23

3.9K 512 109
                                    

Kubuat kalian terombang-ambing di chapter ini.

.

.

.

Denis menghembuskan napas jengah kala dirinya melihat sosok Kavin yang baru saja turun dari mobilnya.

"Pergi lo." usirnya dengan lugas saat Kavin berjalan mendekatinya.

"Lo gak punya hak buat ngusir gue. Gue udah janjian dari semalem sama Sena." balas Kavin santai kemudian menyandarkan bokongnya di kap mesin mobil Denis.

"Gak ada janjian-janjian. Sena sama gue!" tegasnya lagi. Ia benar-benar kesal melihat wajah menyebalkan Kavin.

"Ya terserah sih. Biarin aja Sena yang milih mau berangkat sama siapa."

Denis mendengus dengan lirikan sinis ke arah sepupunya. Tak lama Sena keluar dari rumahnya, dan memberikan tatapan canggung ke arah 2 pemuda di depannya.

"Lo mau berangkat sama gue apa sama Denis?" tanya Kavin langsung.

"Gak usah lo tanyain," ujar Denis menggantung kemudian mendekati Sena. Tangannya tanpa ragu menggengam tangan kiri Sena.

"Dia sama gue." lanjutnya mutlak dan menarik Sena menuju mobilnya.

"Eiitss, nanti dulu," ujar Kavin mencegat keduanya.

"Gue udah bilang, semalem gue udah janjian juga sama Sena, jadi seharusnya lo biarin dia milih mau berangkat sama siapa. Mainnya yang adil dong." lanjutnya dengan senyuman yang sangat menyebalkan bagi Denis.

"Lo tuh ngapain sih sebenernya? Lo itu cuma orang asing di antara gue sama Sena. Gak seharusnya lo ngusik urusan kita berdua."

Kavin terkekeh mendengar Denis yang terlihat kesal kepadanya.

"Persaingan buat dapetin orang yang di suka itu wajar 'kan?"

Tanpa sadar Denis mulai terpancing emosi dan meremat tangan Sena dengan cukup kuat.

"Mas Denis, tangan saya sakit." cicit Sena pelan.

"Sadar gak lo nyakitin tangannya Sena?" tanya Kavin sambil berusaha melepaskan tangan Denis namun di tepis oleh si pemilik.

"Lepas tangan lo dan gak usah ikut campur! Mending sekarang lo pergi, sebelum gue tonjok muka rese lo itu."

Denis menarik tangan Sena dan membuatnya masuk ke dalam mobil. Saat hendak ke kursi kemudi, Denis harus melewati Kavin dan ia sempat mengacungkan jari tengahnya di depan wajah sepupunya itu sebelum kemudian masuk ke mobil dan pergi dari hadapan Kavin.

Sementara itu di dalam mobilnya, Denis sempat memarkirkan mobilnya di tepi jalan karena ia benar-benar tak bisa menahan rasa kesalnya.

"Kemaren nelfon Kavin ngomongin apa?" tanya Denis sambil menghadap ke arah Sena.

"Gak ngomongin apa-apa."

"Bohong lagi? Kamu ngelindungin dia?" tanya Denis mulai emosi.

"Mas Denis tuh kenapa sih? Saya cuma ngobrol biasa sama Mas Kavin, gak ada ngomongin apa-apa."

"Terus ngapain dia pagi-pagi udah di rumah kamu? Kamu janjian sama dia buat berangkat bareng?"

"Saya gak ada janjian apapun sama Mas Kavin, semalem kita emang telfonan tapi cuma cerita satu sama lain."

"Cerita apa? Kenapa dia boleh tau cerita kamu sementara kalo sama aku kamu jadi tertutup dan suka bohong?"

"Bohong apa sih, Mas? Apa juga yang harus saya ceritain ke Mas Denis?"

Drive Me Crazy || The Housekeeper S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang