Chapter 19

3.3K 346 92
                                    

.
.
.
.

Sebelumnya pergi dan menjalankan tugas tidak pernah seberat ini, tidak pernah semenakutkan ini, tidak pernah sampai membuatnya cemas.

Dia biasa pergi dalam keadaan santai, seolah sedang akan pergi berlibur.

Namun kali ini, rasanya berat sekali untuk Shani melangkahkan kakinya, berat sekali baginya untuk bangun dari tempat tidur, berat sekali baginya untuk meninggalkan wanita ini, wanita yang begitu dia cintai ini.

Ini, adalah kali pertama Shani merasa takut saat akan bertugas, sebelum ini, sebelum dia bertemu dengan Gracia.

Shani takut, takut untuk pergi, takut tidak kembali, takut tidak lagi bisa bersama Gracia.

Kemarin dia menenangkan Gracia, hari ini, Justru ia yang cemas.

Sangat cemas.

Shani mengusap kepala Gracia, menatap wajah wanita yang begitu berarti untuk hidupnya, menatap penuh kagum pada seseorang yang saat ini tengah memejamkan matanya.

Mungkin dia lelah setelah kegiatan bercinta tadi.

Shani memaklumi itu.

"Saya sangat mencintai kamu Gracia" ia terus mengusap rambut Gracia, sementara wanita itu masih betah memejamkan matanya.

Shani tersenyum getir, semakin takut saat waktu nya akan segera tiba, sungguh bisakah seseorang menenangkan dia.

Shani sangat takut sekarang.

"Pah, Shani takut"

Dia butuh sosok sang Ayah, dia butuh Gabriel sebagai seseorang yang akan menguatkan dia, seseorang yang bisa mengarahkannya, seseorang yang membuat Shani bisa percaya diri lagi.

Seseorang yang bisa membuat dia berani dan kuat.

Namun sayang, sang Ayah tak berada disini, dia tidak lagi berada di Dunia, dan Shani hanya mampu meredam semua perasaan yang ia rasakan sendirian.

Karena tak mungkin berbagi dengan Gracia.

Tidak mungkin.

Shani mendekat mencium kening Gracia, begitu lama, sesak kembali datang kala perasan tidak rela itu ia rasakan, tidak rela rasanya berpisah dari wanita ini, nanti siapa yang akan memeluk Gracia saat wanita itu tidak bisa tidur, nanti siapa yang akan menjaganya?

Shani sungguh khawatir.

Shani menarik diri, dan saat wajahnya sudah menjauh bisa ia lihat wanita cantik ini nampak terusik, matanya lantas terbuka, "Shan?" Gracia memanggil dengan suara parau nya, matanya masih setengah terbuka, sepertinya Shani telah membangunkannya.

"Kamu belum tidur?" Tanyanya lagi, ia memaksa matanya untuk tebeuka sempurna, untuk dapat melihat Shani dengan jelas.

Dan saat ia meneliti penampilan perempuan itu, Gracia merasa ada sesuatu yang berbeda, Shani telah memakai bajunya kembali, namun bukan piyama yang dia pakai sebelum mereka bercinta, Shani memakai kaus hitam, juga celana Jeans, mau kemana dia.

"Kamu lupa?"

Gracia makin menyerengitkan dahinya, apa yang dia lupakan

Shani tersenyum, ia usap kepala wanita itu lagi, apakah efek bercinta bisa menjadikan seseorang kehilangan ingatannya.

"Apa?" Gracia bertanya lagi, jujur dia benar tidak ingat.

"Aku harus segera pergi!"

Seketika, mata Gracia langsung terbuka sempurna, pergi? Malam ini, benarkah.

"Xavier"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang