Sebelum fajar menyingsing, kegiatan di pasar Long paka mulai ramai oleh para pedagang yang berdatangan untuk menata barang dagangannya, kegiatan jual - beli biasanya lebih ramai di awal fajar. Sebab, para pembeli lebih menyukai barang dagangan yang segar seperti sayur maupun hasil kebun yang baru di panen.
hari itu Nimari membantu Awang mengeluarkan sayur - sayuran dari gerobak sembari Awang menggelar alas untuk daganganya. Sayur yang ia keluarkan masih sangat segar, karena Awang memetiknya langsung dari kebun.
"kau tau, sepertinya Hari ini adalah hari yang panjang bagiku. aku tidak tau setelah hari ini kita akan bertemu kembali atau tidak." Nimari sedikit merasa cemas. Ia berjongkok diatas tanah sambil merapikan terong-terong Awang.
"hei, kau tidak perlu khawatir." Awang menepuk bahu Nimari. "aku memang tidak mengenal betul dirimu, tapi aku tahu kau pasti bisa melalui semua ini. Mampirlah, jika suatu saat kau merindukan kami dan Long paka."
"pasti." jawab Nimari tegas. Ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk tetap hidup demi orang - orang yang melindunginya selama ini.
tak lama kemudian para pasukan Simpei datang dengan membawa beberapa pasukan berkuda. Kali ini lebih banyak dari pada kemarin. Target mereka bukanlah orang biasa, namun Nimari. seorang Musuh yang memiliki kekuatan setara panglima seperti Simpei.
"Dimana wanita itu!!"cepat keluaar kau!" Teriak Simpei sambil mengangkat tinggi-tinggi mandaunya.
Tak butuh waktu lama pasar Long Paka yang awalnya terasa damai menjadi porak poranda. para prajurit-prajurit Simpei mengobrak-abrik dagangan-dagangan para penjual hingga carut marut.
kemudian muncullah beberapa orang dengan mandau dan anak panahnya. Nampak seperti beberapa orang pedagang maupun pembeli Long paka. Mereka kemudian berjajar tepat di depan pasukan Simpei.
"jangan kau sekali-kali menggangku kami, warga Long paka. Kami hanyalah warga biasa. sedangkan kau adalah dari kerajaan seberang yang ingin merebut tanah kita." Kata Awang.
"hei rakyat Long paka, berani sekali kalian membawa mandau dan anak panah. sekali pun kalian tak akan mampu melawan panglima kami. Kalian akan terbunuh semua dalam waktu beberapa detik saja." Jawab salah seorang prajurit Simpei sambil menunjuk sombong Awang dan yang lainnya.
"jangan sombong kau!" Awang menggertakkan giginya.
sssaaaatttt.....
Tiba - tiba mandau terbang dari arah belakang Awang, memutus pergelangan tangan prajurit Muntai yang menunjuk kearah warga Long Paka yang berkata sombong.
"AAAAAAAAAAARRRGGGGGHHH!!!!" teriak prajurit itu memegang pergelangan tangannya yang terputus dan bercucuran darah. Seketika suasana menjadi hening.
Mata Simpei berkeliling mengikuti mandau yang kembali terbang ke arah tangan seorang gadis yang berjalan ke arah barisan Awang. Dalam sekejap mandau tersebut ditangkap kembali oleh Nimari.
"kau... " gumam Simpei. Mulutnya tak bisa berkata apa-apa setelah melihat kejadian barusan, Mandau terbang.
Menurutnya, tak sembarang orang bisa mengendalikan mandau. apalagi menerbangkannya. Butuh kekuatan ilmu yang luar biasa untuk dapat memiliki ilmu tersebut. Butuh waktu bertahun - tahun untuk berlatih. Dan itu jelas menunjukkan Nimari adalah bukan gadis biasa.
"prajuritmu berkata seolah - olah kau bisa segalanya. Sedangkan kau sendiri saja tidak bisa melawanku seorang diri." Kata Nimari dingin. Tatapannya tajam tertuju pada Simpei.
Kemudian tiba tiba dari arah belakang, samping, depan muncullah segerombolan orang yang sangat banyak. Jika dilihat, mereka bukan lah pasukan kerajaan, melainkan seorang penduduk biasa. Masing-masing dari mereka membawa busur panah yang sudah siap untuk ditembakkan maupun mandau dan pisau yang siap untuk membunuh.
Para prajurit seketika menoleh ke kanan dan ke kiri, kebingungan dengan segerombolan yang jumlahnya jauh lebih banyak dari pasukannya.
Akan tetapi tidak bagi Simpei. Matanya tetap fokus melihat Nimari yang perlahan hilang di telan segerombolan pasukan Long paka.
"Seraaaangg...!! Bunuh mereka semua!!" Seru Simpei kepada pasukannya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Of Kapuas
Historical FictionSembilan belas tahun setelah pembantaian Muntai terhadap Rengkang, Ladepa sang panglima setia bersembunyi di dalam hutan bersama dengan Nimari. Nimari putri kerajaan Rengkang bermaksud untuk membalas dendam.