PS 3

4.7K 647 193
                                    

Jaemin berdiri di depan Zhang Hao dan mulai mengukur tubuh pria itu untuk mengatur design pakaian pertunangan mereka. Sementara Jeno hanya duduk di sofa seraya melipat kedua tangannya di dada. Matanya tak lepas memandangi Jaemin yang sibuk pada pekerjaannya.

“Jaemin-ssi, apakah ada rekomendasi warna? Aku rasa hitam atau putih, bukankah itu terlalu biasa?” Hao bertanya dalam posisi tangan merentang saat Jaemin mengukur panjang lengannya.

“Mau mencoba warna yang sedikit berbeda?” Tanya Jaemin, dia melangkah mendekati mejanya dan menulis ukuran lengan Hao pada sebuah lembaran kertas.

“Aku suka yang seperti itu. Menurutmu warna apa yang bagus?”

“Bagaimana dengan biru?” Tawar Jaemin.

“Nah! Itu kesukaan Jeno. Aku setuju.”

Jaemin berhenti mengukur pinggang Hao, dia langsung melirik ke arah Jeno yang sialnya sejak tadi menatapnya, dia langsung memutus pandangannya saat melihat tatapan Jeno sangat tajam ke arahnya.

“Aku akan memilih warna biru yang lebih soft untuk kau kenakan.” Tutur Jaemin.

“Ah ya. Aku baru tahu jika kau sudah menikah. Kukira kita seumuran.” Zhang Hao tertawa kecil disela pembicaraan mereka.

Jaemin sempatkan melirik ke arah Jeno dengan seringai di sela mengukur panjang kaki pria itu.

“Aku belum menikah.” Jawab Jaemin, dia menghentikan pekerjaannya dan menatap Zhang Hao dengan dengan senyum membuat pria itu terbungkam, ada perasaan bersalah yang menyelimuti dirinya saat dia menduga apa yang di alami Jaemin.

Sementara pembicaraan ini membuat Jeno tak nyaman, dia mengusap tengkuknya, enggan menatap Jaemin dan sang kekasih di depannya.

“Seorang BAJINGAN menghamili aku dan menolak bertanggung jawab.” Tutur Jaemin, dia menekan kata bajingan membuat Jeno sontak tersedak liurnya membuat Jaemin mengulum seringai.

“Ah, Maaf Jaemin-ssi, aku tidak bermaksud...”

“Tak masalah, sedikit berbagi pengalaman.”

“Lalu pria tadi? Kukira suamimu.”

Aksi menulis Jaemin terhenti saat mendengar pertanyaan Zhang Hao, dia melirik ke arah Jeno dengan wajah dingin.

“Kekasihku. Kami juga akan segera bertunangan.” Jawab Jaemin dengan senyum manis membuat Jeno menarik nafas dalam.

“Aku beruntung menemukan pria yang menyayangi putraku seperti putranya sendiri, tidak seperti Ayahnya yang justru memintaku menggugurkan anaknya.” Ujar Jaemin tersenyum pada Zhang Hao.

“Apa? Dia benar-benar bajingan gila. Sudah menghamili, tidak mau tanggung jawab, dan malah menyuruh menggugurkan anaknya. Dia harusnya mati terlindas truk saja.” Umpat Zhang Hao berapi-api membuat Jaemin mengulum senyum kemenangan.

Sementara Jeno langsung meneguk salivanya kasar mendengar sumpah serapah kekasihnya. Dia lihat dua pria itu sibuk menentukan desain untuk jas dan kemeja yang akan di kenakan Zhang Hao.

“Dan tidak tahu malunya lagi, dia datang setelah sekian lama, mengakui bahwa itu anaknya.” Jaemin mencebik.

“Ah benar. Aku yang mendengar sangat kesal. Jika aku adalah kau, aku akan melempar kotoran ke wajahnya. Atau setidaknya menendang penisnya sekali agar dia impoten sekalian.” Celoteh Zhang Hao.

Mendengar kalimat itu, Jeno langsung melihat ke arah penisnya dan merapatkan duduknya. Hanya mendengarnya saja, dia merasa selangkangannya ngilu bukan main.

“Tapi aku juga tidak menduga karena dia terlihat sangat baik. Aku mengenal dia sangat lama, tidak menduga bahwa dia ternyata sebrengsek itu.” Gumam Jaemin dengan senyum kecut.

NOMIN STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang