Siang ini Ribs House resto nampak cukup sibuk. Bagian dapur sedang cukup chaos karena lagi-lagi mereka mendapat pesanan yang cukup dadakan untuk acara besar. Tak heran sejak 30 menit yang lalu Pak Zaenal terus-terusan teriak mengarahkan anggotanya untuk bekerja cepat namun sempurna.
"Ayam asam manis udah keluar belom?" teriak Pak Zaenal pada anak buahnya sambil mengurus beberapa bahan masakan.
"Ready, chef!" jawab Darto kemudian segera menaruhnya di meja pelayan untuk di bawa keluar.
"Oke. Nasi Hainan sama tumis buncisnya keluarin kalo udah. Tamu udah pada mulai dateng tuh!" ujar Pak Zaenal dengan suara keras.
Saat dapur sedang dalam kondisi 'panas', berbeda dengan ruangan depan yang sudah mulai di penuhi oleh tamu undangan si pemilik acara. Denis yang kebetulan juga di undang oleh kolega bisnisnya itu masuk bersama Mela. Ia tak menyangka kalau Pak Bram, kolega bisnisnya, juga kenal dengan Mela.
"Gue gak nyangka lo bisa kenal orang penting kayak Pak Bram. Gue kira lo pengangguran yang cuma ngabisin duit orang tua di rumah." ujar Denis sedikit bercanda.
"Yeee, gini gini kalo soal duit berani gue ngadu sama lo." sungut Mela tak terima.
Mereka berjalan menghampiri Pal Bram yang kebetulan sedang menyapa para tamunya. Obrolan singkat terjadi di antara mereka bertiga, sekadar basa-basi antara kawan bisnis.
Denis tentu tidak akan bisa sepenuhnya fokus pada acara. Ia lebih tertarik untuk mencari keberadaan Sena dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh area resto.
"Gak bakal ada orangnya, ini jam kerja. Dapur pasti lagi rame banget sekarang." tegur Mela yang menyadari gelagat Denis.
"Hehe, ya kali aja nongol 'kan?"
Mela hanya menggelengkan kepalanya. Baru kali ini ia berteman dengan seseorang yang bucin setengah mati seperti Denis. Sebelumnya ia dan teman-temannya tipikal orang yang cuek dan tidak terlalu memusingkan percintaan.
Setelah beberapa menit acara bincang-bincang para tamu, masuklah ke acara inti di mana Pak Bram memberikan kata sambutan karena acara ini adalah semacam syukuran karena Pak Bram telah membuka anak perusahaan baru yang berbasis di Australia.
Acara berlanjut seperti kebanyakan acara orang-orang kaya. Ada yang mengobrol santai, ada yang sibuk foto-foto, dan tentu mereka juga menikmati hidangan yang tersedia.
Denis berjalan menuju sebuah meja kosong dengan Mela yang mengikutinya. Meja yang mereka tempati berada di pojok ruangan dekat pintu, membuat mereka lebih leluasa untuk mengobrol karena cukup jauh dari keramaian.
"Jadi, udah ada perkembangan apa hubungan lo sama Sena?" tanya Mela sambil menyuap makanannya.
"Hm? Gue gak tau harus ngomong apa sih, Mel. Gue seneng banget, sumpah. Makasih banyak ya lo udah bantuin gue. Gak kebayang kalo gak ada lo, mungkin gue masih jadi Denis yang kemaren." jawab Denis sambil tersenyum.
"Yaa, sama-sama. Gue seneng kalo liat temen gue seneng. Terus, udah resmi jadian lagi?"
"Sebenernya gue pribadi gak anggap kita pacaran sih, gue lebih mandang dia sebagai tunangan gue."
"Jauh banget, anjir. Ngalamarnya juga kapan tau-tau nyebut tunangan?" tanya Mela sambil sedikit terkekeh.
"Dulu 'kan gue sempet mau ngelamar dia. Cuma kalo sekarang, kayaknya gue masih harus nuntasin satu hal lagi."
"Apa tuh?"
"Sena kemaren cerita kalo dia sempet ke rumah orang tuanya, dan dia nyeritain soal gue juga, dan yaahh, gue harus dapetin restu orang tuanya dulu sebelum beneran ngelamar dia 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive Me Crazy || The Housekeeper S2
Hayran Kurgu3 tahun Denis lalui dengan perasaan kelabu. Semenjak kepergian putranya, Yosse, dan Sena yang juga memilih meninggalkannya membuat dirinya mati-matian bangkit dari keterpurukannya. Ia yang tadinya sangat ramah dan ceria, kini menjadi sosok yang tena...