Chapter 20

4.1K 337 222
                                    


Sementara itu di belahan bumi yang lain.

Gracia tengah sibuk dengan ponselnya, melihat berbagai destinasi wisata yang akan ia kunjungi dengan Shani, ia tersenyum melihat beberapa negara yang kiranya cocok mereka datangi, mengingat siapa Shani sebenarnya, mengingat banyaknya harta yang ia miliki, Gracia menjadi semakin percaya diri menunjuk mana saja negara yang masuk List, karena uang bukanlah masalah.

Feni masih setia melihat sahabatnya yang tidak henti-hentinya tersenyum selagi melihat layar ponselnya itu, menyadari bahwa sang sahabat tengah benar-benar jatuh cinta.

Ia menggelengkan kepala karenanya, masih ingat betul bagaimana hancurnya Gracia saat David meninggalkan dia dulu.

Mereka berdua tengah berada di rumah milik Feni, sementara mereka membuka praktek di sini dulu sampai Klinik rampung di renovasi.

"Senyum senyum mulu gila nanti" tegur Feni, lama-lama ngeri juga dia.

Gracia menoleh, ia kembali tersenyum pada Feni, senyuman yang sangat lebar sampai menyembunyikan matanya.

"hehe aku lagi seneng Fen" Jawab wanita itu.

"Udah tau aku, mana mungkin orang sedih ketawa" Jawabnya membuat Gracia lantas terkekeh.

"Haha bisa ajah sahabat aku ini!"

"Gapapa sih aku bahagia liat kamu bahagia, jangan sedih lagi kaya kemarin!"

"Aku ngga akan pernah sedih lagi Fen, selama ada Shani aku akan selalu bahagia"

Feni tersenyum lembut lalu mengangguk sekali, bersyukur melihat Gracia akhirnya bertemu dengan orang yang tepat, meski awalnya sempat menolak.

"Yayaya sekarang ajah bilang gitu dulu ogah banget di deketin Shani hahaha masih inget banget akutuh!" Ledek Feni, Gracia mendengus kecil setelahnya, di ingatkan begitu diakan jadi malu sendiri.

"Stop bahas masalalu, udahlah aku mau fokus lagi jangan ganggu!"

"Hahaha rasain itu kepelet juga kan sama pesona Shani haha" Feni makin puas meledek Gracia.

"Diem Mpen Ck!"

"Hahaha!"


.
.
.
.

**********
.
.
.
.




Thailand.

Andra sudah hampir prustasi sebab setelah penelusuran nya, tidak ia temukan keberadaan Shani, ia mencari secara diam diam dibelakang para anak buah Henry yang juga tengah mencari keberadaan Shani.

Nafasnya kian berat seiring waktu, sudah tak terhitung berapa kali ia mengumpat, kesal setengah mati pada Henry yang dengan teganya mengkhiantai Shani "Sial, bajingan!"

Bruk.

Andra mendendang boks kayu di atas kapal nya, prustasi karena setelah dua hari pencarian dia masih tak menemukan Shani.

Ia menghela nafas berat selagi mengusap wajahnya kasar "Ck, aaaaakkhh!" Ia berteriak keras, kesal marah juga sedih semuanya menjadi satu.

"Kamu dimana Shan?" Ia terduduk selagi terus menangis, Andra begitu merasa bersalah, meski kejadian ini ada diluar kendalinya, lagipula siapa yang menyangka jika hal ini akan terjadi, siapa yang menyangka jika Henry berkhianat pada mereka.

"Sial!!!"

.
.
.
.


Hari berganti hari dah pencarian Shani masih berlanjut hingga sudah masuk hari ke Lima, dan sepertinya titik terang Mulai muncul kala salah satu anak buah Henry menemukan sebuah jasad seseorang yang terdampar cukup jauh dari lokasi kejadian Dimana Shani jatuh.

"Xavier"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang