Chapter 2

4K 443 82
                                    

Untuk sejenak, rasanya memang aneh, tertarik pada seseorang dalam waktu sesingkat itu, tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Namun benar, dia merasakannya kali ini.

Dokter Gracia.

Nama yang indah, sama seperti orangnya,  Cantik.

Tapi, terlampau mustahil rasanya, untuk menggapai Gracia sama saja seperti memetik bulan, Tidak mungkin.

Mana bisa?

Shani tersenyum selagi menggelengkan kepalanya, kali inipun, dia membiarkan perasaan nya hilang,  lagipula pertemuan mereka hanya sampai disini saja kan.

Shani juga tidak sesering itu mampir ke klinik ini.

"Kok balik lagi?" Andra bertanya heran melihat Shani datang lagi.

"Kenapa? pekerjan kita belum selesai kan?" Jawab Shani, perempuan itu duduk ke tempat semula, kembali mengambil alat pemotong keramik yang melukainya tadi.

Andra hanya mampu menghela nafas "Gila kamu Shan" laki-laki berdarah Indonesia Korea itu hanya mampu menggelengkan kepalanya, tidak percaya jika Shani akan melanjutkan pekerjaannya.

"Kok gila, ini namanya bertanggung jawab Ndra" kilah Shani, alah bertanggung jawab apa, dia sendiri yang membuat luka itu ada.

"Terserah, lalu bagaimana?" Andra duduk lebih dekat ke arah Shani,  Mau tau apakah kali ini temannya berhasil.

"Ngga ada apa-apa, dia ngga tertarik" Jawab Shani jujur  benar kan Gracia tidak tertarik padanya.

"Kok bisa, kenapa?"

"Ngga tertarik saja, mungkin" cuek Shani,  tangannya kembali mengambil satu buah keramik yang akan kembali ia potong.

"Ngga mau coba lagi"

"Risih nanti, berhenti saja"

"Payah sekali" Komentar Andra, namun bukan marah Shani malah terkekeh pelan  "Mau bagaimana lagi, tidak mungkin juga"

"Apanya yang tidak mungkin, kamu saja yang cepat menyerah"

Shani tertawa setelahnya,  benarkah begitu, ia kembali melihat ke arah Andra,  menatapnya amat sangat serius "Begini saja, jika kami kembali di pertemukan di luar Klinik ini, aku janji akan mencobanya" ujar Shani lebih serius kali ini.

Meski, dia yakin tidak mungkin, selain disini, dimana dia akan bertemu lagi dengan Gracia.

Andra tersenyum setelahnya "Desa ini kecil Shan, kemungkinan itu pasti akan terjadi" Katanya, lagipula benar kan, Desa ini tidak seluas Jakarta, mereka bisa saja berpapasan di jalan.

"Sekecil apapun tempatnya Jika takdir tidak berpihak maka tidak akan bertemu lagi Ndra" Jelas Shani.

"Kamu percaya takdir Shan?"

"Sedang mencoba"

"Baguslah, baiklah aku doakan takdir kali ini berpikah sama kamu"

"Yah, semoga saja"

*******
.
.
.

Akhirnya praktik untuk hari ini selesai juga waktunya Gracia untuk pulang, wanita itu pulang bersama Feni dengan motor matic nya, Jarak Klinik dan rumah tempat ia tinggal tidak terlalu jauh  hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit saja.

"Mau ke minimarket dulu?" Tawar Feni di tengah perjalanan mereka.

"Ngga, aku pengen cepat sampai rumah, mau istirahat" tolak Gracia,  tentu dia sudah lelah mau cepat istirahat saja, apalagi ia tau jarak Klinink dan satu satunya minimarket di desa ini cukup jauh, hampir satu jam jarak tempuh nya.

"Xavier"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang