16

3.5K 431 24
                                    

Hari Senin adalah hari yang selalu mengundang mood yang kurang baik bagi sebagian besar orang, tapi tidak bagi Denis. Setelah semalam ia kembali melampiaskan rasa frustrasinya dengan meminum alkohol di rumah Samuel, kini ia kembali mendapatkan semangatnya untuk memperjuangkan Sena setelah sahabat karibnya itu menasihatinya panjang lebar.

"Ma,"

Bu Mina yang pagi itu sedang menikmati teh hangatnya menoleh ke arah sang putra yang nampak sudah berpakaian rapi.

"Ma, Denis boleh minta tolong gak?"

"Minta tolong apa?"

"Tolong masakin makanan buat Sena, Ma, mau Denis bawain ke tempat kerjanya."

Bu Mina sempat hanya diam sambil menatap putranya sebelum kemudian mengangguk.

"Mau di bawain apa?" tanya Bu Mina sambil membuka kulkasnya.

"Apa aja, gak perlu yang terlalu ribet yang penting enak."

"Nasi goreng aja ya?"

"Boleh, nanti Denis ke sini lagi ya Ma."

Bu Mina hanya menganggukan kepalanya. Untuk sesaat ia merasa lega karena Denis seolah kembali mendapatkan jiwanya.

Setelah 15 menit, satu kotak makanan berisi nasi goreng dengan telur dan juga beberapa iris timun sudah siap untuk di bawa Denis. Pemuda yang kini sudah berpakaian lengkap dengan setelan jasnya masuk ke dapur dan tersenyum melihat makanan di dalam kotak yang tersaji dengan apik.

"Makasih ya, Ma." ujar Denis sambil tersenyum.

"Sama-sama, sayang."

"Eeh ... Ma, tolong doain Denis ya. Denis gak tau apa Sena mau ketemu sama Denis atau nggak, tapi se-enggaknya doain biar Sena mau nerima makanan buatan Mama." pinta Denis.

"Pasti, sayang. Mama doain yang terbaik buat kamu." balas Bu Mina sambil tersenyum.

"Kalo gitu Denis berangkat dulu ya, Ma." pamitnya kemudian mencium pipi sang Ibu.

Denis melajukan mobilnya dengan kecepatan normal menuju Ribs House Resto. Ia tahu restoran itu pasti belum buka jam segini, tapi ia harap Sena sudah datang di tempat kerjanya.

Setelah menempuh waktu cukup lama karena jalanan sedikit macet, Denis tiba di Ribs House Resto dan bergegas masuk ke dalamnya. Restoran masih sangat sepi, hanya ada beberapa karyawan yang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Maaf Mas, tapi kami belum buka jadi--"

"Oh, enggak. Gak papa Mas, saya ke sini karna mau ketemu sama salah satu chef di sini, namanya Sena. Dia udah dateng belum ya?" tanya Denis memotong ucapan si pelayan laki-laki itu.

"Sena ..." Si pelayan menoleh ke arah salah satu rekannya yang keluar dari dapur.

"To, si Sena udah dateng belom?" tanya si pelayan.

"Udah tuh, lagi di belakang orangnya." jawab Darto.

"Lagi di belakang, Mas." ulang si pelayan ke arah Denis.

"Oh, saya boleh izin ke belakang? Saya mau nganterin ini." ujar Denis sambil mengangkat sebuah paper bag yang dibawanya.

"Maaf Mas, tapi selain staff gak ada yang boleh masuk ke dapur. Mungkin Mas nya bisa lewat pintu itu buat ke area belakang resto." ujar si pelayan sambil menunjuk sebuah pintu kaca yang ada di sebelah kiri Denis.

"Ooh, oke, makasih ya Mas."

Dengan langkah yang cukup yakin dan senyum yang tersungging di wajahnya, Denis segera melangkah menuju area belakang resto. Namun langkahnya seketika berhenti dan senyumnya memudar saat melihat bahwa Sena tidak sendirian. Lelaki berkulit tan itu duduk memunggunginya, namun Kavin berada di hadapan Sena.

Drive Me Crazy || The Housekeeper S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang