6

140K 8.8K 72
                                    

Sore hari ini telah memasuki waktu yang cukup padat, dan erjalanan saat ini terasa sangat macet, mungkin karna sudah memasuki jam dimana semua orang akan kembali kerumah mereka masing-masing.

Erbart merasa kesal karna padatnya para mobil yang saling beradu untuk pulang, sampai tatapan pria itu terarah pada seorang wanita yang sedang meminta pertolongan, dirinya yang berprofesi sebagai seorang dokter segera turun dan mendekat.

"Vereya?" Ucapnya pelan.

"Tuan tolong saya! putraku tadi terserempet motor dan lihat lukanya, Mohon bantu aku Tuan." ucap Vereya dengan sangat takut, pria itu mengangkat seorang kecil yang meringis dan segera membawa ke mobilnya.

Melakukan putaran arah dan melajukan mobilnya kembali kerumah sakit, tidak lupa menghubungi keluarganya dengan mengatakan bahwa dirinya tidak dapat mengikuti acara rutin karna keperluan mendesak.

Mengangkat anak kecil tadi dan membawanya masuk kerumah sakit, melihat anak itu sudah di tangani seorang dokter pria itu segera menatap Vereya dengan iba.

"Darren akan baik-baik saja Vereya."

"Tu-tuan mengenal saya dan putra saya?"

"Tentu kau istri dari Dave Lexander bukan, kenalkan aku Erbart Aren't Rayden Sudah sangat lama tidak bertemu Vereya." Erbart tersenyum dengan sangat sempurna.

"Wow~ ini engga kalah tampan bung, bagaimana bisa aku ketemu sama protagonis pria dengan cara yang sangat tidak elegan seperti ini."

Tanpa malu Vereya masih terus menatap penuh pada ciptaan Tuhan yang satu ini, bagaimana bisa ada bentuk dan rupa sesempurna ini.

Erbart yang merasa Vereya masih saja terdiam dengan tingkah konyolnya, membuatnya terkekeh.

"Vereya?" Ucap Erbart sambil menyadarkan wanita ini.

"Ah~ iya. Maafkan saya Tuan, saya sudah sedikit melupakan anda. Tapi perlu anda tau, saya bukan lagi istri dari Dave Lexander karna kami telah bercerai." Ucap Vereya dengan ketus, dirinya tidak ingin di ingat sebagai istri Dave. Dirinya adalah single mom atau lebih tepatnya jendes cucok meong.

Mendengar perkataan Vereya membuat Erbart terkejut bukan main, "kalian sudah bercerai? Kapan?"

"Hhmm seperti nya kemarin, dan sekarang kami sedang mencari barang-barang keperluan tapi Darren justru terserempet motor gadungan itu." Sungut Vereya kesal.

Vereya menatap Erbart dengan Lamat dan penasaran, dan ternyata pria ini juga masih terus menatapnya.

"Gimana kalo Erbart aku ambil aja ya? kita biarkan sih antagonis itu mendapatkan cintanya. Kayaknya Erbart ga masalah deh, tapi kayak mana kalo misalkan nih protagonis juga cinta mati sama tuh sih Silvia. Duh aku harus kayak mana ini!!!" Ucapnya dalam hati.

"Orang tua pasien." Ucapan sang dokter membuat mereka berdua kembali tersadar dengan keadaan saat ini.

"Saya, mommy nya dok."

"Pasien hanya luka di bagian lutut dan siku nya saja, mungkin akan perih saya akan meresepkan obat pereda nyeri dan obat untuk mengeringkan luka dengan cepat."

"Baik dok terimakasih karna sudah memeriksa putra saya." Ucap Vereya dengan tulus.

"Itu sudah kewajiban kami nyonya, saya pamit undur diri." Pria itu meninggalkan mereka berdua kembali.

"Tuan Erbart saya ucapkan terimakasih karna sudah mau membatu kami berdua, semoga Tuan selalu berbahagia."

Setelah mengucapkan itu Vereya bergegas pergi untuk menemui Darren, sedangkan Erbart yang tersadar bahwa Vereya sudah mulai menjauh.

Aku, Vereya?(Transmigrasi) {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang