PS4

4.4K 659 161
                                    

“Enak?” tanya Jeno pada Jisung yang duduk di sebelahnya, sementara Jaemin hanya menatap mereka yang duduk di depannya dengan kedua tangan terlipat di dada dan wajah tanpa ekspresi.

Jisung mengangguk dan menyantap sushinya dengan lahap, membuat Jeno tertawa. Dia pandangi sang putra, meski terpisah jauh dan sangat lama, Jisung juga menuruni dirinya bahkan dari segi makanan kesukaan.

Tentu saja, semua orang bermimpi untuk memiliki anak, hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. Jeno selalu membayangkan saat-saat dia menjadi orang tua. Lalu melihat Jisung, melihat putranya, keinginannya bergejolak.

Dia menyesal, melewatkan begitu banyak hal dalam tumbuh kembang putranya, dia tak bisa memberi kasih sayang sejak Jisung lahir, tak bisa melihat masa-masa emas Jisung ketika bayi. Pasti putranya itu sangat menggemaskan dengan beragam tingkah lucunya.

Jeno menoleh ke arah Jaemin yang sejak tadi menatap keduanya, dia menyumpit dimsum di atas meja dan melempar senyum ke arah pria itu.

“Kau semakin cantik.” Puji Jeno.

“Aku duduk di sini untuk menemani Jisung, jangan lewati batasanmu.” Ucap Jaemin dingin.

“Kenapa kita menjadi seasing ini? Kita bersahabat sejak sekolah menengah pertama, dan kita memiliki seorang anak, bukankah hubungan kita, harusnya lebih dekat dari itu?”

“Aku baru sadar bahwa kau benar-benar tidak tahu malu, setelah meninggalkanku dalam kead-“ Jaemin memutus kalimatnya secepat mungkin saat dia sadar, bahwa keduanya berada di ruang lingkup terbuka.

Dia tak ingin, menjadi pemandangan orang-orang dan mempermalukan dirinya sendiri.

Lalu dia tatap Jeno yang menatapnya intens. “Sampai kapan pun, tetap aku yang paling di rugikan, bahkan menanggung malu.”

Jeno menarik nafas dalam mendengar ucapan Jaemin, dia melempar senyum kecut lalu meneguk air mineralnya.

“Setelah ini, ayo bicara berdua. Ada banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu.” Tutur Jeno.

“Aku tidak mau.” Sahut Jaemin cepat. “Aku menganggap, semua telah selesai di antara kita. Bahkan hubungan persahabatan itu.”

“Hubungan kita, tidak berakhir karena kita punya Jisung. Ke mana pun kau pergi, kau akan kembali padaku.”

“Kita? Jisung milikku!”

“Daddy, pedas!”

Perdebatan keduanya terinterupsi saat Jisung tiba-tiba merengek pedas. Dia lihat mata putranya berkaca-kaca dengan wajah memerah, Jeno langsung menyambar air mineral di atas meja dan Jisung meneguknya hingga tandas.

Jeno menoleh ke arah Jaemin yang masih memasang wajah dingin.

“Dia tidak bisa makan pedas?” Tanya Jeno, namun Jaemin hanya memalingkan wajahnya.

“Dia benar-benar anakku. Suka sushi dan tidak bisa makan pedas. Benar kan, Ji?” Tanya Jeno mengacak rambut Jisung sayang.

“Inilah yang di namakan, buah jatuh bersama pohonnya. Bahkan wajahnya mirip. Sial!” Umpat Jaemin mencebik.

Dia yang susah mengandung, sakit melahirkan dan menanggung malu. Dia bahkan tidak dapat apa-apa. Semuanya, Jisung lebih menuruni Jeno dari pada dia.

Jeno tersenyum mendengar gerutuan Jaemin, dia kembali memperhatikan Jisung yang menyantap dimsum di atas meja.

Setelah makan, mereka pun pulang.
Jaemin hanya menghela nafas melihat Jeno menggenong Jisung menyusuri lorong apartemen mereka. Setibanya di depan unit Jaemin, Jeno langsung menurunkan Jisung.

NOMIN STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang