04

6.3K 678 96
                                    

Di sinilah mereka sekarang, di area belakang restoran yang sangat sepi dan hanya diterangi beberapa buah lampu.

Sudah sekitar 10 menit mereka hanya berdiri berhadapan. Namun tentu dengan perasaan hati yang berbeda.

"Sena,"

Yang dipanggil pun menatap wajah Denis dengan tatapan datar. Lelaki di depannya itu kini maju lebih dekat ke arahnya, yang tentu saja Sena sendiri langsung bergerak mundur.

"Saya minta maaf, soal kejadian tadi ya Mas." ujar Sena bersungguh-sungguh namun tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Ka-kamu gak salah, Sena." sahut Denis dengan suara bergetar.

"Untuk makan malamnya--"

"Aku kangen kamu." potong Denis dengan cepat. Ia tentu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini dengan membicarakan hal yang tidak penting.

Sena hanya diam mendengar pengakuan Denis. Jujur saja, ia sendiri merasakan hatinya bergemuruh mendengar bagaimana lelaki di depannya mengakui perasaannya. Bohong jika ia sendiri tidak merindukan Denis, tapi lagi-lagi semua kejadian naas di masa lalu seakan menumbuhkan ego dalam dirinya.

"Maaf Mas, itu diluar pembicaraan masalah kita tadi. Saya harus tanggung jawab soal--"

"Aku gak butuh itu!"

Denis mendekati Sena dan menyentuh bahu pemuda yang selama ini seakan menjadi teror untuk hatinya.

"Aku cuma butuh kamu." ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

"Mas, tolong lepas. Saya gak nyaman." ujar Sena sambil berusaha melepaskan tangan Denis dari bahunya. Tapi bukannya terlepas, Denis malah langsung mendekap Sena ke dalam pelukannya.

"Maaf. Mas bener-bener minta maaf sama kamu, Sena."

"Mas, lepasin."

"Enggak! Mas gak bakal lepasin kamu lagi. Udah cukup Mas menderita selama tiga tahun setelah kamu pergi. Mas minta maaf soal kita yang kehilangan Yosse."

Sena langsung mendorong dengan kasar hingga pelukan Denis terlepas darinya. Tatapan matanya tajam ke arah Denis yang kini sudah berurai air mata.

"Kita? Apa maksudnya kita? Dari awal saya itu cuma berdua dengan mendiang anak saya." ujar Sena menusuk.

"Yosse anak aku juga Sena."

"Yosse cuma anak saya!" ujar Sena sedikit keras.

"Kamu itu ... Kamu itu cuma pengacau di hidup saya! Seharusnya kalo kamu gak nekat lakuin tes DNA, sekarang anak saya pasti masih hidup dan bahagia sama saya!"

Denis menyadari satu hal. Sena di depannya sudah sangat berbeda dengan yang dulu. Dan itu membuat hatinya seakan dihunus dengan pedang tajam.

"Maaf karna lagi-lagi saya marah sama Mas. Tapi saya gak punya banyak waktu untuk ngomongin hal yang gak berguna jadi, saya permisi."

Denis langsung menjegat Sena agar lelaki itu tidak bisa pergi. Namun Sena yang sudah terlalu sakit kini sudah berani melampiaskan emosinya dengan menonjok wajah Denis hingga lelaki itu tersungkur.

"Dari awal yang kita mulai cuma kekacauan, dan saya ingin mengakhiri semua kekacauan ini. Jadi tolong, jangan pernah temui saya lagi, selamanya." ujar Sena menekankan kata terakhir sebelum kemudian kembali ke dalam restoran.

Denis sendiri masih diam dalam posisinya. Kini ia menangis sesegukan setelah mengetahui bahwa Sena sudah berubah. Sedih, sakit, dan kecewa tentu menyelimuti hatinya hingga membuat ia kesulitan bernapas. Tapi rasa cintanya pada Sena masih jauh lebih besar sehingga semua rasa pahit dan nyeri di hati yang ia rasakan seolah tidak ada apa-apanya.

Drive Me Crazy || The Housekeeper S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang