Shani memang memutuskan untuk berhenti mengejar Gracia, sebab tidak akan ia dapatkan apapun atas perasaan nya selain penolakan, malam itu, dia telah mendapatkan nya, namun bukan berarti dia berhenti untuk peduli, Shani masih begitu peduli akan dokter muda itu.
Itulah sebabnya dia meminta Andra untuk mengawasi Gracia selama ia pergi, Shani tidak pernah salah akan Feelingnya, Ahmad pasti tengah mengincar Gracia.
Dan sialnya malam ini ia kecolongan.
Dan untungnya itu belum terlambat.
Shani duduk diam di Soffa, dalam rumah milik Gracia, mereka baru saja kembali, sementara Gracia dia tengah berada di kamar untuk mengambil peralatannya, untuk mengobati luka di perut Shani.
Tak lama wanita itu datang membawa beberapa barang, di taruh semua barang itu di atas meja, lanjut ia duduk di dekat Shani.
"Buka baju kamu" titah Gracia.
"Saya tidak apa-apa, lebih baik obati luka di bibir dokter dulu" Jawab Shani, bagi Shani luka yang ia alami pada tubuhnya memang bukanlah apa-apa, Justru lebih sakit melihat Gracia menangis tadi, Shani serius untuk itu, rasanya dadanya sangat sesak, dia seperti baru saja di pukuli oleh besi.
Gracia diam, menatap wajah tenang Shani, perempuan itu tidak meringis sedikit pun padahal dia tau, lukanya tadi cukup dalam, Gracia diam merasakan debaran dalam dadanya yang makin kencang seiring waktu saat bersama Shani, saat ia merasa begitu di perhatikan seperti sekarang.
Adakah orang yang pernah memperlakukan dia seistimewa Shani?
"Shani?" Tekan Gracia.
"Tap-"
"Saya akan mengobati luka saya setelah mengobati kamu" Potong Gracia cepat.
Shani diam lalu mengangguk sekali, dengan cepat ia membuka Jaket kulit yang ia pakai, lalu mulai membuka kaos putih yang di penuhi dengan darah itu.
Kini Shani hanya menggunakan sport bra saja, Gracia bisa melihat dengan jelas Abs pada perut Shani.
"Sekarang kamu tiduran" titahnya, dan lagi-lagi Shani menurut
Gracia mulai membersihkan bekas darah di perut Shani sebelum menjahit kulitnya yang sobek..
Namun saat matanya melihat ke sisi kiri, tepat di dekat luka robek di perut Shani, ia tak sengaja menemukan sesuatu yang sedikit membuatnya membulatkan mata.
Seperti sebuah bekas luka tembak, Gracia cukup yakin dengan penglihatan nya, itu memang bekas luka tembak, tapi dimana Shani mendapatkan luka itu.
Gracia tau betul jika itu memang bekas luka akibat tertembak, bukan satu atau dua kali dia melihat luka ini, sebab beberapa kali dia pernah menangani kasus seperti ini.
Juga, di beberapa sisi perutnya banyak sekali luka bekas sayatan, yang Gracia sekarang obati bukan yang pertama Shani dapat seperti nya.
Semua itu makin membuat Gracia bingung dan tak mengerti, sebenarnya apa yang Shani kerjakan selama ini, dari mana dia mendapatkan semua luka itu.
Shani tau, dia melihat wajah itu, tatapan bingung milik Gracia saat melihat tubuhnya yang di penuhi bekas luka, inilah alasan kenapa Shani tidak mau Gracia mengobati lukanya.
Namun, jika dia bertanya darimana ia mendapatkan semua itu, Shani mungkin hanya akan diam, atau berkilah, karena Gracia tidak harus tahu.
Shani tak mau menegur, dia hanya berharap Gracia tidak bertanya perihal itu, karena Shani benar tidak akan bisa menjawabnya.
Gracia kembali fokus pada luka Shani, dia memang penasaran, namun bertanya sekarang bukanlah waktu yang tepat, bagaimanapun Shani mungkin tidak akan nyaman nantinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Xavier"
Fanfiction"ceritakan tentang masalalumu?" "apakah itu penting?" "Yah, aku ingin tau" "jika tidak bisa" "maka mungkin kita tidak akan berjalan jauh" "Baiklah seperti itu lebih baik"