Mobil yang di tumpangi Jeno dan Woobin tiba di depan gerbang sekolah. Si pengemudi tampak celingukan dari kaca depan mobil, menelisik ke dalam. Sementara sang putra hanya memperhatikan dengan bingung.
“Daddy, Guru Na ada di dalam. Tidak bisa melihat kalau dari gerbang. Ayo masuk.” Ajak Woobin membuat yang di ajak bicara tersentak.
Wajah Jeno langsung berubah pucat, gugup dan tegang akan ajakan putranya. Dia juga tampak kebingungan sendiri.
Pasalnya dia malu setelah pertemuan dengan Jaemin dan mengungkapkan tujuannya dengan gamblang.
Dan sekarang, keduanya memasuki fase pendekatan, mungkin?
Jeno hanya menurut saat Woobin menariknya setelah keduanya turun dari mobil. Pria itu terus berdebar tak karuan. Rasanya berdebar, menggelitik dan malu. Seperti anak sekolah menengah atas yang tengah merasakan kasmaran dan cinta monyet.
Jaemin keluar dari kelas setelah mengkoordinir murid lain, cukup tersentak saat melihat Jeno datang mengantar putranya seperti biasa.
Bukan hanya Jeno. Dia pun sesungguhnya malu dan canggung bertemu pria itu setelah ungkapan Jeno ingin menikahinya.
Entah seperti apa dia menjelaskan status kedekatan mereka setelah kesepakatan kemarin.
“Selamat pagi Woobin.” Sapa Jaemin tersenyum, mencoba mengabaikan Jeno agar jantungnya tidak berdebar kencang.
Jeno hanya memandangi Jaemin, menatap lekat wajah itu membuatnya tersenyum tipis.
Pria itu memiliki wajah yang cantik, dengan kulit putih bersih dan lembut, jelas rajin di rawat. Bulu matanya lentik dengan bibir kissable berwarna merah muda.
Jeno baru menyadari bahwa ada pahatan Tuhan yang luar biasa indah seperti Jaemin. Apalagi saat tersenyum, menambah kecantikannya menjadi berkali-kali lipat membuat jantungnya berdebar tidak karuan.
Pria itu tersentak dari kekagumannya terhadap Jaemin saat Woobin memukulnya. Dia dengan cepat mengalihkan pandangannya saat netranya tak sengaja bertemu dengan Jaemin, amat malu karena dia yakin Jaemin sadar bahwa ia baru saja melamun sembari menatapnya.
“Iya Woobin. Baiklah, belajar yang pintar. Nanti Daddy jemput.” Ucap Jeno tersenyum kikuk, dia melambai kecil dan memandangi putranya yang melangkah masuk ke dalam kelas.
“Guru Na, mohon jaga putraku dengan baik.” Ucap Jeno lembut membuat Jaemin tersenyum.
“Baik Tuan.” Jawab Jaemin tak kalah lembut.
“Dan, apakah Guru Na memiliki waktu malam ini?” Tanya Jeno membuat Jaemin tersentak.
“Ada apa Tuan?”
“Aku ingin mengajakmu makan malam.”
Jaemin tampak diam sejenak seperti menimbang tawaran Jeno. Mengingat pembahasan mereka kemarin, bahwa Jaemin pun sudah sepakat bahwa dia akan memberi Jeno kesempatan untuk mencintainya. Jaemin rasa ini adalah langkah awal Jeno.
“Baiklah Tuan.” Jawab Jaemin.
Nafas Jeno seperti tercekat karena tak menyangka Jaemin akan setuju. Dia mati-matian tak mengulum senyum dan menunjukkan kebahagiaan. Namun pada akhirnya dia tersenyum salah tingkah.
“Baiklah. Baik. Sampai bertemu nanti malam.” Pamit Jeno yang di angguki oleh Jaemin.
Pria itu melangkahkan kakinya untuk pergi, sepanjang perjalanan menuju mobilnya. Tangannya terus mengepal menahan rasa bahagia. Bahkan sesekali tangannya meninju kecil karena rasa bahagia.
Bahkan begitu tiba di kantor, ia bukan sibuk pada pekerjaannya. Justru sibuk mengatur kencan untuk Jaemin.
Matanya fokus menatap ke layar laptop dan membaca setiap kalimat di sana dengan cermat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOMIN STORY
FanfictionNOMIN SHORT STORY COMPLIATION! READ!!! BOOK INI BERISI CERITA PENDEK NOMIN (4-5 CHAPTER AJA)