Chapter 16

3K 375 106
                                    


Mereka tiba di rumah Feni,  ini adalah usul dari Shani sebab Gracia masih harus mendapatkan perawatan dan di rumah Dokter Feni dia memiliki sarana tersebut.

Juga untuk memastikan jika wanita ini aman.

Shani juga telah menyuruh beberapa orang untuk berjaga di sekitar rumah Feni, untuk menjamin keamanan dari Gracia tentu saja.

Termasuk Andra yang ia tugaskan untuk mengawasi rumah Feni.

Mereka berada di salah satu kamar milik Feni dimana Gracia tengah di rawat, wajah Shani juga sudah di obati, namun tidak dengan bahu nya, sebab tidak ada yang tau dia terluka disana.

Shani tersenyum seraya mengusap wajah Gracia "Maafin saya, saya datang terlambat" Katanya, perasaan sesal itu ntah kapan akan hilangnya.

Gracia menggeleng pelan "Kamu datang Tepat pada waktunya, kamu selalu datang tepat waktu" Gracia mengkoreksi ucapan Shani, karena baginya Shani tidak pernah datang terlambat baik saat dia masuk kedalam hidup Gracia atau saat dia datang menyelamatkan nya, menyelamatkan dia dari bahaya, juga menyelamatkan dia dari sakitnya patah hati karena cinta.

Dan, Shani memang selalu datang di waktu yang tepat, pun juga malam ini, Gracia tak sampai terbakar, karena Shani datang tepat waktu.

Shani balas tersenyum, dia tak mau membahas ini lebih jauh, takut Gracia semakin trauma.

"Sini, aku mau tidur sambil peluk kamu" Ucap wanita itu, suaranya yang manja membuat Shani benar tidak tahan, kenapa disaat seperti inipun Gracia masih terlihat sangat menggemaskan.

Gracia sengaja melakukan itu, dia tidak mau terlalu larut dalam ketakutan nya, tidak mau terlalu menunjukan pada Shani jika dia begitu Shock dengan kejadian tadi, tidak mau Shani merasa bersalah, sebab dia tau perempuan itu pasti masih sangat menyalahkan   dirinya sendiri.

Shani tentu saja menurut, dia bergeser ke samping Gracia.

Gracia tersenyum ia lalu menaruh kepalanya di atas bahu Shani namun.

"Aakh" Seketika ia kembali mengangkat kepalanya saat mendengar Shani mengaduh, matanya menatap dengan bingung, apakah gerakan kepala Gracia begitu keras hingga membuat Shani kesakitan.

"Kamu kenapa?" Tanya Gracia.

Shani menggeleng pelan lalu tersenyum "Gapapa" Katanya, namun Gracia terlanjur melihat jika dia tengah berbohong sekarang.

"Bahu kamu kenapa?" Gracia sudah kembali menegakan tubuhnya,  ia menghadap penuh Pada Shani,  si Indira ikut melakukan hal yang sama "Saya gapapa dokter"

Gracia menghela nafas pelan "buka baju kamu!"titahnya.

"Dokter ini di rumah dokter Feni, lain kali saja jika di rumah"

Gracia berdecak kesal setelahnya "Dasar mesum, cepet buka aku tau kamu ngerti maksud aku" Shani lantas terkekeh "Saya beneran gapapa, sekarang tidur yah"

"Ck, ngeyel banget sih, cepetan buka" kesal wanita itu, karena dia tau bahwa kekasihnya ini tengah kesakitan dan Gracia mau tau apa yang membuat dia kesakitan begini.

Shani balik menghela nafasnya,  jika sudah begini dia mana bisa melawan.

Perempuan itu lalu membuka baju miliknya, menyisakan tanktop berwarna hitam, "sudah" Katanya.

"Buka lagi!"

Dan, apakah Shani memiliki kuasa untuk menolak, perempuan itu lanjut menanggalkan tangktop nya, kini hanya menyisakan Bra saja.

Mata Gracia seketika membulat, goresan serta lebam yang begitu terlihat jelas di bahu milik Shani seketika membuat dia meringis.

"Kenapa bisa gini?" Tanya wanita itu, tangannya tepat mengusap bahu Shani.

"Xavier"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang