TC 🔞

10.5K 569 23
                                    

“Kau masih berhubungan dengan pria itu?” Tanya Jaehyun, dia menarik tubuhnya yang menegak untuk bersandar pada kursi makan.

“Kenapa juga aku harus berpisah dari orang sebaik dia?” Jeno menggerutu lirih, bahkan dia enggan menatap sang Daddy yang menatapnya dengan wajah datar.

Anggota keluarga yang lain tak ada yang berani bersuara, namun Taeyong tampak melirik ke arah sang suami dengan seringai menggoda.

Selepas makan, Jeno membersihkan diri dan mengganti baju dengan pakaian yang lebih santai, kaos putih dengan blazer menjadi pilihan, dia sudah tampak gagah, tampan, wangi dan tapi, siap untuk bertemu kekasihnya.

“Jeno...”

Yang di panggil menoleh saat mendengar suara lembut Bubunya, dia lihat pria itu menghampirinya untuk kemudian berdiri di depannya.

“Bubu sudah bicara dengan Daddymu, tapi sepertinya dia terlalu malu untuk menyampaikan padamu. Jadi, kapan bisa kau pertemukan kami dengan kekasihmu?” Tanya Taeyong membuat mata sipit Jeno membola.

“Bubu?”

“Kami berencana mengundang dia untuk makan malam bersama. Tentukan waktunya, jika kau dan dia siap.”

“Tapi, Bubu yakin? Ini bukan akal-akalan kalian kan?”

Taeyong menggeleng dengan senyum manis, dia menepuk pelan pundak putranya. “Bubu tunggu kabar baik dari kalian.”

Jeno hanya memandangi pergerakan sang Bubu yang melangkah pergi setelahnya, meski masih di selimuti rasa tak percaya, tapi dia senang bukan main. Dia pun sudah tak sabar untuk mengabarkan pada Jaemin akan berita baik ini.

Meski mulanya Jaemin sempat ragu dan malu untuk bertemu keluarga Jeno, tapi akhirnya dia pun bersedia.

Dan setelah sepakat, Jeno pun sudah memberi tahu keluarganya bahwa Jaemin bersedia hadir dalam jamuan makan malam keluarga mereka, malam ini, Jeno datang untuk menjemput Jaemin dan Woobin.

Jaemin keluar dari rumahnya menjinjing sebuah kotak, sedang tangan lain, menuntun putranya.

Mata bulan sabit pria dominan itu melengkung dengan senyum menghiasi wajahnya saat melihat wajah tegang kekasihnya. Dia tahu, Jaemin tidak memiliki kepercayaan diri, terkait dirinya, putranya, dan latar belakangnya. Dia takut, dia tidak di terima oleh keluarga Jeno.

“Aku tidak bisa membawa buah tangan apa-apa, dan aku tak tahu orang kaya biasanya suka apa, jadi aku hanya buat kue.” Ujar Jaemin lirih menunjukkan kotak yang ia bawa.

“Kau tak harus melakukannya, tapi aku dan keluargaku, akan menghargai apa pun yang kau bawa.” Jawab Jeno.

Pria itu membuka pintu di sebelah kemudi, lalu Jaemin dan Woobin pun masuk, setelahnya ia menyusul, mengambil posisi kemudi dan melajukan mobilnya menuju rumah Jeno.

Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, mereka akhirnya tiba di kediaman Jeno. Jaemin semakin gugup saat keluar dari mobil, menatap rumah Jeno yang besar dan megah. Tidak ada apa-apanya di banding apa yang ia miliki.

Pintu rumah setinggi dua meter setengah itu terbuka, menampilkan seorang pria dengan senyumnya yang cantik dan menawan menyambut kehadirannya.

“Jaemin, ini Bubuku.” Jeno memperkenalkan.

Jaemin melempar senyum gugup dan membungkuk pada Taeyong yang di sambut hangat oleh pria itu. Lalu pandangannya tertuju pada seorang bocah yang menggenggam telunjuk Jaemin, tampak lucu saat membungkuk hormat padanya.

“Halo, Tuan. Aku Na Jaemin.” Sapa Jaemin dengan senyum.

“Halo, senang bertemu denganmu, aku Lee Taeyong, Bubunya Jeno, mari masuk. Kami sudah menunggu kedatanganmu.”

NOMIN STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang