Sungai kapuas hulu

1.4K 148 2
                                    

flashback

Sembilan belas tahun yang lalu...

Di kawasan kapuas hulu, berdiri dua kerajaan besar yang sangat berpengaruh, kerajaan Muntai dan Rengkang. Dua kerajaan yang sangat berpengaruh bagi rakyat Dayak. Letak dua kerajaan itu saling berdampingan, hanya di pisahkan oleh sebuah anak sungai yang menginduk ke sungai Kapuas. Meskipun bertetangga, kedua kerajaan ini tidak pernah damai. selalu aja ada masalah yang membuat hubungan keduanya menjadi renggang.

Kerajaan suku Dayak Muntai dipimpin oleh raja Peguntur. Sedangkan suku dayak rengkang dipimpin oleh raja Nabadau. keduanya tidak pernah mau mengalah dalam urusan perbatasan yang berupa anak sungai kapuas hulu. raja peguntur menyiapkan strategi untuk menggempur kerajaan rengkang beserta keluarga kerajaannya.

"kita musnahkan raja Nabadau beserta keluarganya. jangan biarkan seorangpun hidup. Dengan begitu, kita bisa menguasai mata air beserta sungainya." Titah raja Peguntur mantap kepada panglima-panglimanya.

"daulat Tuanku, segala titah baginda hamba junjung tinggi." Tunduk salah satu panglima Peguntur yang bertubuh tinggi dan berkumis tinggi.

Peguntur menyeringai puas, sebentar lagi misinya akan segera tercapai. Menguasai sungai kapuas hulu. Sungai yang selama ini mereka perebutkan.

"besok pagi, sebelum matahari terbit. Kita gempur habis-habisan dari seluruh penjuru." Kata Peguntur sambil membeberkan sebuah peta kapuas dulu dan perbatasan kerajaan Rengkang.

Saat malam tiba, raja Peguntur mulai melancarkan aksinya. Bersama dengan panglima andalan mereka, dan pasukanya mulai tiba di perbatasan dua kerajaan. Segera mereka berkumpul dan membuat sebuah strategi. Kemudian mereka berpencar dan mengepung di setiap sisi dan sudut kerajaan Rengkang.

*********

oweeekk..

Suara tangisan bayi terdengar begitu nyaring di seluruh penjuru kerajaan Rengkang. Tangis bahagia menyelimuti ratu Namia dan seluruh dayang yang membantu proses persalinan, termasuk Sindai

"selamat baginda ratu.. Anda melahirkan putri penerus kerajaan." Kata Sindai sambil membedong bayi dan menyerahkanya kepada Namia.

Namia mengusap peluh keringat yang bercampur tangis bahagia. Dia menggendong bayi kecil itu dan mencium keningnya. Begitu pula dengan Nabadau yang sebelumnya tampak cemas, kini bergantian menggendong bayi itu dengan senyum bahagia.

"Nimari.. Itu adalah namamu nak." Kata Nabadau sambil menatap bayi mungil itu.

"aku berharap suatu saat nanti Nimari akan tumbuh menjadi ratu yang cantik dan cerdas sepertimu, ratu Namia." Nabadau tersenyum sambil mencium kening istrinya.

Tak lama kemudian mucullah Ladepa, seorang panglima perang kerajaan Rengkang. Tanganya bersimbah darah sambil memegang mandau yang berceceran darah di lantai kayu kerajaan. Seisi kediaman ratu tampak kaget terhadap apa yang terjadi. Nabadau menghampiri Ladepa yang bersujud di depannya.

"katakan, apa yang sebenarnya terjadi." Tanya Nabadau cemas kepada Ladepa.

"ampun baginda raja, kerajaan Muntai beserta raja Peguntur telah mengepung seisi penjuru istana. Para prajurit kerajaan telah terdesak dan banyak diantara mereka telah terbunuh. Jumlah mereka terlalu banyak."

Nimari kecil menangis, seolah tahu apa yang terjadi. Suasana kediaman ratu tampak mencekam. Ratu lalu memeluk Nimari dan menyusuinya. Nabadau menghampiri Namia sambil memegang bahunya.

"apapun yang terjadi, lindungi Nimari." Pesan Nabadau kepada Namia.

Namia mengangguk sambil menahan tangis. Nabadau meninggalkan Namia bersama dengan Ladepa. Sindai mengemas barang-barang Namia sambil ketakutan.

"ratu dan putri harus selamat." Nabadau berjalan keluar istana di dampingi dengan Ladepa.

"Ladepa," kata Nabadau.

"iya baginda raja."

"kamu,, pergilah Ladepa. Lindungi Nimari." Titah Nabadau.

Ladepa tercengang mendengar titah baginda Nabadau. "tidak, hamba akan tetap disini melindungi baginda raja dan seluruh kerajaan Rengkang!"

Nabadau menepuk bahu Ladepa sambil menatapnya seius. "Ladepa.. Kamu adalah panglimaku yang setia. mungkin ini adalah permintaan terakhirku. Lindungi Nimari apapun yang terjadi."

Ladepa berdiri kakudi depan Nabadau. Kepatuhan dan loyalitas yang tinggi menghentikan langkahnyabergerak maju mengikuti sang raja. Matanya terpejam kuat, batinnya saat itubergejolak antara membantu sang raja atau menaati titah raja. Dia membalikkanbadan, lalu berlari membantu sang ratu dan Nimari.

The Heart Of KapuasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang