Flashback Vereya, Calista.
Suara tawa banyak anak-anak sangat mendominasi tempat saat ini, menikmati banyak nya permainan dengan bebas.
Vereya Alisya menatap banyak nya manusia kecil yang memiliki nasib yang sama seperti dirinya saat ini, meratapi diri yang sudah terbuang sejak kecil tanpa tau siapa orang tua nya.
Menatap seorang perempuan yang duduk sendiri tanpa arah, Vereya baru sadar bahwa wanita itu baru saja di pindah dari panti asuhan yang terbakar. Dan mereka semua menempati tempat ini, merasa bahwa mereka terlihat memiliki umur yang sama Vereya mencoba untuk berkenalan.
"Kenapa duduk disini sendiri?"
"Ga ada yang menarik dari tempat ini, jadi mending duduk disini."
Balasan sarkas itu membuat Vereya tersenyum, "memang apa yang menarik dalam panti asuhan selain tawa anak-anak yang menemani, jadi kalo mau melihat hal yang menarik kesana yuk, bisa liat canda tawa anak-anak."
"Aku tidak tertarik, jadi berhentilah menganggu."
"Aku engga ganggu, cuman mau ngajak aja siapa tau rasa sesak mu akan sedikit berkurang." Ucap Vereya.
Wanita itu menatapnya dengan kesal, "jangan menganggu ku, kau tidak tau apapun tentang rasa sesak dalam hidup ku."
"Memang, dan kau pun tidak pernah tau bagaimana rasa sesak yang aku punya."
Terus menatap wanita ini, "kalau selalu di pendam rasa sesak itu akan selalu hadir, aku punya tempat yang bisa melepas rasa sesak."
Vereya berdiri karna wanita ini tidak kembali meresponnya, dirinya merasa kalau memang wanita ini tidak bisa untuk di bujuk. Jadi biarlah dirinya meluapkan rasa sesaknya seorang diri, Vereya tidak akan memaksa. Dirinya akan sekali mencoba, tapi jika memang sang lawan akan menolak maka Vereya akan berhenti.
"Yaudah kalo emang ga mau di ganggu, semoga suka sama tempat ini ya. Oh iya nama aku Vereya Alisya, tolong di ingat siapa tau nanti ada perlu." Ucap Vereya dengan tulus.
Wanita tadi menatap senduh punggung wanita yang memilik nama Vereya, apa dirinya terlalu jahat, apa dirinya akan selalu dihindari oleh semua orang.
"Aku cuman takut, semua orang ga ada yang mau berteman sama aku." Ucapnya sedih.
Vereya berhenti ketika mendengar suara wanita itu, "semua orang punya cerita sakitnya masing-masing, ikut aku kebelakang, disana ada sebuah bukit kita luapin amarah kita disana mau?"
"Apa boleh?"
"Tentu, sebelum itu siapa nama mu?"
"Aku Calista, salam kenal untuk mu Vereya. Kamu orang pertama yang mengenalkan namanya, selama ini banyak orang tidak ada yang mau berteman bahkan mengenalkan namanya pada ku." Ucap Calista amat pelan.
Mereka berdua berjalan bersama, meninggalkan keramaian dan menuju bukit yang menjadi tempat ternyaman bagi Vereya.
"Teriak sana, lepasin semua beban yang kamu bawa. Setelah itu akan hadir perasaan lega yang kamu dapat, jadi silahkan tuangkan pada alam."
Calista mendengarkan perkataan Vereya merasa bingung, hingga akhirnya Calista mencoba hal yang dikatakan Vereya padanya.
"AAAAAAAAAAAAKKKKK, AKU BENCI HIDUP KU, KENAPA HARUS CALISTA, CALISTA TIDAK SEKUAT ITU TUHAN! APA YANG HARUS CALISTA LAKUKAN, INI BENAR SANGAT SAKIT!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Vereya?(Transmigrasi) {TERBIT}
Teen Fiction"Tu-tunggu dulu, ini pasti adalah sebuah hayalan. mana mungkin aku jadi istri orang kaya, bahkan yang paling kaya!" "emakkk! Aku bakalan hidup bahagia gak sih?" "sebelum cerai, nikmati dulu uangnya pak suami." Hena Alestia adalah seorang gadis yang...