Kesalahan?Apa yang di sebut Kesalahan?
Jatuh cinta?
Apa ia termasuk di dalamnya?
Katakan saja, bertemu Shani, bersamanya, mencintainya, katakan itu sebagai Kesalahan.
Kesalahan yang tidak akan Gracia tampik, karena memang begitu adanya.
Bukankah jelas perempuan dan perempuan itu tidak boleh saling memiliki perasaan apalagi dengan lancang menjalin hubungan.
Namun, siapa yang tau kapan saatnya kita jatuh cinta, pada siapa, dan kenapa?
Gracia akui dia salah, dia akui dia berdosa atas kesalahannya.
Namun, untuk pertama kalinya dia akan mengatakan, jika ini adalah Kesalahan yang ia sukai, mencintai Shani, di cintai Shani, adalah Kesalahan yang akan terus dengan senang hati ia lakukan.
Dan, dia tidak akan menyesal itu itu.
Lagipula, dia hanya jatuh cinta.
Sekalipun salah.
Gracia tersenyum lembut saat matanya terbuka sepenuhnya, mendapati pemandangan wajah tenang milik Shani yang masih memejamkam matanya, dia masih tidur.
Ia kembali mendekat, menelusupkan wajahnya di ceruk leher Shani, Gracia menyukai wangi ini, tubuh Shani sangat candu, ia tersenyum seraya menghirup aroma tubuh Shani tidak peduli meski itu mungkin akan mengusik tidur perempuan itu, Gracia tidak peduli, karena dia menyukai ini.
Rasanya hangat dan menenangkan, tidur dalam pelukan Shani semalaman meski tak beralaskan kasur namun sangat nyaman.
Mungkin karena dia mencintai perempuan ini.
Yah, tidak ada keraguan lagi, dia memang menyukai Shani, menyukai wanita.
Lantas memang nya kenapa?
Gracia kembali menarik kepalanya, sudah puas, ia kembali tidur di atas lengan atas Shani, tangannya terangkat naik untuk menyingkirkan helayan rambut perempuan itu yang menghalangi wajah cantiknya.
Ia semakin tersenyum kala baru menyadari memang secantik itu Shani, matanya indah dengan bulu mata lentik alami, alis terbentuk sempurna tanpa pensil alis, hidungnya mancung, juga bibir merah muda tanpa lipstik itu sangat cantik, seketika saat pandangan matanya terfokus kesana Gracia lantas melipat bibirnya kedalam sedikit menjilat bibir bawahnya kala perasaan itu hadir lagi, bayangan saat kedua benda kenyal miliknya bersatu dengan milik Shani, bibir bawah Shani yang lebih tebal sedikit itu, benar membuat candu saat ia jilat atau hisap, Gracia mau lagi.
Gracia menahan nafas sejenak saat pikrian liarnya mulai menguasi dirinya, dia benar-benar telah gila karena Shani.
Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, baiklah Gracia, singkirkan pikiran kotor itu sekarang juga, dia seperti om om mesum sekarang, dasar cabul.
Namun, hal itu mustahil sepertinya ia malah semakin intens menatap bibir Shani apalagi kini jemari lentiknya sudah berada disana, di kedua belah bibir Shani, ia usap pelan bibir Shani dan saat itu darahnya kembali berdesir dengan hebat, lantas bagaimana jika bibir itu kembali ia rasakan, atau bagaimana rasanya jika benda itu ada lehernya, dada, atau sekujur tubuhnya, Gracia mulai merasakan sensasi aneh dalam tubuhnya saat ia terus membayangkan itu.
Getaran aneh yang semakin kuat ia rasakan, oh sial, wanita itu bahkan sudah mengigit bibirnya sendiri, juga usapan pada bibir Shani yang makin ia tekankan.
Gracia terkesiap saat tiba-tiba saja Shani membuka matanya, tangannya sontak lepas dari atas bibir Shani, matanya sedikit membulat karenanya.
Oh, apakah dia tertangkap basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Xavier"
Fanfiction"ceritakan tentang masalalumu?" "apakah itu penting?" "Yah, aku ingin tau" "jika tidak bisa" "maka mungkin kita tidak akan berjalan jauh" "Baiklah seperti itu lebih baik"