Perburuan Rengkang

771 90 0
                                    

"yang mulia, kita tidak bisa menghancurkan jantung Kapuas begitu saja. Bagaimanapun juga lambang itu adalah warisan leluhur kita." Sentarum tidak menyetujui putusan raja Peguntur dalam pertemuan kali ini, yakni menghancurkan lambang yang merupakan simbol persatuan dayak Rengkang dan Muntai.

Mendengar pernyataan pangeran Sentarum, Peguntur tampak geram dengan kedua tanganya memegang pinggang. "Pangeran Sentarum, kau kira apa tujuanku selama ini. Memperluas wilayah Muntai! Bahkan sampai hari ini, Rengkang sudah dibawah kaki kita. Perbatasan sudah kita kuasai, begitu juga dengan tambang emasnya. Selayaknya jata menguasai bumi. Apa kau masih meragukan kekuatanku, pangeran?"

Suasana pertemuan kali ini tampak hening. Para pembesar istana tak berani mengucap sepatah kata-pun. Sebab, Peguntur naik pitam mendengar penolakan dari Sentarum yang merupakan putra mahkota. Selama ini tidak ada yang pernah menolak putusan Peguntur dalam setiap pertemuan.

"mohon ampun baginda raja, bukankah sebaiknya kita mencari tahu terlebih dahulu keberadaan Ladepa dan anak dari Nabadau?" Batoa mengangkat tanganya, "dengan merebut lencana Rengkang, kita bisa mengakui seutuhnya bumi dayak Kapuas dan menjadikan sebagai kekuasaan Muntai."

Sentarum melirik Batoa, lalu Simpei memberi isyarat kepada Sentarum dengan sedikit menggelengkan kepalanya agar tidak menyela pembicaraan Batoa. Simpei hanya ingin sedikit meredam amarah Sentarum.

Mendengar pendapat Patih setianya itu, Peguntur mengangguk sambil tersenyum sinis, "pendapatmu bagus sekali, patih Batoa. Dengan adanya lencana Rengkang, kita bisa membuktikan kepada Budak-budak Rengkang bahwa Ladepa dan anaknya telah kita bunuh. Dan lencana itu juga membuktikan bahwa Rengkang telah seutuhnya kita rebut."

"Yang mulia, sudah hampir sembilan belas tahun pencarian kita terhadap Ladepa tidak membuahkan hasil." Kata Sentarum.

"apa yang dikatakan pangeran Sentarum benar. Ladepa benar-benar cerdik. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan." Peguntur menghela nafas sesal.

"ada satu tempat yang belum kita jelajahi yang mulia," Sahut Batoa.

"apa itu?"

"hutan Kapuas,"

Mendengar nama hutan Kapuas, Sentarum dan Simpei saling menatap.

"mohon ampun baginda raja, hutan Kapuas adalah hutan yang sangat luas. Selain itu banyak binatang buas disana. Akan sangat sulit bagi kita jika melakukan perburuan," kata salah seorang timanggong.

Peguntur memutar bola matanya, "aku berfikir untuk mengutus beberapa pasukan yang ahli dalam bertempur dan berburu."

"yang mulia, ijinkan hamba saja yang melakukanya." Sentarum mengangkat tanganya. Mengajukan untuk melakukan perburuan ini seorang diri. Dengan begitu dia bisa menemui Nimari dan membawanya ke suatu tempat yang aman.

"tidak pangeran, kau adalah seorang putra mahkota. Penerus kerajaan Muntai. Sebaiknya kau urusi saja beberapa wilayah di luar kerajaan."

Sentarum terdiam, pendapatnya kali ini gagal. Bagaimanapun juga, dia harus mencari jalan lain untuk terlebih dahulu menemukan Nimari sebelum orang-orang Muntai menemukannya. Sebab, jika mereka menemukan terlebih dahulu, nyawa Nimari akan terancam.

"Simpei.. Kaulah yang akan aku utus kali ini. Bawalah pasukan ahli di istana. Temukan tempat persembunyian mereka. Atau kau bisa membawa kepala Ladepa maupun anak Nabadau. Dengan begitu aku bisa mengangkatmu menjadi seorang Panglima."

Sesaat sebelum Simpei menunduk setuju, matanya sedikit bertatapan dengan Sentarum. "baik yang mulia, titah paduka akan hamba laksanakan."

"bagus.. Lakukan besok pagi bersama dengan dua puluh pasukan terbaik istana." Titah Peguntur sambil tersenyum puas. Kali ini dia berharap lebih kepada Simpei. Sebab, dia adalah petarung terbaik Muntai.

The Heart Of KapuasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang