalang bahkan sejak matahari belum sepenuhnya naik ke permukaan.

Warung nasi kuning yang tak jauh darinya cukup mampu menarik perhatiannya. Perutnya sedikit keroncongan karena tanpa sadar ia sudah berjalan cukup jauh dari area rumah Sena.

"Bu, nasi kuningnya satu ya." ujar Mela sambil duduk di kursi plastik yang disediakan begitu ia berada di warung nasi kuning.

Tangannya tanpa ragu mencomot tempe goreng yang ada di meja dan memakannya. Satu pengunjung lagi datang dan duduk di sebelahnya setelah memesan makanan yang sama dengan Mela, namun lelaki itu terlihat sibuk dengan teleponnya.

"Terus lo gimana, Den? Dikasih gak sama temen lo yang si Mela itu?"

Merasa namanya disebut, Mela diam-diam menoleh ke arah si lelaki berkacamata yang kini masih sibuk dengan teleponnya.

"Ooh, ya tuh cewek gak salah sih. Gue 'kan juga bilang sama lo kemaren kalo lo harus bisa ngendaliin diri lo sendiri dulu. Gue gak mau lo muncul di depan Sena dengan kelakuan kayak lo yang tiga tahun lalu, lo juga pasti gak mau ngacauin segalanya dengan bersikap kayak gitu kan?"

Apa yang dibicarakan lelaki itu benar-benar menarik penuh perhatian Mela hingga ia tanpa sadar terus menatap lelaki di sampingnya. Bahkan ia tak sadar kalau Ibu penjual nasi kuning sudah menaruh piring nasi pesanannya.

"Yaudah yaudah, nanti lanjut lagi ngobrolnya. Gue mau makan dulu, mau berangkat kerja."

Mela masih memperhatikan lelaki di sampingnya setelah dia mematikan panggilannya.

"Lo ... Kenal Sena?"

Pertanyaan dari Mela sontak membuat gerakan tangan si lelaki yang hendak menyendok nasi ke mulutnya berhenti. Kepala lelaki itu menoleh dan memberikan tatapan bingung ke arah gadis di sampingnya itu.

"Iya, kenal. Lo siapa? Kok tau Sena?"

"Mela. Cewek yang lo sebut Mela di obrolan lo tadi, itu gue."

Alis si lelaki terangkat, "Ooh, jadi lo Mela. Temen barunya Denis?"

Mela menganggukan kepalanya.

"Wah, dunia sempit banget ya. Terus, lo tau Sena dari mana?"

"Gue baru dari rumahnya."

Lagi-lagi gerakan tangan si lelaki berhenti mendengar jawaban dari Mela. Namun sedetik kemudian, dilihatnya gadis itu yang mulai menyuap makanan ke mulutnya.

"Hah? Dari rumah Sena?" sebuah anggukkan kepala didapatinya sebagai jawaban.

"Lah kok? Rumahnya di mana? Maksudnya, ini daerah rumah gue."

Drive Me Crazy || The Housekeeper S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang