PS 5

4.7K 631 108
                                    

Jisung mendongak menatap Yuta yang meniupkan ayam bakar untuknya, sementara yang di tatap tersenyum di sela meniup ayam bakar, karena merasa ekspresi cucunya sangat menggemaskan.

“Aigo, kenapa sudah di makan?” Jaemin yang baru saja keluar menuju halaman belakang, langsung mengomel saat melihat sang Ayah bersama putranya, sudah mnyantap sepotong ayam bakar yang rencananya untuk makan siang mereka.

“Jisung yang minta, katanya sudah lapar.” Jawab Yuta menyuapi Jisung dengan ayam bakar yang sudah menghangat.

“Uhm? Tadi kakek bilang ‘Ji, ayam bakar ini sudah matang belum ya? Ayo kita lihat’ seperti itu.” Jawab Jisung polos membuat Jaemin berkacak pinggang dengan helaan nafas.

Yuta hanya tertawa malu setelah ketahuan membohongi putranya. “Lagi pula, kelihatan sangat lezat. Ayah lapar, sudah lama sekali tidak di masakkan.” Yuta mengeluh.

“Di suruh menikah lagi, tidak mau.” Gerutu Jaemin membalik dada ayam yang sudah tampak kecoklatan.

“Papamu mungkin menunggu Ayah di sana. Mana bisa Ayah biarkan dia melihat Ayah bahagia di sini dengan orang lain sementara dia di sana sendiri menunggu kami bersama lagi.” Ujar Yuta membuat pekerjaan Jaemin terhenti.

Jaemin menatap sang Ayah yang kembali menikmati ayam bakar dengan putranya.

Apakah, dia bisa memiliki seseorang seperti Ayahnya? Bahkan saat pasangannya sudah tak lagi di sisinya, sang Ayah tetap menjaga kesetiaannya.

“Bukan Ayah tak bisa menikah lagi, tapi Ayah yang memutuskan tak membuka hati untuk siapa pun.” Lanjutnya.

Jaemin mendudukkan tubuhnya di atas tikar dan melihat keduanya tampak asik sendiri. Setiap jawaban sang Ayah, hanya membuat jiwa iri Jaemin meronta. Pada kenyataannya, sebagian hidupnya sudah hancur, meski dia sudah bangkit, ada sakit di hatinya yang tak bisa sembuh. Ada beragam penyesalan dalam dirinya, meski itu bukan sepenuhnya salahnya.

“Aku juga tak mau menikah.” Gumam Jaemin dengan kepala tertunduk membuat Yuta menoleh.

“Kenapa?”

“Sebaik apa pun pria itu, tidak akan seperti Ayah. Tidak akan ada duplikat Ayah. Papa sangat beruntung memiliki Ayah. Aku dan Jisung juga.” Jawab Jaemin dengan mata berkaca-kaca.

“Aku sudah bahagia dengan Jisung, selama ini kami baik-baik saja. Jadi, bukan masalah bagiku tanpa pasangan ke depannya.”

Yuta tersenyum melihat putranya, masih sakit rasanya melihat wajah cantik itu. Dia masih merasa gagal sebagai orang tua. Sekarang, Jaemin memiliki banyak ketakutan untuk menjalin hubungan dengan seseorang, karena ulah pria yang mengaku sahabatnya sendiri.

“Papa, ayamnya masih lama? Aku sudah lapar.” Jisung merengek.

Jaemin tersentak dari lamunannya tentang pahitnya hidup yang dia jalani, dia langsung memeriksa ayam bakarnya dan meletakkan di atas mangkuk besar.

Tiga ekor ayam milik Yuta yang di potong dan di jadikan lauk siang ini, sudah selesai. Jaemin masuk ke dalam untuk menyiapkan makan siang mereka.

Dia meletakkan tiga mangkuk nasi, ada sup jagung, bayam dan tahu. Tumisan brokoli dan wortel, kimchi, udang dan cumi-cumi goreng, ada semangka juga sebagai cuci mulut. Meja ruang tamu yang kecil, tampak penuh karena hidangan makan siang mereka.

“Jisung-ah, makan siang sudah siap.” Teriak Jaemin.

Pria itu beranjak ke dapur membuat sereal untuknya sebelum makan, dia kembali menuju ruang tamu dan menyalakan televisi.

Jaemin meraih remote televisi dan mencari siaran yang menyenangkan untuk di tonton, namun sebuah berita yang menampilkan wajah Jeno, mencuri perhatiannya, dia meletakkan remote televisi dan menonton berita sembari menikmati serealnya.

NOMIN STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang