01

10.1K 789 131
                                    

Awan nampak berwarna abu-abu pekat dan menggumpal di langit. Angin di luar juga nampak berhembus dengan ribut, membawa suhu dingin di waktu yang masih sangat pagi ini.

Denis membuka tirai gordyn jendela kamarnya. Terdiam sejenak saat menyadari bahwa langit seakan tak mengizinkannya keluar rumah untuk bekerja karena akan segera meluruhkan muatan airnya. Gemuruh petir juga ikut memberi sinyal bahwa cuaca sedang tidak mendukung segala aktivitas setiap insan manusia di luar rumah.

"Gelap banget." lirihnya bergumam. Masih dengan handuk yang melilit di pinggang serta rambut yang basah, Denis meraih ponselnya dan mengirimkan pesan pada karyawannya, menanyakan kondisi cuaca di tempat mereka apakah sama mendungnya dengan cuaca di tempatnya.

Ya, Denis pindah tempat kerja. Sekarang ia terjun pada bidang yang lebih strict, di mana dirinya memutuskan untuk mengambil alih perusahaan turun temurun keluarganya yang selama ini dikelola oleh pamannya semenjak Ayahnya meninggal.

Bukan tanpa alasan ia mengambil langkah berat itu. Ia yang tipikal orang penuh kreativitas tiba-tiba banting stir untuk mengurus saham, deposito, dan marketing adalah sesuatu yang seolah menghantam dunianya hingga hancur. Namun ia sadar, membiarkan logikanya untuk terus memikirkan nasibnya di masa lalu akan sangat berbahaya untuknya. Sehingga ia memilih memberikan tekanan yang sangat besar pada pikirannya sebagai langkah agar dirinya bisa bangkit dari keterpurukannya.

Setelah mengabari semua karyawannya untuk WFH, Denis menaruh kembali ponselnya dan memakai baju. Hawa dingin di luar cukup kuat untuk menembus jendela kamarnya hingga ia merasa sedikit kedinginan.

Tok tok

Denis meraih handuknya di atas kasur kemudian membuka pintu kamarnya. Wajahnya menatap wanita di depannya dengan ekspresi datar yang ia gunakan sejak 2 tahun terkahir.

"Sarapannya udah siap, Mas." ujar wanita itu sopan. Ia adalah ART yang kini bekerja di rumah Bu Mina.

"Ya."

Hanya itu balasan Denis. Ia menyodorkan handuk di tangannya pada ARTnya, meminta untuk dijemurkan di ruang laundry.

Tetesan air mampu menghancurkan sebongkah batu, yang diperlukan hanyalah waktu. Ya, kondisi seperti itu lah yang Denis alami pasca dirinya mengalami keterpurukan yang sangat dalam.

Tiga tahun yang lalu ia ditinggal pergi oleh 2 orang yang sangat dicintainya. Yosse, putranya yang tewas akibat ulah mantan kekasihnya, dan Sena yang juga memilih pergi meninggalkannya dan memutus segala akses yang berhubungan dengan dirinya. Bahkan Bu Mina, pemeran utama yang sudah sangat baik pada pemuda itu pun juga di putuskan oleh Sena.

Selama 3 tahun itu, Denis berusaha bangkit dan bertahan di atas kedua kakinya. Berkat dukungan sang Ibu, serta Jerry dan Samuel sebagai teman dekatnya--meski sudah tidak sekantor--ia berhasil kembali menjadi manusia yang memiliki kehidupan setelah kerjaannya hanya menangisi kepergian Yosse dan Sena selama satu tahun lebih.

Tapi, waktu tentu dapat merubah sesuatu terutama sifat manusia. Denis sudah berubah. Dulu ia ceria, ramah, dan aura hangat penuh kasih sayang menguar dari dirinya. Namun sekarang hanya ada aura dingin, wajah datar, senyum kaku, dan kosa kata yang irit dari dirinya.

Tekadnya untuk bangkit ternyata menarik egonya untuk berada di garda depan. Meski ia bukan orang yang temprament, namun jika sudah marah tak akan ada ampun bagi mereka yang menyulut amarahnya. Hanya Ibunya lah yang tidak akan pernah ia bentak atau ia hantam dengan tangannya.

Jika kalian bertanya bagaimana Denis akhirnya bisa menyingkirkan atensi Sena dalam pikirannya sehingga ia bisa kembali menjalani hidup normal, jawabannya, tidak. Ia tidak akan pernah mau dan tidak akan pernah bisa membuang keberadaan sosok itu di kepalanya. Semenjak dirinya yakin bahwa ia mencintai Sena, ia sudah menyerap berbagai rekaman kegiatannya bersama Sena.

Drive Me Crazy || The Housekeeper S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang