28. CALL

204 13 8
                                    

Happy reading guys🦋

Pada malam yang sunyi, seorang gadis duduk di tengah kegelapan malam yang menyelimuti. Tubuh kecil nya sedikit gemetar, bulir bulir bening dengan begitu saja luruh tanpa meminta izin kepada sang empunya.
Isi kepala nya berisik, memikirkan bagaimana hari esok yang akan ia lalui dengan penuh ketakutan.

Dara memejamkan matanya,memeluk erat tubuh nya sendiri, seakan sedang memberi kekuatan yang besar kepada dirinya.

Menarik nafas panjang, isakan yang ia tahan lolos begitu saja.

'hiks'

Kepala nya terus memutar kenangan buruk yang sialnya tersimpan begitu rapih dalam ingatan nya.

Orang yang selama ini ia jauhi,ia takuti dan sangat Dara hindari.

Tapi semesta dengan begitu saja membawa nya kembali, pada waktu dimana gadis itu belum benar benar bisa memaafkan banyak hal yang terjadi di masa lalu.

Pada waktu dimana gadis itu belum benar benar bisa menerima jalan hidupnya.

•••

"Laper banget gua ngab!" menepuk pelan pundak Arka seraya memainkan alisnya,Sastra menyengir kuda berharap sahabat nya mengerti kode yang ia berikan.

"Laper ya makan! Lo kira gua tempat produksi makanan?" jawab Arka ketus. Atensi nya sama sekali tak ia alihkan dari ponsel yang ia genggam.

"Aaaa Arka jahat sama Sastra!" dengan bibir yang sengaja ia majukan sepuluh centi dan nada bicara yang ia buat seperti anak kecil merajuk berhasil membuat Arka menatap Sastra.

Dengan tatapan maut pastinya.

"Najis! Jauh jauh Lo dari gue!" bukan nya menuruti kemauan Sastra, Arka malah merasa jijik dengan tingkah laku teman nya yang tiba tiba aneh.

"Kesambet apa Lo Sas,ngeriii bangettt guee." tanya Ahza bergidik ngeri.

"Palingan jadi gila gara gara nice try mulu sama Aqilla."

"Hahaha, iya juga sih. Dia nice try mulu ya sama Aqilla, yang sabar ya Sas. Lo ora iso jadi idaman Aqilla."

Mendengar penuturan Barra, keempat pria tampan itu tertawa terbahak, terkecuali Sastra.

Pria malang yang malam ini sedang di nistakan oleh teman teman nya itu menekuk wajahnya kesal.

"Ar, kasian banget anak curut laper,udah gitu di nistakan lagi. Gaada tenaga buat ngelawan dan ngebela diri deh." Daffa yang melihat Sastra tak membela diri semakin gencar membully lelaki itu.

"Tenang aja,udah gua pesenin gofood untuk cowok nice try yang malang." jawaban Arka lagi lagi mengundang tawa semua nya. Sastra yang tak tahu harus membela dirinya bagaimana lagi,hanya pasrah dengan bully an teman teman nya.

Merasa cukup puas membully Sastra,Arka bangkit dari duduknya dan mengambil tempat duduk di sofa satu yang terletak di pojok ruangan.

Maniknya fokus pada ponsel yang menampilkan room chat nya dengan seseorang.

"Chat aja,di liatin doang. Nggak LAKIK Lo." saran Barra yang kehadirannya tak di sadari oleh Arka.

"Udah jam segini."

Menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 01.25 pagi, Barra terkekeh geli.

"Chat Lo nggak akan hilang. Kalo pun udah tidur, masih ada besok buat bales nya." Ucap Barra meyakinkan.

"Udah,gantle. Chat aja dari pada overthinking berkepanjangan." lanjutnya seraya menepuk pundak Arka pelan dan berlalu pergi.

Arka menghela nafas panjang, meyakinkan diri nya bahwa apa yang di ucapkan Barra ada benarnya.

Setelah mengumpulkan keyakinan yang hanya sebesar biji jagung,jemari kekar ber urat nya mulai menari di atas layar.

setelah mengirim pesan singkat itu,Arka mematikan layar ponsel nya dan memejamkan matanya.

Getar ponsel yang ia letakkan di atas pahanya membuat atensi Arka teralihkan, dengan cepat lelaki itu memeriksa notifikasi yang baru saja ia dapatkan.

Manik hitam teduh Arka membesar, mengapa bisa gadis itu belum tertidur jam segini.

Dengan langkah cepat,Arka meninggalkan teman teman nya menuju kamar pribadi yang berada di lantai dua.

"Ar,Lo mau kemana? Katanya udah pesen makanan?" teriak Daffa yang menyadari kepergian Arka.

"Lo makan aja,gue udah kenyang." sahut nya juga dengan sedikit berteriak.

"Kasmaran Lo!" ledek Barra, seperti lelaki itu peka dengan tingkah Arka.

"Kasmaran apaan?" tanya Ahza bingung

"Dari tadi galau mau chat bocil Upin Ipin,pas udah mulai di chat, malah salbrut dia" jelas nya yang di balas anggukan kepala oleh Ahza.


Di dalam kamar, Arka yang bingung mencari topik pembicaraan malah meng-klik panggilan WhatsApp yang tak berselang lama membuat nya terdiam dengan apa yang ia lakukan.

"Goblok! Bisa bisa nya gue nelpon dia"umpat nya pada diri sendiri.

Ketika timer mulai muncul di layar ponsel nya, yang menandakan bahwa panggilan tengah berlangsung membuat Arka semakin kebingungan.

Memejamkan mata seraya menarik nafas panjang, Arka mulai mendekatkan ponsel ke telinga nya.

"Halo Ra,ko belum tidur?" tanya Arka to the point.

"Iya Kak,belum" jawab suara parau di sebrang telpon membuat Arka mengerut kan kening nya.

"Lo kenapa?"

"Lo masih nangis, Ra?"

Tak ada jawaban,hanya terdengar Isak tangis yang mulai jelas di pendengaran Arka.

"Lo gapapa nangis,gausah jawab pertanyaan gue. Gue temenin Lo nangis ya malam ini,besok cerita ya pelan pelan sama gue." ujar lelaki itu menenangkan.

"Nangis itu privilage,kalo dengan itu Lo bisa lebih tenang kenapa ngga. Lo bisa pura pura tenang di depan orang lain, tapi di depan gue jangan ya. Jadi diri Lo sendiri,Lo cape Lo boleh marah,Lo boleh nangis sesuka Lo,kalo Lo ngerasa cengeng itu cuma anak kecil, gue yang akan jadi orang dewasa dan ngasih rasa sayang buat Lo. Hug, Dara."

•••

Annyeong yeorobun 👋🏻
maap se maap maapnya atas keterlambatan update🥺
doain aku sehat terus yaa,biar bisa lanjutin cerita ini.

Vote dan komen nya di persilahkan untuk para readers yang baik hati.

Makasii buat yang udah stayy sama cerita aku,luvv banyak banyak💖

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENTAL HEALTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang