8

137K 8.2K 61
                                    

Erbart menatap ponselnya malas, hari ini dirinya sangat sibuk. Dan neneknya tadi mengoceh karna mengabaikan pesan yang Silvia kirim untuknya, dirinya tidak ingin berpura-pura lagi untuk terlihat baik-baik saja.

Dirinya sangat tulus mencintai Silvia, tapi hatinya sangat sakit ketika dirinya mengetahui bahwa wanita itu masih mencintai Dave, kakak sepupunya.

"Aku tidak pernah mencintai Erbart, aku hanya menunggu sampai Dave bercerai dengan wanita hina itu. Dan aku akan mencampakkan Erbart ketika mereka sudah bercerai."

Itu adalah perkataan yang dirinya dengar ketika ingin memberikan sebuah kejutan, rasa sesak seakan keluar begitu saja. Kemarin ketika mendengar perkataan dari Vereya, dan Erbart membulatkan tekatnya sebelum Silvia mengakhiri maka dirinya akan lebih dulu mengakhirinya.

Menatap jam tangannya sebentar lagi menunjukan waktu jam makan siang, dirinya akan menemui Vereya mungkin untuk menjadi teman bercerita.

Jadwal praktek nya sudah habis, melangkah keluar dan mengemudikan mobilnya. Dirinya sudah tau bahwa Vereya sudah bekerja di perusahaan Kakak sepupunya itu, seharusnya dia lebih dulu menawarkan pekerjaan untuk Vereya agar dirinya mudah untuk bertemu.

"Vereya!" Erbart keluar dari mobil dan berlari untuk menemui wanita itu.

"Erbart." Beo Vereya pelan.

"Hai kakak, kau akan menemui Silvia ya?" Tanya Erbart pada Dave.

Vereya menatap kebelakang dengan horor, bagaimana Dave juga sudah diluar. Bukankah tadi tidak ada siapa-siapa dibelakangnya.

"Kalian ingin pergi bersama?" Erbart tersadar dengan keadaan sekarang, apa kakak sepupunya ini ingin pergi dengan mantan istrinya.

"Tidak Erbart! maaf aku harus buru-buru aku takut Darren akan menunggu terlalu lama nanti, Jadi aku permisi."

"Kau ingin ke tempat Darren? Biarkan aku ikut bersama mu, aku ingin menemui jagoan kecil ku."

Tanpa sadar Erbart menarik tangan Vereya dengan lembut, menatap tangannya Vereya tersenyum manis.

"Cuyy, setelah di buang 1 pria sekarang malah di sosor banyak pria tampan. Boleh bangga dikit ga ya, siapa dulu Vereya gitu loh, jadi Senggol dong."

Tatapan mata Dave sangat menyorot tajam pemandangan di depannya tadi, mencengkram genggaman tangannya. Saat ini dirinya ingin menghantam kuat apapun yang ada di depannya, mulai melupakan niat awalnya Dave mengikuti kemana mobil itu melaju.

"Kau!!"

∆^^^^^∆

"Bagaimana? Apa Erbart juga belum menghubungi mu Silvia?" Tanya Jovanka.

Saat ini Silvia sedang berada di kediaman Rayden, Silvia sangat kalut karna Erbart tidak membalas pesan dan tidak mengangkat panggilan darinya.

"Belum nek, bagaimana ini?" Ucapnya dengan lesu.

"Nenek juga sudah menghubungi nya, tapi juga tidak ada balasan. Apa jangan-jangan Erbart sedang ada operasi jadi dirinya tidak sempat membuka ponselnya, jadi jangan terlalu khawatir." Ucap Jovanka menyakinkan.

"NENEK!!!"

Teriakan keras itu membuat mereka melepaskan pelukan, menatap bingung perempuan yang baru saja datang dengan wajah sembab.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" Ucap Jovanka khawatir.

"Nenek, Dave mengusir ku. Dan nenek tau bahwa wanita itu juga bekerja di tempat Dave, jadi aku harus bagaimana nek?" Ucap Aruna sedih.

"Wanita siapa?" Tanya Silvia.

"Vereya, wanita ular itu bekerja di sana. Tadi aku menemuinya sedang berbicara dengan Dave, dan itu hanya bersdua saja." Ucapnya sambil di lebih-lebihkan,

Aruna akan melakukan apapun agar Dave menjadi miliknya, wanita itu tau bahwa Dave tidak pernah mencintai istrinya. Dave hanya mencintai Silvia, jadi dirinya akan melakukan berbagai cara agar Silvia tidak bisa bersatu. Vereya sudah tersingkirkan, sekarang giliran Silvia.

"Bagaimana bisa mereka hanya berduaan saja, nanti akan nenek tegur." Ucap Jovanka untuk menenangkan.

Jovanka tidak akan terima jika wanita miskin itu yang menjadi istri dari anak kembarannya ini, saat ini Jovanka lah yang berkuasa dari siapapun walaupun kekayaan Lexander lebih kuat dari Rayden. Dirinya sudah memastikan bahwa keturunan Lexander itu harus tetap tunduk padanya, tidak ada yang boleh menentang keputusannya sekalipun itu adalah Dave sendiri.

"Apa yang kau lakukan disini?" Ketus Aruna.

"Memangnya kenapa? Ini adalah kediaman Rayden, dan kekasih ku adalah seorang Rayden apa itu suatu masalah?" Balas Silvia tak kalah ketus.

"Sudahlah jangan bertengkar, kalian berdua dengan bebas untuk tinggal di tempat ini." Lerai Jovanka.

∆^^^^^∆

"Aku dengar Vereya sudah bercerai, apa yang akan kau lakukan?" Ucap seorang wanita.

"Tidak ada." Balas sang pria.

"Ayolah, apa seorang Nathaleon sudah melupakan Vereya dalam hatinya."

"Sudah." Balas Natha dengan cepat.

"Apa wanita bernama Aileen sudah mampu mengisi kekosongan yang kau miliki Nath?"

"Diam lah.Calista! kau urus saja suami mu itu. Kau mengalami hal yang sama seperti Vereya, dan dirinya sudah bercerai bagaimana dengan mu? Apa kau juga akan mengikuti jejak sahabat mu itu?" Balas Natha dengan sarkas.

"Entahlah, mungkin aku akan mengikuti jejak nya. Kami berdua sudah sepaket, bahkan kami berdua menikah karna skandal yang sama." Ucap Calista dengan lesu.

"Kalian dulu terlalu terobsesi dengan pria kaya, sekarang apa kalian bahagia? Tentu tidak bukan?" Sindir Natha tepat sasaran.

"Kau benar Nath, aku pikir kebahagian karna menjadi orang kaya. Ternyata salah, justru aku harus terjebak dalam sebuah kehancuran yang aku miliki."

"Sudahlah tidak perlu di bahas, selesaikan masalah mu dan Hades dengan cepat."

"Bagaimana dengan Hardin?" Ucap Calista pelan.

"Kau lihat Vereya, dirinya bisa melaluinya dengan baik. Aku yakin kau bisa melakukan hal yang sama, jangan tahan luka mu. Lepaskan pria itu, hal ini sudah membuktikan bahwa pria itu bukanlah jodoh mu." Ucap Natha dengan bijak.

"Baiklah, aku akan menemui Hades dan melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh Vereya."

Pertemuan mereka akhirnya usai, Calista berinisiatif untuk langsung menemui Hades dikantornya. Dirinya sudah mempersiapkan semuanya, sekarang Calista akan membebaskan Hades. Dirinya tidak ingin selalu egois, biarkan pria itu hidup dengan wanita pilihannya.

"Ada apa?" Ucap pria itu dengan malas.

"Hades? Apa kau mencintai ku? Apa selama ini kau tidak bisa mencintai ku? Dan kau tidak bisa menerima Hardin sebagai anak mu? Apa kau masih mencintai wanita mu itu?" Tanya Calista dengan cepat.

"Jangan bahas apapun Cal, aku sedang sibuk! Jadi pulang lah."

"Tidak! Aku akan meluruskan nya sekarang, jika memang kau tidak pernah menganggap pernikahan ini ada aku akan melepaskan mu. Pergilah Hades temui wanita mu, aku yakin kalian akan bahagia. Aku tau kau selalu menemui wanita itu secara diam-diam, dan bahkan kalian tinggal bersama."

Calista menghela napas sebentar, "walupun aku tau kau tidak akan mungkin menodainya dengan sembarangan, tapi aku yakin kau adalah pria normal. Kita menikah dan kita tidak saling bersentuhan selama ini, dan aku yakin kau pasti meminta hak mu pada wanita mu itu bukan?."

"Jadi mari bercerai Hades, aku akan melepaskan mu. Aku akan membawa Hardin jadi kau tidak perlu khawatirkan apapun, aku tidak akan meminta sepeserpun harta mu untuk biaya hidup Hardin. Karna aku tau selama ini kau tidak pernah menganggap kehadiran pria kecil yang hadir dalam rahim ku, mari cari kebahagian kita masing-masing Hades."

"Dan maafkan aku karna sudah membuat mu terjebak dalam hidupku selama 6 Tahun ini, aku akan pergi sekarang dan menunggu surat cerai nya."








Terimakasih ('◉⌓◉')
🌹
🌟

Aku, Vereya?(Transmigrasi) {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang