17

3K 402 75
                                    

Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan Denis menunjukan pukul 9 malam. Hembusan napasnya terdengar berat, berusaha mempersiapkan diri untuk menemui Sena setelah kejadian pagi tadi kurang mengenakkan untuknya.

Denis melangkahkan kakinya ke dalam bangunan resto. Belum sempat ia menjawab sapaan pelayan yang berjaga di pintu, sosok Sena yang keluar dari pintu dapur langsung menarik perhatiannya.

"Sena,"

Lelaki berkulit tan itu berhenti dan hanya diam sambil menatap Denis. Sena melirik ke arah rekan kerjanya, tersenyum sekilas sebelum kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari gedung restoran.

"Sena, Sena tunggu,"

Sena menghembuskan napasnya perlahan saat dirasa tangannya di cekal oleh Denis. Ia masih tidak membuka mulutnya, hanya saja ia terus menatap Denis yang kini berdiri di sampingnya.

"Aku anterin pulang ya?" tawar Denis yang sebenarnya lebih seperti meminta izin dalam nada bicaranya.

"Gak usah, Mas. Saya di jemput Mas Kavin." tolak Sena sambil berusaha melepaskan tangan Denis dari tangannya.

"Enggak, aku gak ngasih."

Dahi Sena mengerut saat tiba-tiba Denis melarangnya untuk pulang dengan Kavin. Mulutnya baru terbuka sedikit untuk membalas ucapan Denis, namun pria itu lebih dulu menyelanya.

"Pulang sama aku ya? Ini udah malem, Kavin juga gak keliatan bakal dateng jemput kamu, jadi mending aku yang anterin ya? Biar kamu bisa lebih cepet istirahat." bujuk Denis dengan tatapan memohon.

Keduanya masih diam di depan gedung resto. Dengan gerakan perlahan Denis meraih kembali tangan Sena yang terasa sedikit lebih kasar dari 3 tahun yang lalu kemudian ia menarik tangan itu dengan lembut untuk membawa Sena ke mobilnya.

Denis membukakan pintu penumpang depan, mempersilakan Sena masuk bahkan sampai melindungi kepala Sena agar tidak kepentok bagian atas pintu mobilnya. Ia benar-benar memberikan princess treatment pada Sena.

Sena melirik sekilas ke arah Denis yang sudah duduk di kursi kemudi.

"Kamu udah makan? Kita makan dulu ya?" tanya Denis sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Gak usah, tadi kamu bilang cuma mau anter saya pulang." jawab Sena dengan nada datar.

"Kamu kerja seharian pasti capek 'kan? Kalo gak makan dulu nanti nyampe rumah pasti gak makan karna langsung tidur. Kita makan dulu ya?"

Sena menghembuskan napasnya kasar. "Terserah."

Denis tersenyum kemudian melajukan mobilnya. Kawasan Jakarta yang seakan tak pernah tidur memydahkan Denis untuk menemukan restoran yang cocok untuk makan malam mereka.

Seperti di awal, setibanya mereka di sebuah resto, Denis kembali membukakan pintu mobilnya untuk Sena dan melindungi bagian kepalanya agar tidak kepentok. Tidak hanya itu, Denis juga turut membukakan pintu restoran untuk Sena dan mempersilakannya masuk duluan.

"Lain kali gak usah kayak gitu, saya gak lumpuh." ujar Sena dengan tatapan sedikit sinis.

"Aku cuma mau baik sama kamu." balas Denis sambil tersenyum.

Mereka duduk di kursi yang ada di pojok ruangan tak jauh dari pintu. Bagian depan resto yang menggunakan kaca membuat Sena memiliki pengalih agar tidak terus menerus menatap Denis.

"Kamu mau makan apa?" tanya Denis sambil melihat-lihat buku menu.

"Apa aja."

Denis pun akhirnya memesankan menu yang menurutnya enak dan bisa mengenyangkan Sena pada pelayan yang ia panggil.

Drive Me Crazy || The Housekeeper S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang