Jam dinding di rumah Jeno menunjukkan pukul lima pagi, namun pemuda itu sudah berkutat di dapur. Sementara kekasihnya masih terlelap di ranjangnya selepas percintaan mereka.
Sembari menunggu roti bakarnya matang, dia mencuci pakaian kemarin sekaligus membersihkan rumah, setelahnya ia mandi untuk bersiap berangkat sekolah.
Jeno meletakkan seporsi roti bakar dan secangkir teh di atas nakas, tak jauh dari Jaemin tidur. Dia pandangi wajah lelap kekasihnya, sepertinya Jaemin benar-benar kelelahan hingga ia tak tega membangunkan Jaemin.
Jemarinya bergerak mengusapi surai Jaemin penuh sayang, lalu dia mengecup kening Jaemin. Sebelum berangkat, dia pandangi lagi wajah itu lalu setelahnya dia pun melangkah pergi. Membiarkan Jaemin istirahat di rumahnya.
Lima belas menit setelah Jeno berangkat, Jaemin pun terbangun dari tidurnya.
Alisnya bertaut mendapati kamar yang bukan miliknya hingga akhirnya tadi malam ia tersadar bahwa ia telah bercinta dengan Jeno. Bibirnya mengulum senyum malu seraya menenggelamkan wajahnya pada bantal, tak bisa meredam hatinya yang berbunga.
Terlalu sibuk berbahagia, hingga ia tak sadar bahwa Jeno tak ada. Sampai dia menemukan catatan di atas sajian roti bakar buatan kekasihnya.
“Hyung, maaf tidak bisa membangunkanmu. Kau terlihat sangat lelap dan aku tak tega. Aku sudah berangkat sekolah. Nikmati sarapanmu sebelum pergi, kuncinya letakkan saja di bawah pot bunga sebelah pintu.”
Jaemin kian berbunga membaca pesan dari Jeno, dia liat sepiring roti bakar dan secangkir teh sudah tersaji di atas nakas. Betapa romantis, manis, lembut dan penyayangnya sang kekasih. Dia di perlakuan begitu baik saat dia tak mendapatkan itu dari mantan suaminya.
Meski usia Jeno masih begitu muda, dia benar-benar mengimbangi Jaemin.
Jaemin pun menikmati roti bakar buatan Jeno, setelahnya dia membersihkan diri dan pergi dari sana untuk pulang dan mengganti baju sebelum berangkat ke kantor.
Jeno melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah sendiri pada jam istirahat kedua. Langkahnya terhenti saat netranya menangkap Jaemin baru saja keluar dari ruang kepala sekolah bersama sekretarisnya.
Pria yang berada empat meter darinya pun, mengetahui keberadaan kekasihnya. Keduanya tak kuasa menahan senyum mereka saat saling bertatapan, karena membuat mereka teringat akan percintaan mereka tadi malam.
“Hei, aku mencarimu ke mana-mana.”
Jeno tersentak saat Hyunjin tiba-tiba datang dan langsung merangkul pundaknya. Senyum yang terpancar di wajah Jaemin langsung pudar. Lucu jika dia merasa cemburu pada siswa yang merangkul kekasihnya.
Atau mungkin wajar saja. Karena dia mencintai Jeno. Dia ingin memiliki Jeno sendiri. Tapi, Jaemin tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa meredam cemburunya sendiri.
Jeno menautkan alisnya saat melihat perubahan wajah kekasihnya. Dia dengan cepat menurunkan lengan Hyunjin yang merangkul pundaknya dan melempar senyum kikuk untuk sang sahabat.
“Ahahah apa yang kau lakukan?” Tanya Jeno setengah berbisik seraya menatap sahabatnya dengan senyum yang di ulas terpaksa.
“Kenapa? Sugar Daddymu cemburu?” Tanya Hyunjin lalu menoleh ke arah Jaemin.
“Ah, Jeno!” Rengek Hyunjin semakin bergelayut manja pada Jeno membuat Jaemin membulatkan matanya, kedua tangannya di bawah sana mengepal sangat erat menahan kemarahannya.
“Hei, dasar gila. Tidak waras!” Omel Jeno mencoba melepaskan rangkulan Hyunjin.
“Jeno, aku lapar, ayo ke kantin.” Rengek Hyunjin masih mencoba bergelayut manja pada Jeno sementara Jeno terus mengomel dan menarik sahabatnya itu untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOMIN STORY
FanfictionNOMIN SHORT STORY COMPLIATION! READ!!! BOOK INI BERISI CERITA PENDEK NOMIN (4-5 CHAPTER AJA)