Racun hati

24 5 1
                                    

di sepanjang perjalanan menuju rumah pasien yang akan diobati oleh Mantir, pikiran Nimari dipenuhi oleh banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang selama ini belum terjawab. Misalnya apakah gerbang wilayah Rengkang dahulunya seperti ini, bagaimana suasana sehari-hari kerajaan dan masyarakatnya, bagaimana makmurnya kerajaan yang dipimpin oleh ayahanda. 

sebab yang diceritakan Ladepa selama ini hanya sekedar garis besar kepemimpinan ayahanda. Bahwa dahulunya Rengkang adalah wilayah yang makmur dengan emas berlimpah, dengan penduduknya yang makmur dan sejahtera. Tapi tidak pada kenyataan yang sekarang Nimari lihat.

Sesekali Simbara mencuri pandang kepada Nimari yang tampak melamun di sepanjang perjalanan. Ia mengerti bahwa ada ribuan pertanyaan yang ada di kepala Nimari. Pandangan Simbara tak luput dari Nimari. Ada kalanya langkah Nimari tersandung oleh batu batu kecil selama perjalanan. Akan tetapi Simbara dengan cepat menangkap Nimari. Tidak ada teguran atau satu kata perhatian dari Simbara. Ia paham dengan Nimari.

Sesampainya di gubuk kecil diantara rumah-rumah dengan ukuran yang hampir sama, Mantir menyampaikan salamnya kepada keluarga pasiennya yang berharap cemas akan kedatangannya. Nimari dan Simbara pun mengikuti Mantir dari belakang.

"maaf jika saya membawa dua orang pendamping saya." Mantir meminta izin kepada seorang wanita paruh baya, seorang istri pasien yang akan Mantir obati. Wanita itu tampak mengangguk paham, ia sama sekali tak keberatan dengan Nimari maupun Simbara.

Wanita itu mempersilahkan Mantir menuju tempat pembaringan suaminya. Ketika Nimari mengikuti langkah Mantir, pandangan Nimari tertuju pada rajah tinggang di lengan kanan wanita itu, yang berarti penduduk Rengkang.

"Nimari" panggil Simbara sambil menautkan jari jemarinya ke dalam jemari Nimari, memecah lamunan Nimari. Mata Simbara melirik ke arah Mantir yang mengeluarkan obat-obatanya. mengisyaratkan Nimari bahwa seharusnya ia membantu Mantir menyiapkan segalanya. Sebab ia bekerja kepada Mantir.

Nimari lalu dengan sigap membantu mantir meracik ramuan yang telah Mantir siapkan. Sedangkan Mantir memeriksa nadi lelaki yang terbaring lemah dihadapannya.

"nadinya masih lemah." kata Mantir lirih. 

"Ma' bisakah kau menyiapkan air hangat untukku meramu obat?" kata Nimari kepada wanita itu.

"ah,baiklah."

Wanita itu bergegas menuju dapurnya. Menyiapkan apa yang dimaksud oleh Nimari. Nimari kemudian menghampiri Mantir yang tengah kebingungan.

"Ma', racun itu masih menggerogoti hatinya. obat yang Ma' beri waktu itu hanya mengurangi masalah terberatnya." kata Nimari

Mantir menghela nafas menyesal. Ia merasa telah gagal mengobati pasiennya. Akan tetapi Mantir berfikir masih ada harapan, sebab ia berharap penuh terhadap racikan yang Nimari sarankan waktu itu. Racikan bratawali.

"kuku pria itu masih berwarna putih pucat, hatinya terganggu. Begitu pula badannya menguning. Benar apa yang aku kira selama ini Ma', laki-laki itu terkena racun kecubung." Nimari berbicara lirih sekali, wajahnya mendekati telinga Mantir. Akan Tetapi Simbara yang duduk dibelakangnya masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"apa? racun kecubung? bukankah itu racun khas Rengkang yang terlarang? bagaimana kau bisa tahu, Nimari?"

Mantir terbelalak heran menatap mata Nimari. Lagi-lagi Mantir dikejutkan oleh kemampuan Nimari tentang obat-obatan. Nimari masih sangat muda, akan tetapi pengetahuan tentang ramuan hampir sebanyak Mantir yang telah belajar obat-obatan selama bertahun-tahun.

"ya.. Itu adalah racun khas rengkang. Dan obat yang tepat adalah bratawali. Setelah meminum ini, sebaiknya kita harus menunggu sampai lelaki itu memuntahkan darah kental. Karena itulah racun yang keluar dari tubuhnya." kata Nimari yakin

"baiklah, karena aku baru pertama menangani penyakit ini. Aku akan mengikuti saranmu." Mantir mengangguk paham.

Simbara mengamati apa yang Nimari bicarakan dengan Mantir. Tak hanya Mantir, Simbara pun juga terkejut dengan pengetahuan Nimari tentang berbagai macam ramuan dan penyakit. Sehingga apabila Ladepa masih hidup, Simbara akan sangat berterima kasih dan memberikan sebagian kekayaannya kepada Ladepa. Sebab ia adalah panglima yang benar-benar menyiapkan Nimari cara bertahan hidup, pengetahuan dan membantu sesama di usianya yang masih sangat muda. Di satu sisi dia berfikir keras, bagaimana bisa orang Rengkang meracuni sukunya sendiri?

The Heart Of KapuasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang