Tring!
Seorang pria yang duduk di kursi belakang, tengah menikmati perjalanan selepas melakukan rapat di luar dengan klien, tersentak saat mendengar ponselnya berbunyi. Dengan malas dia merogoh saku jasnya dan melihat pesan yang ia terima.
“Jeno, jangan lupa bahwa kau akan melakukan pertemuan dengan anak Komandan Kim. Ayah berharap besar pada pertemuan kali ini.”
Pria bernama Jeno itu hanya menghela nafas membaca pesan yang masuk dari sang kakak. Dia tak berniat, bahkan enggan untuk membalas, jadi dia langsung mengunci layar ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku jas lalu kembali menatap keluar jendela.
“Berhenti di Cafe terdekat, Paman.” Ujar pria pemilik suara berat itu pada sopirnya, membuat sang sekretaris yang duduk di sebelah sopir lantas menoleh dengan kaget.
“Presdir, Anda...”
“Aku akan mengerjakan ini di Cafe. Jika Mark Hyung atau Ketua menghubungimu, katakan saja aku sudah pergi.” Ucap Jeno.
Mobil milik Jeno pun akhirnya berhenti di pinggir jalan, dia meraih laptop yang di bawa sekretarisnya lalu turun dan melangkahkan kakinya menuju sebuah Cafe.
“Selamat datang.”
Suara lembut milik seorang pria langsung menyapa indra pendengarannya begitu ia masuk. Jeno melangkahkan kakinya menuju etalase dan melihat-lihat roti yang tertata rapi di dalam etalase.
Netranya bergerak hendak membaca menu di belakang di atas, namun dia menangkap seorang pelayan Cafe dengan wajah lebam yang terus tertunduk. Pria itu tersentak saat di hadapkan pemandangan yang menurutnya memilukan seperti itu.
Mengapa pria itu harus bekerja dengan wajah lebam, jika kondisinya seperti itu, bukankah harusnya di rumah? Dia justru membuat pembeli takut.
“Aku ingin satu tiramisu dan coklat panas.” Ujar Jeno.
“Mau take away?” Tanya pria pemilik suara lembut itu.
“Tidak.” Jawab Jeno singkat
Pria itu melangkah untuk menyiapkan pesanan Jeno, setelahnya, dia memberikan nampan berisi sepotong kue tiramisu dan segelas coklat panas. Jeno langsung melakukan pembayaran lewat pemindai kode setelahnya dia melangkah mencari tempat duduk.
Pria itu memiliki meja paling ujung, dekat dengan dinding kaca. Dia mulai menyalakan laptopnya dan memulai pekerjaannya.
“Jaemin...”
Pria bernama Jaemin yang tengah sibuk membersihkan mesin kopi lantas menoleh saat seorang wanita keluar dari area belakang, Jeno pun sempat tersentak dan menoleh juga, tapi setelahnya dia kembali sibuk pada pekerjaannya.
“Iya, Nuna.” Jawab pria itu.
Jeno menggumam dalam hati, jadi pria berwajah lebam itu bernama Jaemin.
“Kau shift pagi besok kan?” Tanya wanita itu.
“Iya, Nuna.”
“Aku titip Cafe padamu ya. Aku harus ke Jeju karena ada acara. Besok kau yang buka Cafe dan serahkan kuncinya ke Yeri besok. Aku pulang lusa.” Tutur wanita itu.
“Baik, Nuna.” Jawab Jaemin seraya menerima kunci Cafe.
“Dan ini, kebetulan temanku dokter. Jadi aku bertanya padanya dan dia merekomendasikan ini untuk mengobati memarmu.”
“Ah, Nuna. Nuna tidak harus melakukan ini. Tapi terima kasih.”
Samar-samar Jeno menangkap pembicaraan antara si pemilik Cafe dengan karyawannya. Namun pria itu tak begitu ambil pusing, dia kembali sibuk pada pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOMIN STORY
FanfictionNOMIN SHORT STORY COMPLIATION! READ!!! BOOK INI BERISI CERITA PENDEK NOMIN (4-5 CHAPTER AJA)